Masyarakat Tertarik dengan Layanan Energi Prana RSUP Sanglah
Masyarakat saat ini menginginkan pelayanan kesehatan yang holistik.
DENPASAR, NusaBali
Maka dari itu, RSUP Sanglah kini mengembangkan kesehatan tradisional komplementer dengan menghadirkan tiga layanan yakni energi prana, hipnoterapi dan akupuntur. Menariknya, layanan energi prana termasuk yang banyak diminati, dilihat dari pantauan NusaBali di lantai II Wing Amerta RSUP Sanglah, Kamis (5/12).
“Kementerian Kesehatan menekankan perlu pelayanan kesehatan yang holistik, jadi pelayanan kesehatan tradisional komplementer ini dibuka. Ada tiga layanan dulu, karena baru itu yang tersedia tenaganya (SDM, red),” ujar penanggung jawab layanan energi prana, dr Ketut Ayu MARS, saat ditemui di lokasi.
Layanan energi prana atau healing merupakan proses memasukkan energi yang berasal dari alam semesta, sumber yang baik, segar dan bersih seperti matahari, udara, dan lain-lainnya. Energi prana bersifat preventif (pencegahan) dan kuratif (pengobatan). “Kami tidak hanya mengobati dalam bentuk fisik saja, tapi juga pikiran dan emosi. Tapi di sini kita terintegrasi dengan pengobatan konvensional,” jelasnya.
Salama tiga hari pelayanan gratis, diakui banyak masyarakat yang tertarik, namun dia belum merinci jumlahnya secara pasti. Menurut pantauan NusaBali, ada sekitar 15 orang yang mencoba, termasuk awak media. Rencananya layanan gratis berlangsung sampai hari Senin (9/12). Selanjutnya, akan dikenakan tarif, mengingat layanan ini masih untuk pasien umum belum ditanggung BPJS Kesehatan. “Rata-rata keluhan psikis. Tapi kalau psikis bermasalah, di body (fisik) pasti kelihatan. Untuk satu sesi penyembuhan tergantung kasusnya. Kalau kasusnya kompleks, apalagi sampai kanker, itu bisa satu jam,” bebernya.
Sementara itu, mitra kerja RSUP Sanglah sekaligus praktisi energi prana, Ida Ayu Dewi mengatakan, bahwa energi prana merupakan salah satu pengobatan alternatif. Dia sendiri sebelumnya merupakan pasien kanker payudara stadium akhir. Sel kankernya sama sekali tidak merespon obat. Dayu meyakini pengobatannya yang dipadukan dengan layanan kesehatan tradisional komplementer ini membuatnya sehat hingga kini.
Dayu Dewi tidak hanya merasakan energi baru setelah mengikuti layanan energi prana, melainkan juga mengajarkan rasa bersyukur dan memiliki hati pemaaf yang lebih lapang. Karena itu, dia berjanji pada dirinya akan membantu masyarakat yang memiliki nasib sama sepertinya, pernah mengalami kanker agar semangat menjalani pengobatan dan memasrahkan diri pada Tuhan. Karena itu, dia pun bertekad untuk bisa menjadi terapi energi prana. Dia pun sudah lulus sampai tingkat psikoterapi. “Saya kanker payudara stadium akhir, sudah menyebar ke paru. Rahim saya juga sudah diangkat, indung telur saya lengket ke usus dan kantong kencing. Saya juga gagal jantung dan diabetes, jadi sakit saya kompleks. Lalu saya ikut energi prana ini kurang lebih lima kali, dan setelah itu saya dinyatakan stabil. Hasilnya akan berbeda setiap orang tergantung respon tubuh,” jelasnya.*ind
“Kementerian Kesehatan menekankan perlu pelayanan kesehatan yang holistik, jadi pelayanan kesehatan tradisional komplementer ini dibuka. Ada tiga layanan dulu, karena baru itu yang tersedia tenaganya (SDM, red),” ujar penanggung jawab layanan energi prana, dr Ketut Ayu MARS, saat ditemui di lokasi.
Layanan energi prana atau healing merupakan proses memasukkan energi yang berasal dari alam semesta, sumber yang baik, segar dan bersih seperti matahari, udara, dan lain-lainnya. Energi prana bersifat preventif (pencegahan) dan kuratif (pengobatan). “Kami tidak hanya mengobati dalam bentuk fisik saja, tapi juga pikiran dan emosi. Tapi di sini kita terintegrasi dengan pengobatan konvensional,” jelasnya.
Salama tiga hari pelayanan gratis, diakui banyak masyarakat yang tertarik, namun dia belum merinci jumlahnya secara pasti. Menurut pantauan NusaBali, ada sekitar 15 orang yang mencoba, termasuk awak media. Rencananya layanan gratis berlangsung sampai hari Senin (9/12). Selanjutnya, akan dikenakan tarif, mengingat layanan ini masih untuk pasien umum belum ditanggung BPJS Kesehatan. “Rata-rata keluhan psikis. Tapi kalau psikis bermasalah, di body (fisik) pasti kelihatan. Untuk satu sesi penyembuhan tergantung kasusnya. Kalau kasusnya kompleks, apalagi sampai kanker, itu bisa satu jam,” bebernya.
Sementara itu, mitra kerja RSUP Sanglah sekaligus praktisi energi prana, Ida Ayu Dewi mengatakan, bahwa energi prana merupakan salah satu pengobatan alternatif. Dia sendiri sebelumnya merupakan pasien kanker payudara stadium akhir. Sel kankernya sama sekali tidak merespon obat. Dayu meyakini pengobatannya yang dipadukan dengan layanan kesehatan tradisional komplementer ini membuatnya sehat hingga kini.
Dayu Dewi tidak hanya merasakan energi baru setelah mengikuti layanan energi prana, melainkan juga mengajarkan rasa bersyukur dan memiliki hati pemaaf yang lebih lapang. Karena itu, dia berjanji pada dirinya akan membantu masyarakat yang memiliki nasib sama sepertinya, pernah mengalami kanker agar semangat menjalani pengobatan dan memasrahkan diri pada Tuhan. Karena itu, dia pun bertekad untuk bisa menjadi terapi energi prana. Dia pun sudah lulus sampai tingkat psikoterapi. “Saya kanker payudara stadium akhir, sudah menyebar ke paru. Rahim saya juga sudah diangkat, indung telur saya lengket ke usus dan kantong kencing. Saya juga gagal jantung dan diabetes, jadi sakit saya kompleks. Lalu saya ikut energi prana ini kurang lebih lima kali, dan setelah itu saya dinyatakan stabil. Hasilnya akan berbeda setiap orang tergantung respon tubuh,” jelasnya.*ind
Komentar