Beberapa Kosakata Daerah Kini Sudah Masuk KBBI
Penggunaan Bahasa Indonesia di media massa mendapat atensi Balai Bahasa Bali.
DENPASAR, NusaBali.com
Menindaklanjuti kegiatan pengawasan dan pengendalian penggunaan Bahasa Indonesia pada media massa di Bali, Balai Bahasa Bali menggelar diskusi yang melibatkan 25 jurnalis media cetak dan online, serta media elektronik TV dan radio, 27-29 November 2019.
Di hari pertama membahas mengenai hasil pengawasan penggunaan Bahasa Indonesia di media massa yang dilakukan oleh Balai Bahasa Bali dalam beberapa tahun belakangan, serta penyuluhan mengenai penggunaan kata dan ejaan yang baku. Selanjutnya, hari kedua Penyuluhan Bahasa Indonesia bagi Media Massa pada Kamis (28/11/2019) diisi dengan penyuluhan mengenai kecenderungan kesalahan berbahasa Indonesia pada media massa yang diisi oleh I Made Sujaya.
Di hari kedua ini, I Made Sujana dan para peserta berdiskusi mengenai beragam kecenderungan kesalahan berbahasa Indonesia di media massa, seperti pilihan kata dan penulisan cetak miring pada kata asing atau daerah. I Made Sujana mengungkapkan, sebagai media yang juga memiliki fungsi edukasi, hendaknya media lebih mengutamakan penggunaan Bahasa Indonesia daripada istilah asing.
Dalam penggunaan bahasa daerah, ternyata terdapat sejumlah kosa kata daerah yang telah masuk dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sehingga tak perlu dicetak miring. “Kata kelian dan awig-awig, sekarang sudah masuk di KBBI, sehingga tidak perlu dicetak miring. Awig-awig sendiri dulunya dibuat padanan kata ‘awik-awik’ yang sulit dilafalkan, sehingga kini kata bakunya ditetapkan awig-awig. Berbeda dengan kata krama, justru yang menjadi kata bakunya yaitu kromo, serapan dari bahasa Jawa, sehingga kata krama masih dianggap bentuk tidak baku dari kromo,” ujar I Made Sujana.
Penggunaan pilihan kata yang tepat juga turut menjadi sorotan. Di media massa, seringkali digunakan beberapa kata yang bukan merupakan kata baku dengan beberapa tujuan, salah satunya agar judul artikel terdengar lebih menarik. Penggunaan pilihan kata semacam ini tidaklah salah meski masih harus mengutamakan kata baku, bahkan penggunaan pilihan kata ini membuat beberapa kosakata turut dimasukkan ke KBBI, seperti kata ‘heboh’ yang berasal dari Melayu, dan kata ‘gengsi’ dari Minangkabau pengganti kata ‘prestige’. “Bahasa jurnalistik banyak memberi sumbangan terhadap pertumbuhan Bahasa Indonesia,” lanjut I Made Sujana.*yl
Komentar