Menteri BUMN Cek Pengembangan Benoa
Koster Minta UMKM Diberi Ruang Pasarkan Produk di Pelabuhan Benoa
Erick Thohir berharap ke depan setiap hari ada satu kapal pesiar bersandar di Pelabuhan Benoa
DENPASAR, NusaBali
Menteri BUMN Erick Thohir, didampingi Gubernur Bali Wayan Koster, tinjau Pelabuhan Benoa, Denpasar Selatan, Kamis (28/11) siang. Kunjungan ini untuk mengecek pelaksanaan pengembangan Pelabuhan Benoa yang akan dikembangkan menjadi Pelabuhan Cruise dan kawasan wisata kelas dunia.
Sebelum tinjau Pelabuhan Benoa, Erick Thohir sempat bertandang ke Rumah Jabatan Gubernur Bali di Komplek Jaya Sabha, Jalan Suraparti 1 Denpasar, Kamis siang pukul 14.00 Wita. Kemudian, Erick Thohir bersama Gubernur Koster bersama-sama meninjau Pelabuhan Benoa.
Erick Thohir memberikan sejumlah masukan dan arahan terkait pengembangan serta penataan Pelabuhan Benoa. Erick sangat berharap Pelabuhan Benoa nantinya berkembang menjadi Turn Around Port. Dengan demikian, pembangunan kawasan Pelabuhan Benoa yang dikombinasikan keramahtamahan pengelolaan wisata khas Bali, akan mampu meningkatkan kunjungan wisatawan melalui jalur laut.
“Saya berharap wisata di sini menjadi kelas dunia. Kita harapkan kunjungan wisatawan terus bertambah. Gubernur Bali menyatakan mendukung penuh pengembangan Pelabuhan Benoa menjadi Pelabuhan Cruise (kapal pesiar),” ujar Erick.
“Sekarang kunjungan kapal cruise ke Pelabuhan Benoa mencapai 90 unit per tahun. Diharapkan nanti setiap hari ada satu unit kapal cruise bersandar di Pelabuhan Benoa. Karena itu, kawasan Benoa ini akan ditata ulang secara menyeluruh oleh Pelindo III,” lanjut pengusaha kakap yang sempat jadi Presiden Klub Sepakbola Inter Milan ini.
Erick juga setujui pemindahan pusat perikanan ke bagian belakang Pelabuhan Benoa. Dengan penataan seperti itu, sebagaimana dibuat di Jepang dan Korea, wisata kuliner laut akan dapat didongkrak lebih maksimal. “Orang bisa datang memancing, hasilnya dimasak langsung dan bisa dimakan di situ juga. Jadi, para wisatawan saat turun dari kapal cruise, bisa juga hanya berwisata di dalam Pelabuhan Benoa apabila mereka tidak ingin turun ke kota,” tandas Erick.
Pada bagian lain, Erick berpesan bahwa BUMN memiliki peran sebagai lokomotif pembangunan. Erick pun mengajak semua pihak untuk membangun ekosistem yang di dalamnya harus ada pengusaha daerah, UKM setempat, BUMD, dan BUMN bersama create value, agar manfaatnya dapat dirasakan oleh masyarakat.
“Pelabuhan Benoa ini bisa menjadi pusat pembangunan ekosistem, bersama-sama harus bisa berpikir untuk mencapai satu tujuan yaitu wisata di Bali menjadi nomor satu dan pelabuhannya juga berstandar dunia. Dengan begitu, semua pihak akan fokus di satu tujuan,” katanya.
Sementara, Dirut Pelindo III, Doso Agung, menyatakan pihaknya segera akan mematangkan rencana penataan Pelabuhan Benoa, agar dapat terintegrasi dengan ekosistem pelabuhan hingga 10 tahun ke depan. Dalam perjalanannya, rencana penataan ini juga telah mendapatkan dukungan dari Pemprov Bali melalui Gubernur Koster.
“Semua desain penataan Pelabuhan Benoa sudah disusun bersama Gubernur Bali dan pada akhirnya disepakati desain pelabuhan yang ramah lingkungan. Dari total 70 hektare wilayah Dumping 1 dan Dumping 2, sebagian besar atau sekitar 51 persen diperuntukkan sebagai hutan kota,” jelas Doso Agung.
Menurut Doso Agung, hutan kota ini sekaligus menjaga ekosistem Pelabuhan Benoa agar tetap terjaga dan nantinya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar serta turis kapal cruise untuk berjalan-jalan atau jogging maupun kegiatan lainnya.
“Sesuai masukan dari Menteri BUMN dan Gubernur Bali, kami akan menata kembali lokasi eksisting Pelabuhan Benoa, seperti pemindahan area perikanan ke zona perikanan di wilayah Dumping 1 yang baru. Sedangkan untuk kegiatan curah kering, gas, dan peti kemas akan dijadikan satu di wilayah Dumping 2. Pemindahan ini dimaksudkan supaya tidak mengganggu pemandangan para wisatawan pesiar saat turun dari kapal cruise,” tegas Doso Agung.
Sementara itu, Gubernur Koster mengharapkan Dermaga Cruise di Pelabuhan Benoa tidak hanya mampu menujang infrastruktur prioritas sektor pariwisata Bali, namun juga memberi peluang bagi UMKM lokal. Caranya, dengan memberi ruang bagi UMKM lokai untuk memamerkan dan sekaligus memasarkan berbagai aneka produk mereka.
“Dengan dibangunnya pelabuhan, tentu ada prospek baru bagi sektor perdagangan. Di sinilah kami berharap UMKM dan pengusaha lokal bisa berperan. Harus disediakan ruang bagi mereka untuk mengembangkan usahanya, yang pada muaranya akan berimplikasi terhadap perekonomian masyarakat Bali,” tegas Koster.
Koster menyebutkan, produk utama yang dipromosikan tentunya produk lokal, termasuk hasil kerajinan yang bersumber dari kearifan lokal Bali. “Itulah nilai jual kita. Kalau yang kita pasarkan produk lain, tentu sudah ada di negaranya masing-masing. Ini salah satu pintu masuk wisatawan, jadi harus bisa menjadi etalase yang mewakili Bali,” jelas Gubernur asal Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula, Buleleng yang juga Ketua DPD PDIP Bali ini.
Koster mengingatkan hal ini, berkaitan dengan jangka waktu tinggal wisatawan kapal pesiar yang rata-rata hanya berlabuh sekitar 8 jam, sebelum bertolak ke lokasi wisata berikutnya. Menurut Koster, seandainya setiap penumpang kapal pesiar bisa memperpanjang waktu singgahnya hingga menginap di Bali, tentu akan menjadi sumber pendapatan yang besar bagi Pulau Dewata.
Meneteri BUMN, Erick Thohir, sepakat dengan Koster. Erick mendukung keberadaan pelaku UMKM, pengusaha lokal sbagai pelaku, dan produk lokal yang dipasarkan di lingkungan Dermaga Cruise Pelabuhan Benoa.
“Saya setuju dengan Bapak Gubernur, akan kami dukung, di sini harus dilibatkan UMKM lokal. Semisal, sebagai supplier dan sebagainya, jangan semuanya dari BUMN. Dan, produk yang dipasarkan harus produk lokal. Bukan anti produk asing, tapi harus ada keberpihakan,” tegas Erick seraya meminta pihak Pelindo III untuk melakukan survei jumlah cruise yang bersandar setiap harinya serta jumlah wisatawan yang ditampung, sehingga pembangunan bisa direncanakan lebih detail. *K17
Sebelum tinjau Pelabuhan Benoa, Erick Thohir sempat bertandang ke Rumah Jabatan Gubernur Bali di Komplek Jaya Sabha, Jalan Suraparti 1 Denpasar, Kamis siang pukul 14.00 Wita. Kemudian, Erick Thohir bersama Gubernur Koster bersama-sama meninjau Pelabuhan Benoa.
Erick Thohir memberikan sejumlah masukan dan arahan terkait pengembangan serta penataan Pelabuhan Benoa. Erick sangat berharap Pelabuhan Benoa nantinya berkembang menjadi Turn Around Port. Dengan demikian, pembangunan kawasan Pelabuhan Benoa yang dikombinasikan keramahtamahan pengelolaan wisata khas Bali, akan mampu meningkatkan kunjungan wisatawan melalui jalur laut.
“Saya berharap wisata di sini menjadi kelas dunia. Kita harapkan kunjungan wisatawan terus bertambah. Gubernur Bali menyatakan mendukung penuh pengembangan Pelabuhan Benoa menjadi Pelabuhan Cruise (kapal pesiar),” ujar Erick.
“Sekarang kunjungan kapal cruise ke Pelabuhan Benoa mencapai 90 unit per tahun. Diharapkan nanti setiap hari ada satu unit kapal cruise bersandar di Pelabuhan Benoa. Karena itu, kawasan Benoa ini akan ditata ulang secara menyeluruh oleh Pelindo III,” lanjut pengusaha kakap yang sempat jadi Presiden Klub Sepakbola Inter Milan ini.
Erick juga setujui pemindahan pusat perikanan ke bagian belakang Pelabuhan Benoa. Dengan penataan seperti itu, sebagaimana dibuat di Jepang dan Korea, wisata kuliner laut akan dapat didongkrak lebih maksimal. “Orang bisa datang memancing, hasilnya dimasak langsung dan bisa dimakan di situ juga. Jadi, para wisatawan saat turun dari kapal cruise, bisa juga hanya berwisata di dalam Pelabuhan Benoa apabila mereka tidak ingin turun ke kota,” tandas Erick.
Pada bagian lain, Erick berpesan bahwa BUMN memiliki peran sebagai lokomotif pembangunan. Erick pun mengajak semua pihak untuk membangun ekosistem yang di dalamnya harus ada pengusaha daerah, UKM setempat, BUMD, dan BUMN bersama create value, agar manfaatnya dapat dirasakan oleh masyarakat.
“Pelabuhan Benoa ini bisa menjadi pusat pembangunan ekosistem, bersama-sama harus bisa berpikir untuk mencapai satu tujuan yaitu wisata di Bali menjadi nomor satu dan pelabuhannya juga berstandar dunia. Dengan begitu, semua pihak akan fokus di satu tujuan,” katanya.
Sementara, Dirut Pelindo III, Doso Agung, menyatakan pihaknya segera akan mematangkan rencana penataan Pelabuhan Benoa, agar dapat terintegrasi dengan ekosistem pelabuhan hingga 10 tahun ke depan. Dalam perjalanannya, rencana penataan ini juga telah mendapatkan dukungan dari Pemprov Bali melalui Gubernur Koster.
“Semua desain penataan Pelabuhan Benoa sudah disusun bersama Gubernur Bali dan pada akhirnya disepakati desain pelabuhan yang ramah lingkungan. Dari total 70 hektare wilayah Dumping 1 dan Dumping 2, sebagian besar atau sekitar 51 persen diperuntukkan sebagai hutan kota,” jelas Doso Agung.
Menurut Doso Agung, hutan kota ini sekaligus menjaga ekosistem Pelabuhan Benoa agar tetap terjaga dan nantinya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar serta turis kapal cruise untuk berjalan-jalan atau jogging maupun kegiatan lainnya.
“Sesuai masukan dari Menteri BUMN dan Gubernur Bali, kami akan menata kembali lokasi eksisting Pelabuhan Benoa, seperti pemindahan area perikanan ke zona perikanan di wilayah Dumping 1 yang baru. Sedangkan untuk kegiatan curah kering, gas, dan peti kemas akan dijadikan satu di wilayah Dumping 2. Pemindahan ini dimaksudkan supaya tidak mengganggu pemandangan para wisatawan pesiar saat turun dari kapal cruise,” tegas Doso Agung.
Sementara itu, Gubernur Koster mengharapkan Dermaga Cruise di Pelabuhan Benoa tidak hanya mampu menujang infrastruktur prioritas sektor pariwisata Bali, namun juga memberi peluang bagi UMKM lokal. Caranya, dengan memberi ruang bagi UMKM lokai untuk memamerkan dan sekaligus memasarkan berbagai aneka produk mereka.
“Dengan dibangunnya pelabuhan, tentu ada prospek baru bagi sektor perdagangan. Di sinilah kami berharap UMKM dan pengusaha lokal bisa berperan. Harus disediakan ruang bagi mereka untuk mengembangkan usahanya, yang pada muaranya akan berimplikasi terhadap perekonomian masyarakat Bali,” tegas Koster.
Koster menyebutkan, produk utama yang dipromosikan tentunya produk lokal, termasuk hasil kerajinan yang bersumber dari kearifan lokal Bali. “Itulah nilai jual kita. Kalau yang kita pasarkan produk lain, tentu sudah ada di negaranya masing-masing. Ini salah satu pintu masuk wisatawan, jadi harus bisa menjadi etalase yang mewakili Bali,” jelas Gubernur asal Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula, Buleleng yang juga Ketua DPD PDIP Bali ini.
Koster mengingatkan hal ini, berkaitan dengan jangka waktu tinggal wisatawan kapal pesiar yang rata-rata hanya berlabuh sekitar 8 jam, sebelum bertolak ke lokasi wisata berikutnya. Menurut Koster, seandainya setiap penumpang kapal pesiar bisa memperpanjang waktu singgahnya hingga menginap di Bali, tentu akan menjadi sumber pendapatan yang besar bagi Pulau Dewata.
Meneteri BUMN, Erick Thohir, sepakat dengan Koster. Erick mendukung keberadaan pelaku UMKM, pengusaha lokal sbagai pelaku, dan produk lokal yang dipasarkan di lingkungan Dermaga Cruise Pelabuhan Benoa.
“Saya setuju dengan Bapak Gubernur, akan kami dukung, di sini harus dilibatkan UMKM lokal. Semisal, sebagai supplier dan sebagainya, jangan semuanya dari BUMN. Dan, produk yang dipasarkan harus produk lokal. Bukan anti produk asing, tapi harus ada keberpihakan,” tegas Erick seraya meminta pihak Pelindo III untuk melakukan survei jumlah cruise yang bersandar setiap harinya serta jumlah wisatawan yang ditampung, sehingga pembangunan bisa direncanakan lebih detail. *K17
1
Komentar