Munduk Dapat Bantuan Empat Mesin Pirolisis
Sebagai desa wisata, Munduk dinilai punya perhatian pada penanganan sampah plastik.
SINGARAJA, NusaBali
Tekad dan keuletan warga Desa Munduk, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng dalam upaya mengurangi sampah plastik berbuah manis. Sebagai desa wisata yang sangat peduli terhadap kebersihan lingkungan, Desa Munduk mendapat bantuan empat unit mesin Pirolisis atau mesin pengolah sampah plastik menjadi Bahan Bakar Minyak (BBM) dari PLN UP3 Bali Utara, Rabu (27/11/2019).
Desa Munduk disebut Perbekel I Nyoman Niryasa sejak dua tahun terakhir punya komitmen memerangi sampah plastik dengan membentuk bank sampah. Kepedulian warga pertama kali digerakkan oleh Nyoman Armada, tokoh masyarakat setempat, dengan membentuk komunitas Munduk Bersih Sehat Melaju (MBSM). Komunitas peduli lingkungan ini bersama masyarakat rutin melakukan pemungutan sampah plastik setiap hari jumat yang kemudian dipilah di bank sampah. “Selama ini kami sudah mandiri dalam pengolahan sampah tidak lagi membawa ke TPA Bengkala, karena kami punya MBSM dan masyarakat yang sudah sadar sampah plastik. Mudah-mudahan alat ini bisa menuntaskan pengolahan sampah yang kami lakukan di sini menangani sampah plastik yang tidak bisa dijual langsung diolah menjadi BBM,” ujar Perbekel Niryasa.
Dirinya mengatakan, bantuan mesin Pirolisis ini akan dirapatkan terlebih dahulu untuk penempatannya, karena selama ini bank sampah mereka ada di tengah permukiman. “Yang masih kami pikirkan soal bau dari asap pengolahan yang cukup menyengat ini nanti kami akan rapatkan dulu soal penempatannya karena bank sampah kami ada di tengah permukiman,” imbuh dia.
Sementara itu Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Buleleng, Putu Ariadi Pribadi didampingi Camat Banjar Ketut Darmawan, mengatakan bantuan mesin Pirolisis ini dinilai sangat tepat dalam konteks penanganan sampah plastik di Buleleng yang berbasis desa. Sehingga target penuntasan sampah di desa dan diselesaikan di rumah tangga dari pemerintah dapat terwujud dengan mesin pengolahan sampah plastik. Kedepannya DLH Buleleng pun berharap dengan pengolahan sampah di sumber sampah dapat mengurangi sampah yang masuk ke TPA. “Jadi setelah diolah sampah yang bernilai ekonomis dapat dijual, yang plastik tidak bisa dijual diolah menjadi BBM. Sehingga harapan kami ke depan yang masuk ke TPA adalah sampah residu saja,” ucap mantan Camat Gerokgak itu.
Sejauh ini dirinya pun mengklaim seratusan desa yang ada di Buleleng sedang berlomba melakukan pengolahan sampah melalui program desanya. DLH pun mengaku cukup terbantu dengan bermunculan aktifis peduli lingkungan yang semakin banyak. “Kami dari Pemkab Buleleng mengucapkan terimakasih kepada PLN Bali Utara atas bantuan mesin Pirolisis kepada Desa Munduk. Bantuan CSR ini bisa tentu sangat bermanfaat untuk mengurangi sampah plastik.
Sementara itu Manajer PLN UP3 Bali Utara, I Gusti Made Aditya San Adinata, mengatakan dipilihnya Desa Munduk sebagai desa pertama di Buleleng yang menerima mesin pengolahan sampah plastik menjadi BBM, sebagai bagian dari program PLN Akustik (Ayo Kurangi Sampah Plastik. Di samping Desa Munduk juga dinilai sangat konsen dalam menangani sampah plastik. Selain juga merupakan salah satu Desa Wisata di Buleleng yang sangat maju. Melalui bantuan CSRnya PLN UP3 Bali Utara langsung memberikan empat unit mesin Pirolisis yang dapat dimanfaatkan untuk penuntasan pengolahan sampah plastik yang selama ini dilakukan warga Desa Munduk.
“Bantuan kami ini menyambut semangat masyarakat di Munduk yang sangat peduli dengan sampah plastik. Semangat ini harus dituntaskan. Sampah setelah dikumpulkan, harus daur ulang atau diolah. Melalui program pelestarian alam kami ikut bersinergi menuntaskan penanggulangan sampah plastik,” jelas dia.
Bantuan Pirolisis di Desa Munduk ini juga akan menjadi contoh dan bahan evaluasi. Jika terbukti bermanfaat bagi masyarakat, dirinya mengaku akan mengajukan kembali ke PLN pusat untuk membantu lebih banyak desa di Buleleng dalam menangani sampah plastik. “Pengajuan untuk tahun depan sudah kami lakukan, tetapi nanti keputusannya tergantung dari hasil evaluasi bantuan saat ini apakah nanti benar-benar diperlukan masyarakat atau tidak,” jelas I Gusti Made Aditya San Adinata.*k23
Tekad dan keuletan warga Desa Munduk, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng dalam upaya mengurangi sampah plastik berbuah manis. Sebagai desa wisata yang sangat peduli terhadap kebersihan lingkungan, Desa Munduk mendapat bantuan empat unit mesin Pirolisis atau mesin pengolah sampah plastik menjadi Bahan Bakar Minyak (BBM) dari PLN UP3 Bali Utara, Rabu (27/11/2019).
Desa Munduk disebut Perbekel I Nyoman Niryasa sejak dua tahun terakhir punya komitmen memerangi sampah plastik dengan membentuk bank sampah. Kepedulian warga pertama kali digerakkan oleh Nyoman Armada, tokoh masyarakat setempat, dengan membentuk komunitas Munduk Bersih Sehat Melaju (MBSM). Komunitas peduli lingkungan ini bersama masyarakat rutin melakukan pemungutan sampah plastik setiap hari jumat yang kemudian dipilah di bank sampah. “Selama ini kami sudah mandiri dalam pengolahan sampah tidak lagi membawa ke TPA Bengkala, karena kami punya MBSM dan masyarakat yang sudah sadar sampah plastik. Mudah-mudahan alat ini bisa menuntaskan pengolahan sampah yang kami lakukan di sini menangani sampah plastik yang tidak bisa dijual langsung diolah menjadi BBM,” ujar Perbekel Niryasa.
Dirinya mengatakan, bantuan mesin Pirolisis ini akan dirapatkan terlebih dahulu untuk penempatannya, karena selama ini bank sampah mereka ada di tengah permukiman. “Yang masih kami pikirkan soal bau dari asap pengolahan yang cukup menyengat ini nanti kami akan rapatkan dulu soal penempatannya karena bank sampah kami ada di tengah permukiman,” imbuh dia.
Sementara itu Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Buleleng, Putu Ariadi Pribadi didampingi Camat Banjar Ketut Darmawan, mengatakan bantuan mesin Pirolisis ini dinilai sangat tepat dalam konteks penanganan sampah plastik di Buleleng yang berbasis desa. Sehingga target penuntasan sampah di desa dan diselesaikan di rumah tangga dari pemerintah dapat terwujud dengan mesin pengolahan sampah plastik. Kedepannya DLH Buleleng pun berharap dengan pengolahan sampah di sumber sampah dapat mengurangi sampah yang masuk ke TPA. “Jadi setelah diolah sampah yang bernilai ekonomis dapat dijual, yang plastik tidak bisa dijual diolah menjadi BBM. Sehingga harapan kami ke depan yang masuk ke TPA adalah sampah residu saja,” ucap mantan Camat Gerokgak itu.
Sejauh ini dirinya pun mengklaim seratusan desa yang ada di Buleleng sedang berlomba melakukan pengolahan sampah melalui program desanya. DLH pun mengaku cukup terbantu dengan bermunculan aktifis peduli lingkungan yang semakin banyak. “Kami dari Pemkab Buleleng mengucapkan terimakasih kepada PLN Bali Utara atas bantuan mesin Pirolisis kepada Desa Munduk. Bantuan CSR ini bisa tentu sangat bermanfaat untuk mengurangi sampah plastik.
Sementara itu Manajer PLN UP3 Bali Utara, I Gusti Made Aditya San Adinata, mengatakan dipilihnya Desa Munduk sebagai desa pertama di Buleleng yang menerima mesin pengolahan sampah plastik menjadi BBM, sebagai bagian dari program PLN Akustik (Ayo Kurangi Sampah Plastik. Di samping Desa Munduk juga dinilai sangat konsen dalam menangani sampah plastik. Selain juga merupakan salah satu Desa Wisata di Buleleng yang sangat maju. Melalui bantuan CSRnya PLN UP3 Bali Utara langsung memberikan empat unit mesin Pirolisis yang dapat dimanfaatkan untuk penuntasan pengolahan sampah plastik yang selama ini dilakukan warga Desa Munduk.
“Bantuan kami ini menyambut semangat masyarakat di Munduk yang sangat peduli dengan sampah plastik. Semangat ini harus dituntaskan. Sampah setelah dikumpulkan, harus daur ulang atau diolah. Melalui program pelestarian alam kami ikut bersinergi menuntaskan penanggulangan sampah plastik,” jelas dia.
Bantuan Pirolisis di Desa Munduk ini juga akan menjadi contoh dan bahan evaluasi. Jika terbukti bermanfaat bagi masyarakat, dirinya mengaku akan mengajukan kembali ke PLN pusat untuk membantu lebih banyak desa di Buleleng dalam menangani sampah plastik. “Pengajuan untuk tahun depan sudah kami lakukan, tetapi nanti keputusannya tergantung dari hasil evaluasi bantuan saat ini apakah nanti benar-benar diperlukan masyarakat atau tidak,” jelas I Gusti Made Aditya San Adinata.*k23
Komentar