Sabet Juara I Penyuluh Agama Hindu Non PNS Teladan Bali
I Gede Arum Gunawan, Penyuluh Agama Hindu Asal Desa Buruan, Kecamatan Penebel, Tabanan
Gede Arum Gunawan berharap ke depan ada perhatian lebih terhadap Penyuluh Agama Hindu, yang tiap hari berusaha memperkuat sradha dan bhakti umat, serta meningkatkan pemahaman beragama Hindu sebagai rohnya budaya Bali
TABANAN, NusaBali
Prestasi membanggakan diraih I Gede Arum Gunawan, 26, Penyuluh Agama Hindu asal Banjar Buruan Tengah, Desa Buruan, Kecamatan Penebel, Tabanan. Gede Arum Gunawan berhasil sabet gelar Juara I Penyuluh Agama Hindu Non PNS Teladan Tingkat Provinsi Bali 2019. Ini prestasi bersejarah, karena untuk kali pertama wakil Kabupaten Tabanan sabet gelar juara dalam ajang tersebut.
Penyerahan gelar Juara I Penyuluh Agama Hindu Non PNS Teladan Tingkat Provinsi Bali yang diperoleh Gede Arum Gunawan telah dilakukan di Gedung Wisma Sejahtera Kantor Kementerian Agama Provinsi Bali, di Denpasar, Rabu (27/11) lalu. Gelar ini direngkuh hanya berselang dua hari menjelang peringatan HUT ke-526 Kota Tabanan, 29 November 2019. Maka, gelar ini boleh dikata sebagai kado istimewa un-tuk peringatan HUT Kota Tabanan.
Gede Arum mengisahkan, proses penilaian dalam Lomba Penyuluh Agama Hindu Non PNS Teladan Tingkat Provinsi Bali tahun ini sudah dimulai sejak 10 Sepetember 2019. Peniliaian dilakukan di Wisma Sejahtera Kementerian Agama Provinsi Bali dengan materi beragam kinerja dan keterampilan.
“Banyak materi yang dilombakan. Saya bersaing dengan para Penyuluh Agama Hindu dari 9 kabupaten/kota se-Bali,” ujar Gede Arum kepada NusaBali di Tabanan, Sabtu (30/11) lalu.
Menurut Gede Arum, yang dinilai lomba ini di antaranya dharma wacana. Ketika itu, pemuda kelahiran Tabanan, 7 November 1993, ini mendapatkan undian materi Acara Agama dengan menyajikan Kwangen dalam persembahyangan. Kemudian, bagaimana memimpin persembahyangan, melantunkan Tri Sandya, keterampilan membawakan Kidung Demung Sawit Bawak, hingga tes wawancara tentang pema-haman mantera Agama Hindu.
“Setelah mengikuti proses tersebut, dilakukan tahap visitasi 5 besar tanggal 21 Oktober 2019, dengan penilaian portofolio, penilaian dari pemimpin, dan penilaian mendalam tentang proses penyuluh,” beber Gede Arum, yang kini tercatat masih kuliah S2 Brahmawidya IHDN Denpasar (sejak 2017).
Anak sulung dari dua bersaudara pasangan I Nyoman Artajaya dan Luh Umbarawati ini pun bersyukur bisa dinobatkan menjadi yang terbaik dalam ajang Lomba Penyuluh Agama Hindu Non PNS Teladan Tingkat Provinsi Bali 2019. “Ya, bersyukur sekali bisa meraih gelar juara. Anggaplah ini sebagai kado bagi Tabanan, karena baru pertama kali wakil dari Tabanan raih gelar juara dalam lomba yang digelar setahun sekali ini,” terang Penyuluh Agama Hindu yang melakukan pembinaan di wilayah Kecamatan Penebel ini.
Setelah berhasil meraih presikat jawara Penyuluh Agama Hindu Non PNS Teladan Tingkat Provinsi Bali 2019, ke depan Gede Arum akan berupaya memaksimalkan pembinaan umat Hindu di pedesaan terkait dengan pemahaman Tattwa, untuk menguatkan sradha dan bhaktinya. Menurut Gede Arum, umat sudah menjaga Agama Hindu Bali dengan baik, tapi pemaknaan dan Tattwa-nya masih minim.
Selain itu, kata Gede Arum, untuk program generasi muda Hindu, akan dilakukan pelatihan membaca kitab suci, khususnya diskusi Bhagawavad Gita. Dan, yang sangat pantas dilakukan di era digital sekarang adalah merancang konten Dharma Wacana digital, pembabaran Dharma Wacana lewat media sosial.
“Itulah ke depan yang akan dilakukan sebagai bentuk pelaksanaan moderasi beragama,” papar Gede Arum, yang kesehariannya juga menjadi guru honorer Agama Hindu dan Budi Pekerti di SMAN 1 Tabanan, sekaligus sebagai pembina Teater Jineng SMAN 1 Tabanan.
Sebagai Penyuluh Agama Hindu yang sudah bertugas sejak tahun 2016, Gede Arum banyak merasakan tantangan dan kesulitan. Terlebih lagi, Gede Arum sendiri adalah seorang pemuda yang kerapkali dipandang remeh ketika akan memberikan penyuluhan.
Dia juga kerap kesulitan mencari waktu bertemu dengan masyarakat yang belum terbiasa untuk mendengarkan siraman rohani. Masalahnya, ada kecenderungan krama ke pura untuk sembahyang saja, lalu pulang tanpa mau mendengarkan Dharma Wacana. “Namun, saya lakukan berbagai pendekatan dan metode. Saya sisipkan humor dalam bimbingan, jelaskan sloka agama dengan kisah-kisah yang ada kaitannya dengan fenomena,” tutur jebolan S1 Jurusan Teologi di Fakultas Brahma Widya IHDN Denpasar tahun 2016 ini.
Gede Arum menyebutkan, saat ini jumlah Penyuluh Agama Hindu Non PNS sangat sedikit, tetapi wilayah yang dibina banyak dan luas. Beda dengan Penyuluh Bahasa Bali, yang sudah spesifik di desa tertentu dan dari kesejahteraan pun telah layak.
“Kami harapkan ke depan ada perhatian lebih dari pusat maupun daerah terhadap Penyuluh Agama Hindu, yang tiap hari berusaha memperkuat Sradha dan Bhakti Umat Hindu, serta meningkatkan pemahaman beragama Hindu sebagai rohnya budaya Bali,” harap Gede Arum, yang juga peraih predikat Juara I Lomba Kakawin Dewasa Putra Utsawa Dharma Gita Tingkat Provinsi Bali 2019. *des
Penyerahan gelar Juara I Penyuluh Agama Hindu Non PNS Teladan Tingkat Provinsi Bali yang diperoleh Gede Arum Gunawan telah dilakukan di Gedung Wisma Sejahtera Kantor Kementerian Agama Provinsi Bali, di Denpasar, Rabu (27/11) lalu. Gelar ini direngkuh hanya berselang dua hari menjelang peringatan HUT ke-526 Kota Tabanan, 29 November 2019. Maka, gelar ini boleh dikata sebagai kado istimewa un-tuk peringatan HUT Kota Tabanan.
Gede Arum mengisahkan, proses penilaian dalam Lomba Penyuluh Agama Hindu Non PNS Teladan Tingkat Provinsi Bali tahun ini sudah dimulai sejak 10 Sepetember 2019. Peniliaian dilakukan di Wisma Sejahtera Kementerian Agama Provinsi Bali dengan materi beragam kinerja dan keterampilan.
“Banyak materi yang dilombakan. Saya bersaing dengan para Penyuluh Agama Hindu dari 9 kabupaten/kota se-Bali,” ujar Gede Arum kepada NusaBali di Tabanan, Sabtu (30/11) lalu.
Menurut Gede Arum, yang dinilai lomba ini di antaranya dharma wacana. Ketika itu, pemuda kelahiran Tabanan, 7 November 1993, ini mendapatkan undian materi Acara Agama dengan menyajikan Kwangen dalam persembahyangan. Kemudian, bagaimana memimpin persembahyangan, melantunkan Tri Sandya, keterampilan membawakan Kidung Demung Sawit Bawak, hingga tes wawancara tentang pema-haman mantera Agama Hindu.
“Setelah mengikuti proses tersebut, dilakukan tahap visitasi 5 besar tanggal 21 Oktober 2019, dengan penilaian portofolio, penilaian dari pemimpin, dan penilaian mendalam tentang proses penyuluh,” beber Gede Arum, yang kini tercatat masih kuliah S2 Brahmawidya IHDN Denpasar (sejak 2017).
Anak sulung dari dua bersaudara pasangan I Nyoman Artajaya dan Luh Umbarawati ini pun bersyukur bisa dinobatkan menjadi yang terbaik dalam ajang Lomba Penyuluh Agama Hindu Non PNS Teladan Tingkat Provinsi Bali 2019. “Ya, bersyukur sekali bisa meraih gelar juara. Anggaplah ini sebagai kado bagi Tabanan, karena baru pertama kali wakil dari Tabanan raih gelar juara dalam lomba yang digelar setahun sekali ini,” terang Penyuluh Agama Hindu yang melakukan pembinaan di wilayah Kecamatan Penebel ini.
Setelah berhasil meraih presikat jawara Penyuluh Agama Hindu Non PNS Teladan Tingkat Provinsi Bali 2019, ke depan Gede Arum akan berupaya memaksimalkan pembinaan umat Hindu di pedesaan terkait dengan pemahaman Tattwa, untuk menguatkan sradha dan bhaktinya. Menurut Gede Arum, umat sudah menjaga Agama Hindu Bali dengan baik, tapi pemaknaan dan Tattwa-nya masih minim.
Selain itu, kata Gede Arum, untuk program generasi muda Hindu, akan dilakukan pelatihan membaca kitab suci, khususnya diskusi Bhagawavad Gita. Dan, yang sangat pantas dilakukan di era digital sekarang adalah merancang konten Dharma Wacana digital, pembabaran Dharma Wacana lewat media sosial.
“Itulah ke depan yang akan dilakukan sebagai bentuk pelaksanaan moderasi beragama,” papar Gede Arum, yang kesehariannya juga menjadi guru honorer Agama Hindu dan Budi Pekerti di SMAN 1 Tabanan, sekaligus sebagai pembina Teater Jineng SMAN 1 Tabanan.
Sebagai Penyuluh Agama Hindu yang sudah bertugas sejak tahun 2016, Gede Arum banyak merasakan tantangan dan kesulitan. Terlebih lagi, Gede Arum sendiri adalah seorang pemuda yang kerapkali dipandang remeh ketika akan memberikan penyuluhan.
Dia juga kerap kesulitan mencari waktu bertemu dengan masyarakat yang belum terbiasa untuk mendengarkan siraman rohani. Masalahnya, ada kecenderungan krama ke pura untuk sembahyang saja, lalu pulang tanpa mau mendengarkan Dharma Wacana. “Namun, saya lakukan berbagai pendekatan dan metode. Saya sisipkan humor dalam bimbingan, jelaskan sloka agama dengan kisah-kisah yang ada kaitannya dengan fenomena,” tutur jebolan S1 Jurusan Teologi di Fakultas Brahma Widya IHDN Denpasar tahun 2016 ini.
Gede Arum menyebutkan, saat ini jumlah Penyuluh Agama Hindu Non PNS sangat sedikit, tetapi wilayah yang dibina banyak dan luas. Beda dengan Penyuluh Bahasa Bali, yang sudah spesifik di desa tertentu dan dari kesejahteraan pun telah layak.
“Kami harapkan ke depan ada perhatian lebih dari pusat maupun daerah terhadap Penyuluh Agama Hindu, yang tiap hari berusaha memperkuat Sradha dan Bhakti Umat Hindu, serta meningkatkan pemahaman beragama Hindu sebagai rohnya budaya Bali,” harap Gede Arum, yang juga peraih predikat Juara I Lomba Kakawin Dewasa Putra Utsawa Dharma Gita Tingkat Provinsi Bali 2019. *des
1
Komentar