Menghilang 14 Jam, Janda Satu Anak Ditemukan Tewas di Pantai
Temuan Heboh di Perbatasan Pantai Yeh Gangga dan Pantai Batu Kampih, Tabanan
Korban Ni Wayan Nitiasih diduga tewas bunuh diri dengan mencebur ke laut. Sebelum bunuh diri, korban sempat kirim SMS ke keluarganya seraya mengaku berada di Pantai Yeh Gangga, Desa Yeh Gangga, Kecamatan Tabanan
TABANAN, NusaBali
Menghilang sejak dinihari, seorang janda satu anak asal Banjar Tonja, Desa Gubug, Kecamatan Tabanan, Ni Wayan Nitiasih, 47, ditemukan tewas di pinggir pantai, Selasa (3/12) petang pukul 18.00 Wita. Jasad korban ditemukan tergeletak di perbatasan Pantai Yeh Gangga, Desa Yeh Gangga (Kecamatan Tabanan) dan Pantai Batu Tampih, Desa Pangkung Tibah (Kecamatan Kediri, Tabanan) berselang 14 jam sejak pergi dari rumah kosnya.
Belum diketahui pasti, apa penyebab kematian korban. Yang jelas, tidak ditemukan tanda-tanda bekas kekerasan di tubuh perempuan berusia 47 tahun ini. Dugaan sementara, korban Ni Wayan Nitiasih tewas bunuh diri dengan mencebur ke laut, karena masalah keluarga.
Informasi yang dihimpun NusaBali, sebelum ditemukan tewas mengenaskan, korban Wayan Nitiasih diketahui pergi dari tempat kosnya di Jalan Mawar Gang XII Nomor 4 Banjar Gerokgak Gede, Desa Delod Peken, Kecamatan Tabanan, Selasa dinihari pukul 04.00 Wita. Korban kos sendirian di sana, pasca cerai dengan suaminya.
Pihak keluarga curiga terjadi sesuatu, karena hingga pagi pukul 10.00 Wita, korban tidak ada kabar. Padahal, biasanya korban berjualan sembako bersama adiknya di Banjar Tonja, Desa Bongan, Kecamatan Tabanan.
Karena curiga terjadi sesuatu, pihak keluarga langsung mencari korban ke Pantai Yeh Gangga. Pasalnya, korban Wayan Nitiasih sempat kirim pesan SMS keada adiknya seraya mengatakan sedang berada di Pantai Yeh Gangga. Sesampainya di Pantai Yeh Gangga, keluarga tidak menemukan korban Wayan Nitiasih. Namun, mereka menemukan Honda Vario Nopol DK 6040 GAM milik korban diparkir di pinggir pantai.
Keluarga pun melakukan pencarian, tapi korban Wayan Nitiasih tak kunjung ditemukan. Sampai akhirnya Selasa petang pukul 18.00 Wita, korban ditemukan terdampar tak bernyawa di tepi pantai perbatasan Pantai Yeh Gangga dan Pantai Batu Tampih. Mayat korban pertama kali diketahui seorang warga yang hendak memancing di pantai tersebut.
Saat ditemukan, tubuh korban belum membengkak. Namun, wajah korban sudah mulai membiru. Temuan heboh ini kemudian dilaporkan ke polisi. Selanjutnya, petugas kepolisian bersama PMI Tabanan dan warga mengevakuasi mayat korban wayan Nitiasih ke Ruang Jenazah BRSUD Tabanan untuk dilakukan pemeriksaan luar.
"Korban sepertinya kekurangan Oksigen. Kalau bekas tanda kekerasan, tidak ada," jelas dokter yang menangani korban di BRSUD Tabanan, dr Gede Hary Kurnia Prawedana. Hingga tadi malam, jenazah korban masih ditipkan di BRSUD Tabanan, sembari menunggu keluarganya yang tengah berebuk soal dewasa ayu penguburan.
Sementara, Kapolsek Tabanan Kompol I Nyoman Sukanada mengatakan awalnya pihak keluarga melaporkan kehilangan korban ke kantor polisi, Selasa sore pukul 15.00 Wita. Keluarga menyatakan korban sempat berpesan bahwa sedang berada di Pantai Yeh Gangga.
"Sebelum dilaporkan ke polisi, keluarga korban memang sempat mengecek ke Pantai Yeh Gangga. Keluarga menemukan sepeda motor Vario milik korban di pinggir pantai. Sedangkan jaket dan helemnya ditemukan dalam jarak 1 kilometer dari lokasio korban terdampar," jelas Kompol Sukanada.
Mengenai penyebab kematian korban Wayan Nitiasih yang mayatnya ditemukan terdampar di pinggir pantai, menurut Kompol Sukanada, perlu dilakukan otopsi jenaza. Namun, muncul dugaan korban trewas bunuh diri dengan mencebur ke laut. "Untuk motifnya, belum diketahui. Tapi, diduga ada masalah keluarga. Sebab, korban sekarang ini hidup sebatang kara di kos usai cerai dengan suaminya. Selain itu, ayahnya juga sakit keras," papar Kompol Sukanada.
Sementara itu, tetangga kos korban, Ni Ketut Yuli, mengakui Wayan Nitiasih sudah dianggap keluarga. Malam sebelum tewas mengenaskan, korban wayan Nitiasih bahkan sempat kerokan Ketut Yuli di tempat kos.
"Tadi malam, dia (korban) tidak ada ngomong yang aneh-aneh. Dia biasa bangun pagi untuk ikut jualan sama adiknya. Biasanya dia berangkat jualan pukul 05.00 Wita, tapi kali ini kok berangkat lebih awal pukul 04.00 Wita," cerita Ketut Yuli kepada NusaBali.
Menurut Yuli, korban Wayan Nitiasih termasuk sosok yang tertutup. Kalau tidak dipanggil, korban tidak keluar dari kamar kosnya. "Bu Wayan Nitiasih memang tinggal sendiri di kos. Dia sudah punya anak, tetapi telah pisah dengan suaminya," terang Yuli.
Sedangkan sepupu korban, I Ketut Putra, mengatakan almarhum Wayan Nitiasih sudah cerai dari suaminya. Sebelumnya, korban menikah ke Desa Riang Gede, Kecamatan Penebel, Tabanan hingga dikaruniai satu anak laki-laki. “Bahkan, almarhum sudah dikaruniai satu cucu," papar Ketut Putra. *des
Belum diketahui pasti, apa penyebab kematian korban. Yang jelas, tidak ditemukan tanda-tanda bekas kekerasan di tubuh perempuan berusia 47 tahun ini. Dugaan sementara, korban Ni Wayan Nitiasih tewas bunuh diri dengan mencebur ke laut, karena masalah keluarga.
Informasi yang dihimpun NusaBali, sebelum ditemukan tewas mengenaskan, korban Wayan Nitiasih diketahui pergi dari tempat kosnya di Jalan Mawar Gang XII Nomor 4 Banjar Gerokgak Gede, Desa Delod Peken, Kecamatan Tabanan, Selasa dinihari pukul 04.00 Wita. Korban kos sendirian di sana, pasca cerai dengan suaminya.
Pihak keluarga curiga terjadi sesuatu, karena hingga pagi pukul 10.00 Wita, korban tidak ada kabar. Padahal, biasanya korban berjualan sembako bersama adiknya di Banjar Tonja, Desa Bongan, Kecamatan Tabanan.
Karena curiga terjadi sesuatu, pihak keluarga langsung mencari korban ke Pantai Yeh Gangga. Pasalnya, korban Wayan Nitiasih sempat kirim pesan SMS keada adiknya seraya mengatakan sedang berada di Pantai Yeh Gangga. Sesampainya di Pantai Yeh Gangga, keluarga tidak menemukan korban Wayan Nitiasih. Namun, mereka menemukan Honda Vario Nopol DK 6040 GAM milik korban diparkir di pinggir pantai.
Keluarga pun melakukan pencarian, tapi korban Wayan Nitiasih tak kunjung ditemukan. Sampai akhirnya Selasa petang pukul 18.00 Wita, korban ditemukan terdampar tak bernyawa di tepi pantai perbatasan Pantai Yeh Gangga dan Pantai Batu Tampih. Mayat korban pertama kali diketahui seorang warga yang hendak memancing di pantai tersebut.
Saat ditemukan, tubuh korban belum membengkak. Namun, wajah korban sudah mulai membiru. Temuan heboh ini kemudian dilaporkan ke polisi. Selanjutnya, petugas kepolisian bersama PMI Tabanan dan warga mengevakuasi mayat korban wayan Nitiasih ke Ruang Jenazah BRSUD Tabanan untuk dilakukan pemeriksaan luar.
"Korban sepertinya kekurangan Oksigen. Kalau bekas tanda kekerasan, tidak ada," jelas dokter yang menangani korban di BRSUD Tabanan, dr Gede Hary Kurnia Prawedana. Hingga tadi malam, jenazah korban masih ditipkan di BRSUD Tabanan, sembari menunggu keluarganya yang tengah berebuk soal dewasa ayu penguburan.
Sementara, Kapolsek Tabanan Kompol I Nyoman Sukanada mengatakan awalnya pihak keluarga melaporkan kehilangan korban ke kantor polisi, Selasa sore pukul 15.00 Wita. Keluarga menyatakan korban sempat berpesan bahwa sedang berada di Pantai Yeh Gangga.
"Sebelum dilaporkan ke polisi, keluarga korban memang sempat mengecek ke Pantai Yeh Gangga. Keluarga menemukan sepeda motor Vario milik korban di pinggir pantai. Sedangkan jaket dan helemnya ditemukan dalam jarak 1 kilometer dari lokasio korban terdampar," jelas Kompol Sukanada.
Mengenai penyebab kematian korban Wayan Nitiasih yang mayatnya ditemukan terdampar di pinggir pantai, menurut Kompol Sukanada, perlu dilakukan otopsi jenaza. Namun, muncul dugaan korban trewas bunuh diri dengan mencebur ke laut. "Untuk motifnya, belum diketahui. Tapi, diduga ada masalah keluarga. Sebab, korban sekarang ini hidup sebatang kara di kos usai cerai dengan suaminya. Selain itu, ayahnya juga sakit keras," papar Kompol Sukanada.
Sementara itu, tetangga kos korban, Ni Ketut Yuli, mengakui Wayan Nitiasih sudah dianggap keluarga. Malam sebelum tewas mengenaskan, korban wayan Nitiasih bahkan sempat kerokan Ketut Yuli di tempat kos.
"Tadi malam, dia (korban) tidak ada ngomong yang aneh-aneh. Dia biasa bangun pagi untuk ikut jualan sama adiknya. Biasanya dia berangkat jualan pukul 05.00 Wita, tapi kali ini kok berangkat lebih awal pukul 04.00 Wita," cerita Ketut Yuli kepada NusaBali.
Menurut Yuli, korban Wayan Nitiasih termasuk sosok yang tertutup. Kalau tidak dipanggil, korban tidak keluar dari kamar kosnya. "Bu Wayan Nitiasih memang tinggal sendiri di kos. Dia sudah punya anak, tetapi telah pisah dengan suaminya," terang Yuli.
Sedangkan sepupu korban, I Ketut Putra, mengatakan almarhum Wayan Nitiasih sudah cerai dari suaminya. Sebelumnya, korban menikah ke Desa Riang Gede, Kecamatan Penebel, Tabanan hingga dikaruniai satu anak laki-laki. “Bahkan, almarhum sudah dikaruniai satu cucu," papar Ketut Putra. *des
1
Komentar