Dua Sahabat Pameran Bersama di Griya Santrian
Masing-masing Bawakan Genre Abstrak dan Realis
DENPASAR, NusaBali
Griya Santrian Sanur, Denpasar, selalu menjadi salah satu tempat yang menyajikan berbagai ragam pameran lukisan karya para perupa. Kali ini Griya Santrian mencoba menampilkan hal yang cukup berbeda, dengan menghadirkan dua orang sahabat yang sama-sama perupa, Made Mahendra Mangku dan Nur Ilham. Keduanya memiliki gaya lukis yang super abstrak dan super realis yang karyanya bakal dipamerkan di Galeri Griya Santrian, 8 November – 30 Desember 2019. Keduanya sama-sama menggunkan media water colour atau cat air.
Made Mahendra Mangku mengatakan, bisa dibilang sebagai ‘romantisme’ pertemuan kembali dua sahabat antara dirinya dengan Nur Ilham. Keduanya pernah mengenyam pendidikan di sekolah yang sama yakni SMSR Batubulan. Keduanya sejak awal memang memiliki gaya lukis yang berbeda. Mahendra Mangku menekuni jalur abstrak dan Nur Ilham di jalur realis. Baginya, jalur abstrak punya suatu daya tarik yang menarik.
“Abstrak itu sangat menarik dari sisi proses. Ibaratnya ketika ingin menempuh suatu tujuan, saya tidak harus menggunakan satu jalur saja. Saya mencoba jalur yang lain. Di situ saya merasakan kenikmatan tersendiri dalam berproses menggunakan jalur abstrak. ,” katanya.
Nur Ilham sebenarnya sudah memprediksi sahabatnya, Made Mahendra Mangku bakal menekuni seni rupa abstrak. Indikasinya, Mangku sudah berani bermain warna-warna, dan lompatan menuju ke abstrak sangat terasa saat Mangku melanjutkan pendidikannya ke ISI Yogyakarta. Sedangkan Nur Ilham yang menekuni jalur realis mengaku baru beberapa tahun belakangan ini baru bermain di cat air, setelah 20 tahun bermail dengan cat oil dan kanvas. “Saya tidak menduga sama sekali akhirnya terjun di water colour. Dulu saya sangat asyik dengan cat minyak. Dulu, guru saya di SMSR Batubulan pernah bilang kalau karya-karya saya akan akan bagus dengan water colour, tapi tidak saya indahkan waktu itu.
“Selama 20 tahun saya menggunakan cat minyak dan akrilik, tapi saya tidak mendapatkan sesuatu apapun dengan media itu. Tahun 2013 baru saya sadar dan mencoba gunakan water colour lagi. Water colour itu unik, ada artistik yang tak terduga selama berproses. Kalau cat minyak atau akrilik, kita bisa punya mindset hasilnya akan seperti apa. Tapi kalau water colour, kita seolah-olah tidak bisa mengatur respon cat air di atas kertas. Bagi saya itu unik dan menarik,” imbuh Nur Ilham.
Sedangkan kurator pameran ‘Menembus Rasa’, Wayan Seriyoga Parta mengatakan, secara umum publik akan memahami bahwa karya dari keduanya berbeda satu sama lain. Satunya sangat abstrak, dan satunya sangat realis. Namun ada yang perlunya ditegaskan kembali dari dua perbedaan tersebut. “Saya ingin menggali hal yang di luar atau hal yang paling dalam, dari sekedar tampilan visual. Yang menarik adalah media seni lukis mereka yang menggunakan water colour (cat air), yang memiliki posisi spesial dalam perkembangan sejarah seni lukis dunia,” katanya.
Menurutnya, meski secara visual karya Made Mahendra Mangku dan Nur Ilham terlihat berbeda dan bahkan bertolak belakang, namun sejatinya ada yang senada dalam karya keduanya. Metode yang digunakan oleh Made Mahendra Mangku berupa penyelarasan ide atau pikiran, tangan dan rasa. Saat semua aspek tersebut bisa selaras, maka dia dapat merasakan karya yang dibuat akan mencapai harmoni. Begitupun Nur Ilham juga merasakan proses yang sama seperti Mahendra Mangku. Sangat penting menyelaraskan ide atau pikiran, tangan (skill) dan rasa. *ind
Made Mahendra Mangku mengatakan, bisa dibilang sebagai ‘romantisme’ pertemuan kembali dua sahabat antara dirinya dengan Nur Ilham. Keduanya pernah mengenyam pendidikan di sekolah yang sama yakni SMSR Batubulan. Keduanya sejak awal memang memiliki gaya lukis yang berbeda. Mahendra Mangku menekuni jalur abstrak dan Nur Ilham di jalur realis. Baginya, jalur abstrak punya suatu daya tarik yang menarik.
“Abstrak itu sangat menarik dari sisi proses. Ibaratnya ketika ingin menempuh suatu tujuan, saya tidak harus menggunakan satu jalur saja. Saya mencoba jalur yang lain. Di situ saya merasakan kenikmatan tersendiri dalam berproses menggunakan jalur abstrak. ,” katanya.
Nur Ilham sebenarnya sudah memprediksi sahabatnya, Made Mahendra Mangku bakal menekuni seni rupa abstrak. Indikasinya, Mangku sudah berani bermain warna-warna, dan lompatan menuju ke abstrak sangat terasa saat Mangku melanjutkan pendidikannya ke ISI Yogyakarta. Sedangkan Nur Ilham yang menekuni jalur realis mengaku baru beberapa tahun belakangan ini baru bermain di cat air, setelah 20 tahun bermail dengan cat oil dan kanvas. “Saya tidak menduga sama sekali akhirnya terjun di water colour. Dulu saya sangat asyik dengan cat minyak. Dulu, guru saya di SMSR Batubulan pernah bilang kalau karya-karya saya akan akan bagus dengan water colour, tapi tidak saya indahkan waktu itu.
“Selama 20 tahun saya menggunakan cat minyak dan akrilik, tapi saya tidak mendapatkan sesuatu apapun dengan media itu. Tahun 2013 baru saya sadar dan mencoba gunakan water colour lagi. Water colour itu unik, ada artistik yang tak terduga selama berproses. Kalau cat minyak atau akrilik, kita bisa punya mindset hasilnya akan seperti apa. Tapi kalau water colour, kita seolah-olah tidak bisa mengatur respon cat air di atas kertas. Bagi saya itu unik dan menarik,” imbuh Nur Ilham.
Sedangkan kurator pameran ‘Menembus Rasa’, Wayan Seriyoga Parta mengatakan, secara umum publik akan memahami bahwa karya dari keduanya berbeda satu sama lain. Satunya sangat abstrak, dan satunya sangat realis. Namun ada yang perlunya ditegaskan kembali dari dua perbedaan tersebut. “Saya ingin menggali hal yang di luar atau hal yang paling dalam, dari sekedar tampilan visual. Yang menarik adalah media seni lukis mereka yang menggunakan water colour (cat air), yang memiliki posisi spesial dalam perkembangan sejarah seni lukis dunia,” katanya.
Menurutnya, meski secara visual karya Made Mahendra Mangku dan Nur Ilham terlihat berbeda dan bahkan bertolak belakang, namun sejatinya ada yang senada dalam karya keduanya. Metode yang digunakan oleh Made Mahendra Mangku berupa penyelarasan ide atau pikiran, tangan dan rasa. Saat semua aspek tersebut bisa selaras, maka dia dapat merasakan karya yang dibuat akan mencapai harmoni. Begitupun Nur Ilham juga merasakan proses yang sama seperti Mahendra Mangku. Sangat penting menyelaraskan ide atau pikiran, tangan (skill) dan rasa. *ind
1
Komentar