Ratusan Penyandang Disabilitas Ramaikan Fun Gathering
Sedikitnya 150 penyandang disabilitas dari sejumlah komunitas disabilitas di Bali meramaikan acara Fun Gathering bertajuk ‘Kita Bisa, Kita Bahagia’ di taman Big Garden, Jalan Bypass Nguran Rai, kawasan Padanggalak, Kelurahan Kesiman, Denpasar Timur, Sabtu (30/11).
DENPASAR, NusaBali
Mereka berbaju kaos abu, berbaur, bergembira dan bersuka ria karena dihibur dengan pentas seni tari, lagu, dan musik. Tak hanya menikmati hiburan, beberapa komunitas disabilitas, antara lain disabilitas tuna rungu remaja putri dari Panti Asuhan Ikang Papa, Jalan Kebo Iwa, Gianyar, mementaskan tari Bali. Ada juga pentas gambelan dari anggota Pertuni (Persatuan Tuna Netra Indonesia) Cabang Gianyar. Mereka juga dihibur oleh penyanyi pop Bali Widi Widiana, Ayu Saraswati, dan Rani. Para penyandang disabilitas bersama 150 pendamping juga dihibur performance art oleh seniman serba bisa asal Desa Buruan, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar, Nyoman Arjawa dengan suara khas binatangnya. Arjawa yang pembina Pertuni Gianyar juga unjuk seni melukis terbalik satu menit di hadapan audiens.
Acara tersebut digiatkan oleh Angel Heart Bali, salah satu yayasan sosial kemanusiaan dan pendidikan di Bali, Yayasan Relawan Bali, Himpunan Wanita Disabilitas Bali, dan didukung sejumlah relawan peduli disabilitas. Ketua Panitia Kadek Wiwin Hendra Wiguna dari Yayasan Angel Heart, menjelaskan acara ini bermula dari salah seorang penyandang tuna daksa (tubuh lumpuh), Agus alias Agus Kpopers, asal Buleleng mengecek kesehatan di RSUP Sanglah, Denpasar, beberapa waktu lalu. Melihat kondisi Agus, jelas dia, dia dan sejumlah relawan peduli kemanusiaan di Bali ingin berbagi untuk menyemangati kehidupan Agus dan para disabilitas lain di Bali. Salah satunya dengan menghibur dan mengajak mereka bermain secara kekeluargaan, Fun Gethering. ‘’Setelah melihat para penyandang disabilitas di tengah keterbatasan fisiknya yang bergitu, mereka seakan mengajari kami yang sehat normal ini untuk lebih mensyukuri anugerah Tuhan,’’ jelas laki-laki asal Desa Banyuatis, Kecamatan Banjar, Buleleng ini.
Wiwin menambahkan setiap penyandang disabilitas dihadirkan ke lokasi acara dengan pola antar-jemput. Misalnya, penyandang disabilitas 35 orang ditambah 35 pendamping dari Buleleng, diantar-jemput dengan dua bus. Demikian pula yang asal kabupaten lain. 150an disabiltas ini dari kalangan tuna daksa atau tubuh tak sempurna, tuna rungu atau tuli-bisu, tuna netra atau tak dapat melihat, tuna grahita atau terbelakng mental. Selain hiburan tari dan tembang-tembang pop Bali, para penyandang disabililitas juga mendapatkan motivasi kehidupan dari Wayan Damai, salah seorang pelukis difabel asal Ubud, Gianyar yang juga atlet Lawn Bowls nasional. Selain itu, ada hipnoterafi dari dr Darmika.
Di lokasi acara, panitia juga memamerkan sejumlah lukisan karya pelukis disabilitas. Acara diakhiri dengan game berhadiah dari panitia. Acara tersebut dihadiri Kepala Dinas Sosial Provinsi Bali Dewa Mahendra Putra. Di sela-sela acara, Dewa Mahendra mengaku menyambut positip kegiatan yang digalakkan para relawan disabiliats tersebut. Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk sinergi yang baik antar relawan disabilitas. Menurutnya, acara ini pantas jadi contoh karena sangat sesuai dengan program Pemprov Bali dalam memberdayakan kaum disabilitas.
Kata dia, kini di Bali baru terdata sekitar 19.000an warga disabilitas. Pemprov Bali membantu penyandang disabilitas berat berupa dana Rp 300.000/bulan selama hidup. Sedangkan penyandang disabilitas sedang dan ringan dibantu sarana dan alat kerja. ‘’Karena mereka ini juga ingin mandiri dengan berkarya, antara lain melukis, menabuh gambelan, kerajinan, dan lainnya, Kami juga adakan pendampingan, membantu promosi dan pemasaran produk hasil karya mereka,’’ jelasnya. *lsa
Acara tersebut digiatkan oleh Angel Heart Bali, salah satu yayasan sosial kemanusiaan dan pendidikan di Bali, Yayasan Relawan Bali, Himpunan Wanita Disabilitas Bali, dan didukung sejumlah relawan peduli disabilitas. Ketua Panitia Kadek Wiwin Hendra Wiguna dari Yayasan Angel Heart, menjelaskan acara ini bermula dari salah seorang penyandang tuna daksa (tubuh lumpuh), Agus alias Agus Kpopers, asal Buleleng mengecek kesehatan di RSUP Sanglah, Denpasar, beberapa waktu lalu. Melihat kondisi Agus, jelas dia, dia dan sejumlah relawan peduli kemanusiaan di Bali ingin berbagi untuk menyemangati kehidupan Agus dan para disabilitas lain di Bali. Salah satunya dengan menghibur dan mengajak mereka bermain secara kekeluargaan, Fun Gethering. ‘’Setelah melihat para penyandang disabilitas di tengah keterbatasan fisiknya yang bergitu, mereka seakan mengajari kami yang sehat normal ini untuk lebih mensyukuri anugerah Tuhan,’’ jelas laki-laki asal Desa Banyuatis, Kecamatan Banjar, Buleleng ini.
Wiwin menambahkan setiap penyandang disabilitas dihadirkan ke lokasi acara dengan pola antar-jemput. Misalnya, penyandang disabilitas 35 orang ditambah 35 pendamping dari Buleleng, diantar-jemput dengan dua bus. Demikian pula yang asal kabupaten lain. 150an disabiltas ini dari kalangan tuna daksa atau tubuh tak sempurna, tuna rungu atau tuli-bisu, tuna netra atau tak dapat melihat, tuna grahita atau terbelakng mental. Selain hiburan tari dan tembang-tembang pop Bali, para penyandang disabililitas juga mendapatkan motivasi kehidupan dari Wayan Damai, salah seorang pelukis difabel asal Ubud, Gianyar yang juga atlet Lawn Bowls nasional. Selain itu, ada hipnoterafi dari dr Darmika.
Di lokasi acara, panitia juga memamerkan sejumlah lukisan karya pelukis disabilitas. Acara diakhiri dengan game berhadiah dari panitia. Acara tersebut dihadiri Kepala Dinas Sosial Provinsi Bali Dewa Mahendra Putra. Di sela-sela acara, Dewa Mahendra mengaku menyambut positip kegiatan yang digalakkan para relawan disabiliats tersebut. Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk sinergi yang baik antar relawan disabilitas. Menurutnya, acara ini pantas jadi contoh karena sangat sesuai dengan program Pemprov Bali dalam memberdayakan kaum disabilitas.
Kata dia, kini di Bali baru terdata sekitar 19.000an warga disabilitas. Pemprov Bali membantu penyandang disabilitas berat berupa dana Rp 300.000/bulan selama hidup. Sedangkan penyandang disabilitas sedang dan ringan dibantu sarana dan alat kerja. ‘’Karena mereka ini juga ingin mandiri dengan berkarya, antara lain melukis, menabuh gambelan, kerajinan, dan lainnya, Kami juga adakan pendampingan, membantu promosi dan pemasaran produk hasil karya mereka,’’ jelasnya. *lsa
1
Komentar