BBMKG Sebut 3 Penyebab Musim Hujan Mundur
Meski musim hujan terlambat datang, masyarakat diharap waspada saat musim penghujan tiba. Terutama di wilayah yang rawan bencana, serta waspadai datangnya berbagai penyakit.
MANGUPURA, NusaBali
Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar mengakui adanya keterlambatan musim hujan tahun ini. Pemicu utama keterlambatan ini disebabkan oleh tiga faktor yakni angin timuran yang masih dominan, fase Madden Julian Oscillation (MJO) kering yang dominan, dan adanya pusaran angin di Utara yang membuat awan hujan tertarik.
Kepala Bidang Data dan Informasi BBMKG Wilayah III Denpasar Iman Fatchurochman, mengakui adanya kemunduran atau keterlambatan musim hujan saat ini. Padahal, hasil analisa awal bahwa musim hujan akan turun pada dasarian I hingga III bulan November. Namun, prakiraan itu tidak sesuai dengan analisa awal dan kemungkinan besar akan mulai hujan pada awal Desember. Faktor-faktor penunjang keterlambatan tersebut, pertama angin timuran yang masih dominan. Kedua, fase Madden Julian Oscillation (MJO) kering yang dominan yang membuat hujan delay atau terlambat, dan ketiga adanya pusaran angin di Utara yang membuat awan hujan tertarik. “Ketiga faktor inilah penyebab utama dari kemunduran musim hujan ini. Ya, prakiraan awal memang pada November ini, tapi sampai sekarang masih minim pergerakan awan hujan,” kata Iman, Rabu (27/11).
Dipaparkannya, akibat tiga faktor tersebut, pertumbuhan awan hujan di Bali masih minim terjadi. Faktor inilah yang membuat presentasi ketersediaan uap air di atmosfer belum cukup tinggi bahkan hingga ketinggian 700 Mb. Meski demikian, Iman meyakini bahwa musim hujan akan muncul pada awal Desember karena daerah Sumatra dan Jawa sudah masuk musim hujan. Di mana kecenderungan pergerakan musim hujan dimulai dari wilayah Barat menuju Timur. Hal ini juga diperkuat hasil monitoring pada 20 November lalu. Berdasarkan update monitoring itu, terlihat wilayah Bali tengah sudah mulai ada hujan, sedangkan Bali pesisir Utara dan Selatan masih sesekali hujan.
“Berdasarkan prakiraan 10 hari ke depan terlihat wilayah Bali tengah peluang hujannya 40–50 persen, sedangkan di wilayah lainnya di bawah 40 persen,” ungkapnya seraya mengakui bahwa sampai 20 November, Bali masih merah yang artinya belum ada wilayah yang memasuki musim hujan.
Meski mengalami keterlambatan, Iman berharap masyarakat waspada saat musim penghujan tiba. Terutama di wilayah yang rawan bencana, serta waspadai pula datangnya berbagai penyakit. “Harapannya, saat musim hujan tiba, masyarakat sudah mengantisipasi berbagai kemungkinan terkait kebencanaan. Ya, mewaspadai wilayah yang rawan longsor, pohon tumbang, dan lainnya. Tidak kalah penting terkait penyakit yang kerap muncul saat musim hujan nanti,” tuturnya. *dar
Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar mengakui adanya keterlambatan musim hujan tahun ini. Pemicu utama keterlambatan ini disebabkan oleh tiga faktor yakni angin timuran yang masih dominan, fase Madden Julian Oscillation (MJO) kering yang dominan, dan adanya pusaran angin di Utara yang membuat awan hujan tertarik.
Kepala Bidang Data dan Informasi BBMKG Wilayah III Denpasar Iman Fatchurochman, mengakui adanya kemunduran atau keterlambatan musim hujan saat ini. Padahal, hasil analisa awal bahwa musim hujan akan turun pada dasarian I hingga III bulan November. Namun, prakiraan itu tidak sesuai dengan analisa awal dan kemungkinan besar akan mulai hujan pada awal Desember. Faktor-faktor penunjang keterlambatan tersebut, pertama angin timuran yang masih dominan. Kedua, fase Madden Julian Oscillation (MJO) kering yang dominan yang membuat hujan delay atau terlambat, dan ketiga adanya pusaran angin di Utara yang membuat awan hujan tertarik. “Ketiga faktor inilah penyebab utama dari kemunduran musim hujan ini. Ya, prakiraan awal memang pada November ini, tapi sampai sekarang masih minim pergerakan awan hujan,” kata Iman, Rabu (27/11).
Dipaparkannya, akibat tiga faktor tersebut, pertumbuhan awan hujan di Bali masih minim terjadi. Faktor inilah yang membuat presentasi ketersediaan uap air di atmosfer belum cukup tinggi bahkan hingga ketinggian 700 Mb. Meski demikian, Iman meyakini bahwa musim hujan akan muncul pada awal Desember karena daerah Sumatra dan Jawa sudah masuk musim hujan. Di mana kecenderungan pergerakan musim hujan dimulai dari wilayah Barat menuju Timur. Hal ini juga diperkuat hasil monitoring pada 20 November lalu. Berdasarkan update monitoring itu, terlihat wilayah Bali tengah sudah mulai ada hujan, sedangkan Bali pesisir Utara dan Selatan masih sesekali hujan.
“Berdasarkan prakiraan 10 hari ke depan terlihat wilayah Bali tengah peluang hujannya 40–50 persen, sedangkan di wilayah lainnya di bawah 40 persen,” ungkapnya seraya mengakui bahwa sampai 20 November, Bali masih merah yang artinya belum ada wilayah yang memasuki musim hujan.
Meski mengalami keterlambatan, Iman berharap masyarakat waspada saat musim penghujan tiba. Terutama di wilayah yang rawan bencana, serta waspadai pula datangnya berbagai penyakit. “Harapannya, saat musim hujan tiba, masyarakat sudah mengantisipasi berbagai kemungkinan terkait kebencanaan. Ya, mewaspadai wilayah yang rawan longsor, pohon tumbang, dan lainnya. Tidak kalah penting terkait penyakit yang kerap muncul saat musim hujan nanti,” tuturnya. *dar
Komentar