Penyuluh Bahasa Bali Gelar Lomba Nyurat Lontar
Komunitas Penyuluh Bahasa Bali Karangasem menggelar lomba nyurat aksara Bali di daun lontar antar SMP se-Karangasem. Lomba yang diikuti 34 siswa (18 putra dan 16 putri) ini digelar di Museum Pustaka Lontar, Banjar Dukuh, Desa Adat Dukuh Penaban, Kelurahan/Kecamatan Karangasem, Senin (2/12).
AMLAPURA, NusaBali
Kriteria penilaian yakni kerapian, ketajaman, dan ketepatan waktu. Koordinator Penyuluh Bahasa Bali Karangasem I Made Sudiantara dibantu Ketua Panitia I Nengah Karya menyediakan lontar, pengrupak (pisau), dulang, kasur tangan, pengasah, kemiri, dan bahan lainnya. Penyuluh mendatangkan tiga dewan juri yakni I Nyoman Merta, I Wayan Edy Wistara, dan I Dewa Ayu Puspita Padmi. Dewan juri I Nyoman Merta mengatakan, teknik menulis di lontar dengan meletakkan daun lontar di tangan kiri dijepit beberapa lembar lontar. Saat menulis dengan menggerakkan pengrupak ke kanan, jari manis tangan kanan mendorong otomatis daun lontar secara perlahan bergeser ke kiri.
Selama menulis diusahakan agar ketiak tidak terbuka, mirip orang meditasi, hanya jari-jari tangan yang diandalkan bekerja. Dikatakan, menulis itu perlu kesabaran, perlu ketenangan, dan konsentrasi, sehingga mampu menghasilkan karya tulis yang berkualitas. Agar aksara Bali tersusun rapi, terlebih dahulu perlu dibuatkan garis di lontar. “Ini kan menyangkut ketrampilan. Jika sering berlatih, hasilnya semakin berkualitas," kata Nyoman Merta yang mantan Kasek SDN 1 Karangasem.
Koordinator Penyuluh Bahasa Bali I Made Sudiantara mengatakan, selain lomba aksara Bali di lontar antar SMP, sementara siswa SMA/SMK ikut lomba nyurat puisi bahasa Bali, Baligrafi, dan reka aksara. Dikatakan, lomba reka aksara diikuti 12 siswa dengan dewan juri I Wayan Jatiyasa, I Nyoman Sumerada, dan I Nyoman Pasek Astawa. Lomba menulis puisi bahasa Bali diikuti 15 siswa dengan juri I Wayan Paing dan I Komang Berata. “Semua kegiatan ini juga dalam upaya pelestarian budaya lokal Bali,” katanya. *k16
Selama menulis diusahakan agar ketiak tidak terbuka, mirip orang meditasi, hanya jari-jari tangan yang diandalkan bekerja. Dikatakan, menulis itu perlu kesabaran, perlu ketenangan, dan konsentrasi, sehingga mampu menghasilkan karya tulis yang berkualitas. Agar aksara Bali tersusun rapi, terlebih dahulu perlu dibuatkan garis di lontar. “Ini kan menyangkut ketrampilan. Jika sering berlatih, hasilnya semakin berkualitas," kata Nyoman Merta yang mantan Kasek SDN 1 Karangasem.
Koordinator Penyuluh Bahasa Bali I Made Sudiantara mengatakan, selain lomba aksara Bali di lontar antar SMP, sementara siswa SMA/SMK ikut lomba nyurat puisi bahasa Bali, Baligrafi, dan reka aksara. Dikatakan, lomba reka aksara diikuti 12 siswa dengan dewan juri I Wayan Jatiyasa, I Nyoman Sumerada, dan I Nyoman Pasek Astawa. Lomba menulis puisi bahasa Bali diikuti 15 siswa dengan juri I Wayan Paing dan I Komang Berata. “Semua kegiatan ini juga dalam upaya pelestarian budaya lokal Bali,” katanya. *k16
1
Komentar