Makin Panas Jelang Munas Golkar
Loyalis Bamsoet: Ada 3 Menteri Jokowi Tekan DPD Golkar untuk Pilih Airlangga
Politikus Golkar itu pun menilai jika tekanan terus dilakukan, maka akan berpotensi memunculkan munas tandingan
JAKARTA, NusaBali
Loyalis calon ketua umum Partai Golkar Bambang Soesatyo (Bamsoet), Syamsul Rizal, menyebut adanya tiga menteri Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang campur tangan dalam pemilihan ketum partainya. Syamzul mengatakan 3 menteri tersebut menekan DPD Golkar untuk memilih kembali Airlangga Hartarto sebagai ketum.
"DPD 1 dan DPD 2, ditekan, bahkan tolong dicatat, ada indikasi kuat Pak Jokowi juga nggak tahu, tapi ada beberapa pembantu Jokowi dijadikan alat juga untuk tekan DPD-DPD, DPD I, melalui kepala-kepala daerahnya. Dan saya pastikan itu Pak Jokowi tidak tahu. Pak Jokowi sudah dari awal katakan tidak mencampuri urusan Golkar. Lha wong Pak Jokowi baik sama Bamsoet dan Airlangga," kata Syamsul di kantor DPP Golkar, Jalan Anggrek Neli Murni, Slipi, Jakarta Barat, Rabu (27/11).
Menurut Syamzul, tiga menteri Jokowi itu menelepon langsung ke para Ketua DPD I Golkar di daerah untuk memilih dan berpihak kepada Airlangga. Namun, dia meyakini Jokowi tak tahu menahu perihal itu. "Ada tiga pembantu Presiden yang telepon DPD-DPD dan ketua-ketua DPD I dan kepala-kepala daerah untuk pilih Airlangga, berpihak ke Airlangga, yang sebenarnya tiga menteri ini nggak punya jabatan politik di parpol, hanya mau cari legitimasi politik ke Presiden. Biar Presiden itu percaya mereka punya kekuatan politik, padahal sebenarnya nggak, hanya banyak bacot doang. Bukan, bukan dari Golkar. Ada tiga pembantu Presiden, yang satu itu kader Golkar, yang satu akademisi, yang satu partai lain," ungkap Syamsul, seperti dilansir detikcom.
"Yang muncul sangat santer itu adalah Pak Pratikno, Mensesneg. Nah ini kalau begini, kalau Golkar pecah, kasihan Pak Jokowi nggak tahu persoalan tapi dianggap bagian dari itu, PDIP juga. Jadi tidak elok lah kalau kemudian membawa nama Presiden," sambungnya.
Syamsul mengungkap pihaknya mendapat laporan dari para kader Golkar di daerah soal tekanan untuk mendukung Airlangga. Syamsul menyebut cara seperti itu akan membuat suara Golkar menurun dan berpotensi menimbulkan perpecahan. "Kami ditelepon beberapa DPD bahwa kepala daerahnya ditekan oleh Menteri A, gitu. Dan ternyata bukan cuma satu provinsi, sedangkan DPD II itu belum tentu juga dia akan loyal dengan DPD I. Iya (kepala daerah ditelepon), ada juga yang langsung ditelepon DPD-nya. Dan kebetulan kepala daerahnya itu juga kader Golkar. Kalau gini caranya, Golkar akan makin merosot suaranya. Dan bisa saja terjadi perpecahan, ada munas penyempurnaan konstitusi terjadi. Bisa saja," tutur Syamsul.
Politikus Golkar itu pun menilai jika tekanan terus dilakukan, maka akan berpotensi memunculkan munas tandingan. Hal itu, kata Syamsul, guna menegakkan konstitusi di Partai Golkar mengingat adanya pelanggaran prinsip-prinsip yang dilakukan kubu Airlangga."Ini bisa terjadi, bukan munas tandingan namanya, tetapi munas dalam rangka menegakkan konstitusi organisasi secara murni yang sesuai AD/ART. Hal ini bisa terjadi jika pengurus DPP saat ini tidak hati-hati dalam menempatkan konstitusi. Contohnya, lingkungan di sekitar kantor DPP seperti orang mau perang," katanya.
Sementara itu, Ketua DPP Partai Golkar, Ace Hasan Syadzily meminta loyalis Bamsoet tak asal berbicara. "Sudah lah, nggak usah ngigau ngomong ke mana-mana," kata Ace kepada wartawan, Kamis (28/11).
Kader pro-Airlangga itu meminta para loyalis Bamsoet untuk fokus penyelenggaraan musyawarah nasional (munas). Menurut Ace, alangkah lebih baik jika Bamsoet dan para loyalisnya untuk fokus memenangkan pertarungan di munas. "Munas sudah di depan mata, tinggal beberapa hari ke depan. Kalau mau maju jadi calon ketua umum, yakinkan para pemegang suara dengan konsep dan gagasan untuk kemajuan Prtai Golkar lima tahun ke depan," ujarnya.
Ace menilai tudingan Syamsul hanya untuk mendapatkan dukungan semata. Dia pun meyakini Partai Golkar tak akan goyah dengan tudingan-tudingan yang tak jelas. "Partai Golkar itu, partai yang sudah dewasa dan matang berdemokrasi. Tidak akan terpengaruh dengan berbagai kegaduhan yang sengaja diciptakan untuk mencuri perhatian pihak-pihak yang ingin mendapatkan dukungan," tutur Ace. 7
Airlangga: Tak Benar Menteri Jokowi Tekan DPD Golkar Loyalis Bambang Soesatyo (Bamsoet), Syamsul Rizal menyebut ada tiga menteri Presiden Joko Widodo yang menekan DPD untuk memilih Airlangga Hartarto kembali sebagai Ketum Golkar. Airlangga memastikan kabar tersebut tidak benar.
"Ini kan urusan internal Golkar. Tidak benar," ujar Airlangga di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Kamis (28/11). "Syamsul Rizal tak perlu ditanggapi," imbuhnya.
Airlangga juga menjawab isu meminta bantuan Jokowi serta menteri untuk endorsement sebagai ketum. "Ya kan ini mekanisme internal Partai Golkar, mekanismenya jelas," katanya.
Airlangga menambahkan tidak ada skenario tertentu menjelang munas Golkar. "Munas ini setiap lima tahun, munas itu tidak ada skenario," ucap Airlangga.
Airlangga kembali menegaskan tudingan itu tidak benar. Airlangga mengatakan yang punya suara pemilihan Ketum Golkar adalah DPD tingkat I dan II. "Tidak ada, yang punya suara itu kan DPD tingkat I dan tingkat II," kata Airlangga. *
"DPD 1 dan DPD 2, ditekan, bahkan tolong dicatat, ada indikasi kuat Pak Jokowi juga nggak tahu, tapi ada beberapa pembantu Jokowi dijadikan alat juga untuk tekan DPD-DPD, DPD I, melalui kepala-kepala daerahnya. Dan saya pastikan itu Pak Jokowi tidak tahu. Pak Jokowi sudah dari awal katakan tidak mencampuri urusan Golkar. Lha wong Pak Jokowi baik sama Bamsoet dan Airlangga," kata Syamsul di kantor DPP Golkar, Jalan Anggrek Neli Murni, Slipi, Jakarta Barat, Rabu (27/11).
Menurut Syamzul, tiga menteri Jokowi itu menelepon langsung ke para Ketua DPD I Golkar di daerah untuk memilih dan berpihak kepada Airlangga. Namun, dia meyakini Jokowi tak tahu menahu perihal itu. "Ada tiga pembantu Presiden yang telepon DPD-DPD dan ketua-ketua DPD I dan kepala-kepala daerah untuk pilih Airlangga, berpihak ke Airlangga, yang sebenarnya tiga menteri ini nggak punya jabatan politik di parpol, hanya mau cari legitimasi politik ke Presiden. Biar Presiden itu percaya mereka punya kekuatan politik, padahal sebenarnya nggak, hanya banyak bacot doang. Bukan, bukan dari Golkar. Ada tiga pembantu Presiden, yang satu itu kader Golkar, yang satu akademisi, yang satu partai lain," ungkap Syamsul, seperti dilansir detikcom.
"Yang muncul sangat santer itu adalah Pak Pratikno, Mensesneg. Nah ini kalau begini, kalau Golkar pecah, kasihan Pak Jokowi nggak tahu persoalan tapi dianggap bagian dari itu, PDIP juga. Jadi tidak elok lah kalau kemudian membawa nama Presiden," sambungnya.
Syamsul mengungkap pihaknya mendapat laporan dari para kader Golkar di daerah soal tekanan untuk mendukung Airlangga. Syamsul menyebut cara seperti itu akan membuat suara Golkar menurun dan berpotensi menimbulkan perpecahan. "Kami ditelepon beberapa DPD bahwa kepala daerahnya ditekan oleh Menteri A, gitu. Dan ternyata bukan cuma satu provinsi, sedangkan DPD II itu belum tentu juga dia akan loyal dengan DPD I. Iya (kepala daerah ditelepon), ada juga yang langsung ditelepon DPD-nya. Dan kebetulan kepala daerahnya itu juga kader Golkar. Kalau gini caranya, Golkar akan makin merosot suaranya. Dan bisa saja terjadi perpecahan, ada munas penyempurnaan konstitusi terjadi. Bisa saja," tutur Syamsul.
Politikus Golkar itu pun menilai jika tekanan terus dilakukan, maka akan berpotensi memunculkan munas tandingan. Hal itu, kata Syamsul, guna menegakkan konstitusi di Partai Golkar mengingat adanya pelanggaran prinsip-prinsip yang dilakukan kubu Airlangga."Ini bisa terjadi, bukan munas tandingan namanya, tetapi munas dalam rangka menegakkan konstitusi organisasi secara murni yang sesuai AD/ART. Hal ini bisa terjadi jika pengurus DPP saat ini tidak hati-hati dalam menempatkan konstitusi. Contohnya, lingkungan di sekitar kantor DPP seperti orang mau perang," katanya.
Sementara itu, Ketua DPP Partai Golkar, Ace Hasan Syadzily meminta loyalis Bamsoet tak asal berbicara. "Sudah lah, nggak usah ngigau ngomong ke mana-mana," kata Ace kepada wartawan, Kamis (28/11).
Kader pro-Airlangga itu meminta para loyalis Bamsoet untuk fokus penyelenggaraan musyawarah nasional (munas). Menurut Ace, alangkah lebih baik jika Bamsoet dan para loyalisnya untuk fokus memenangkan pertarungan di munas. "Munas sudah di depan mata, tinggal beberapa hari ke depan. Kalau mau maju jadi calon ketua umum, yakinkan para pemegang suara dengan konsep dan gagasan untuk kemajuan Prtai Golkar lima tahun ke depan," ujarnya.
Ace menilai tudingan Syamsul hanya untuk mendapatkan dukungan semata. Dia pun meyakini Partai Golkar tak akan goyah dengan tudingan-tudingan yang tak jelas. "Partai Golkar itu, partai yang sudah dewasa dan matang berdemokrasi. Tidak akan terpengaruh dengan berbagai kegaduhan yang sengaja diciptakan untuk mencuri perhatian pihak-pihak yang ingin mendapatkan dukungan," tutur Ace. 7
Airlangga: Tak Benar Menteri Jokowi Tekan DPD Golkar Loyalis Bambang Soesatyo (Bamsoet), Syamsul Rizal menyebut ada tiga menteri Presiden Joko Widodo yang menekan DPD untuk memilih Airlangga Hartarto kembali sebagai Ketum Golkar. Airlangga memastikan kabar tersebut tidak benar.
"Ini kan urusan internal Golkar. Tidak benar," ujar Airlangga di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Kamis (28/11). "Syamsul Rizal tak perlu ditanggapi," imbuhnya.
Airlangga juga menjawab isu meminta bantuan Jokowi serta menteri untuk endorsement sebagai ketum. "Ya kan ini mekanisme internal Partai Golkar, mekanismenya jelas," katanya.
Airlangga menambahkan tidak ada skenario tertentu menjelang munas Golkar. "Munas ini setiap lima tahun, munas itu tidak ada skenario," ucap Airlangga.
Airlangga kembali menegaskan tudingan itu tidak benar. Airlangga mengatakan yang punya suara pemilihan Ketum Golkar adalah DPD tingkat I dan II. "Tidak ada, yang punya suara itu kan DPD tingkat I dan tingkat II," kata Airlangga. *
Komentar