Permainan Tradisional Imbangi Generasi Muda Kecanduan Gadget
Sejumlah permainan tradisional yang sangat umum di Buleleng dimainkan sejumlah anak-anak dalam acara parade permainan tradisional dalam even car free day (hari bebas kendaraan) di Jalan Ngurah Rai, Singaraja, Minggu (1/12).
SINGARAJA, NusaBali
Parade ini menjadi salah satu wahana untuk menyelamatkan masa depan generasi muda dari kecanduan gadget hingga berdampak negatif bagi mereka.
Kepala Dinas Kebudayaan Buleleng Gede Komang mengatakan Pemkab Buleleng sejauh ini mendeteksi adanya penurunan aktivitas luar ruangan dan pelestarian nilai budaya yang terkandung dalam permainan tradisional. Gempuran kecanggihan teknologi saat ini sebagian membawa dampak buruk pada generasi muda yang tak sedikit kecanduan gadget canggihnya. Baik kecanduan bermain game online, film atau bermain media sosial.
Kecanduan itu, kata dia, menjadi ancaman besar bagi masa depan generasi muda yang akan melanjutkan perjuangan. Salah satunya kurangnya interaksi sosial dan pergaulan nyata yang dengan mudah dapat memecah kesatuan dan cinta tanah air. “Salah satu upaya untuk menghindari ancaman itu salah satunya mengembalikan dan memasyarakatkan kembali permainan tradisional melalui Gerakan Masyarakat Berbasis Budaya (Gema Budaya,red) seperti ini,” ucap dia.
Permainan tradisional khas Buleleng, masuk dalam ajang pekan kesenian nasional yang dilaksanakan pada Bulan November tiap tahunnya. Desa Gobleg, Kecamatan Banjar, Buleleng, menjadi duta Provinsi Bali melalui permainan magangsing dan terpilih menjadi juara favorit tingkat Nasional. Gede Komang mengaku merasa terpanggil untuk membangkitkan seluruh permainan tradisional khas Buleleng. Seperti majaran-jaranan, magoak-goakan, matempeng gandong, dan magangsingan.
Asisten Deputi Bidang Nilai dan Kreatifitas Budaya Kementrian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemenko PMK RI) Ir Redemtus Alfredo Sani Fenat, yang hadir langsung menyaksikan parade permainan tradisional itu mengungkapkan Pemerintah Pusat selalu memberikan dorongan kepada Pemerintah Daerah untuk terus memajukan kebudayaan.
Permainan tradisional, merupakan salah satu instrument penting dalam pemajuan kebudayaan itu. Dia yang hadir mewakili pemerintah pusat mengaku tak hanya menonton dan menyaksikan saja, tetapi memberikan dorongan kepada generasi muda yang hasir untuk menginternalisasi nilai-nilai kebudayaan yang terkandung di dalamnya. Kata dia, permainan berbasis digital di komputer dan smartphone tidak bisa dihindari. Tetapi bisa dikurangi dengan aktivitas keluar bangun. Kondisi ini terus digaungkan di sekolah, sehingga anak punya pilihan. Kalau permainan tradisional ini menarik, anak-anak pasti menyisihkan waktu untuk bermain. ‘’Ini penting. Karena permainan tradisional mengandung banyak sekali nilai seperti gtong royong, jujur, kekompakan, yang tidak bisa didapatkan di game online,” kata Alfredo.
Dia menekankan ke depan permainan tradisional khas Buleleng diterapkan pada kegiatan ekstrakulikuler di sekolah. Sedikitnya dalam seminggu di sekolah mendapatkan pendidikan jasmani sebanyak empat kali, satu kali diantaranya akan diusulkan melakukan olahraga berbasis kebudayaan. *k23
Kepala Dinas Kebudayaan Buleleng Gede Komang mengatakan Pemkab Buleleng sejauh ini mendeteksi adanya penurunan aktivitas luar ruangan dan pelestarian nilai budaya yang terkandung dalam permainan tradisional. Gempuran kecanggihan teknologi saat ini sebagian membawa dampak buruk pada generasi muda yang tak sedikit kecanduan gadget canggihnya. Baik kecanduan bermain game online, film atau bermain media sosial.
Kecanduan itu, kata dia, menjadi ancaman besar bagi masa depan generasi muda yang akan melanjutkan perjuangan. Salah satunya kurangnya interaksi sosial dan pergaulan nyata yang dengan mudah dapat memecah kesatuan dan cinta tanah air. “Salah satu upaya untuk menghindari ancaman itu salah satunya mengembalikan dan memasyarakatkan kembali permainan tradisional melalui Gerakan Masyarakat Berbasis Budaya (Gema Budaya,red) seperti ini,” ucap dia.
Permainan tradisional khas Buleleng, masuk dalam ajang pekan kesenian nasional yang dilaksanakan pada Bulan November tiap tahunnya. Desa Gobleg, Kecamatan Banjar, Buleleng, menjadi duta Provinsi Bali melalui permainan magangsing dan terpilih menjadi juara favorit tingkat Nasional. Gede Komang mengaku merasa terpanggil untuk membangkitkan seluruh permainan tradisional khas Buleleng. Seperti majaran-jaranan, magoak-goakan, matempeng gandong, dan magangsingan.
Asisten Deputi Bidang Nilai dan Kreatifitas Budaya Kementrian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemenko PMK RI) Ir Redemtus Alfredo Sani Fenat, yang hadir langsung menyaksikan parade permainan tradisional itu mengungkapkan Pemerintah Pusat selalu memberikan dorongan kepada Pemerintah Daerah untuk terus memajukan kebudayaan.
Permainan tradisional, merupakan salah satu instrument penting dalam pemajuan kebudayaan itu. Dia yang hadir mewakili pemerintah pusat mengaku tak hanya menonton dan menyaksikan saja, tetapi memberikan dorongan kepada generasi muda yang hasir untuk menginternalisasi nilai-nilai kebudayaan yang terkandung di dalamnya. Kata dia, permainan berbasis digital di komputer dan smartphone tidak bisa dihindari. Tetapi bisa dikurangi dengan aktivitas keluar bangun. Kondisi ini terus digaungkan di sekolah, sehingga anak punya pilihan. Kalau permainan tradisional ini menarik, anak-anak pasti menyisihkan waktu untuk bermain. ‘’Ini penting. Karena permainan tradisional mengandung banyak sekali nilai seperti gtong royong, jujur, kekompakan, yang tidak bisa didapatkan di game online,” kata Alfredo.
Dia menekankan ke depan permainan tradisional khas Buleleng diterapkan pada kegiatan ekstrakulikuler di sekolah. Sedikitnya dalam seminggu di sekolah mendapatkan pendidikan jasmani sebanyak empat kali, satu kali diantaranya akan diusulkan melakukan olahraga berbasis kebudayaan. *k23
Komentar