Mutiara Hijau di Jantung Kota Negara Dilaunching
Kebun Raya Jagatnatha Jembrana
Kebun Raya Jagatnatha Jembrana yang terletak di jantung kota Negara, sebelah pusat pemerintahan Kabupaten Jembrana, dilaunching pada Kamis (5/12) petang.
NEGARA, NusaBali
Peresmian Kebun Raya Jagatnatha yang dijuluki Mutiara Hijau di Jantung Kota Negara, ditandai penandatangan prasasti serta pemotongan pita pintu depan kebun raya oleh Bupati Jembrana I Putu Artha.
Launching dihadiri Kepala Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Dr Hendrian, Ketua DPRD Jembrana Ni Made Sri Sutharmi, Kapolres Jembrana AKBP I Ketut Gede Adi Wibawa, Dandim 1617/Jembrana Letkol Kav Djefri Marsono Hanok, perwakilan Forkopimda Jembrana, masyarakat pelaku wisata, tim konservasi Kebun Raya Bogor, termasuk para pendamping kebun raya se-Indonesia.
Ketua Panitia Launching Kebun Raya Jagatnatha yang juga Wakil Bupati Jembrana I Made Kembang Hartawan, mengatakan kehadiran Kebun Raya Jagatnatha ini diawali dari kondisi taman di sekeliling Pura Jagatnatha Jembrana yang kurang terawat. Terlebih lagi di kawasan belakang pura, banyak tanaman yang tumbuh liar. Banyak keluhan dan usulan masyarakat disampaikan kepada Pemkab Jembrana untuk melakukan perbaikan kondisi di sekitar Pura Jagatnatha.
“Salah satu usulannya adalah agar Pemkab Jembrana mengambil pengelolaan taman di sekitar pura. Hal ini memunculkan berbagai pemikiran, bagaimana taman ini dapat menjadi bermanfaat. Tidak saja untuk lingkungan Pura Jagatnatha, tapi juga untuk masyarakat dan kelestarian alam Jembrana,” ujarnya.
Wabup Kembang menambahkan, secara bertahap Pemkab Jembrana menjalin kerjasama dengan LIPI melalui Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya serta Kementerian PUPR RI, dan mendapat dukungan penuh baik dari Ketua Umum Yayasan Kebun Raya Indonesia Ibu Megawati Soekarnoputri. Tujuan dibangunnya Kebun Raya Jagatnatha, selain untuk penataan termasuk menjaga kesucian serta keagungan Pura Jagatnatha Jembrana, juga sebagai pusat konservasi, pendidikan, penelitian, pariwisata, dan lingkungan dengan areal seluas 5,8 hektare.
“Saat ini Kebun Raya Jagatnatha sudah mempunyai berbagai tanaman koleksi. Tanaman koleksi usada sebanyak 26 suku, 45 nomor koleksi, 36 genus. Tanaman koleksi upakara 38 suku, 101 nomor koleksi, 85 genus. Tanaman koleksi endemik 48 suku, 103 genus, 124 spesies, 428 spesimen. Kemudian ada pembibitan 62 suku, 174 genus, 162 spesies, 1.234 spesimen,” kata Wabup Kembang.
Bupati Artha mengatakan, kebun raya sebagai pusat konservasi tumbuhan, juga untuk melestarikan keanekaragaman hayati, terutama tumbuhan yang sudah langka di Indonesia, Bali, termasuk khas Jembrana. Beberapa tumbuhan langka khas Jembrana yang dilestarikan di Kebun Raya Jagathan di antaranya pohon kwanitan yang biasa digunakan untuk bahan bangunan, dan pohon demulih yang biasa digunakan sebagai bahan bangunan tempat suci. “Di sini juga ada tanaman upakara dan usadha. Jadi tujuan kita melestarikan keankeragaman hayati, sebagai tempat pembelajaran anak-anak sekolah. Biar anak-anak kita tahu. Itu pentingnya kebun raya ini,” ujarnya.
“Dengan adanya fungsi kebun raya ini, saya percaya akan dapat menekan stres atau perilaku kekerasan di masyarakat. Sehingga akan terwujud lingkungan yang aman, tenteram, bersih, indah, sejuk, dan nyaman. Saya juga berharap, seluruh warga yang masuk Bali melalui lintas darat, juga mampir ke Jembrana,” imbuh Bupati Artha.
Kebun Raya Jagatnatha juga dilengkapi berbagai fasilitas, seperti restoran, cafetaria, kebun bibit, gudang kompos, dan sangat cocok sebagai tempat rekreasi. “Saya mengucapkan terima kasih kepda Ketua Umum Yayasan Kebun Raya Indonesia, Menteri PUPR, Kepala LIPI, Kepala Kebun Raya Bogor, Kepala Kebun Raya Eka Karya Bali, dan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam pembangunan Kebun Raya Jagatnatha ini,” kata Bupati Artha.
Sementara Dr Hendrian, mengatakan Kebun Raya Jagatnatha ini merupakan kebun raya daerah yang ketiga dilaunching tahun 2019, setelah Kebun Raya Boyolali dan Kebun Raya Kendari. Dia mengajak senantiasa meneguhkan komitmen untuk bersama mengkonservasi tumbuhan Indonesia. “Launching bukan perjuangan akhir, tetapi babak baru memulai bergabung dalam komunitas kebun raya serta diikuti semangat untuk mengembangkan konservasi tumbuhan insitu dan exsitu (usaha pelestarian alam yang dilakukan di luar habitat aslinya, Red),” ujarnya. *ode
Launching dihadiri Kepala Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Dr Hendrian, Ketua DPRD Jembrana Ni Made Sri Sutharmi, Kapolres Jembrana AKBP I Ketut Gede Adi Wibawa, Dandim 1617/Jembrana Letkol Kav Djefri Marsono Hanok, perwakilan Forkopimda Jembrana, masyarakat pelaku wisata, tim konservasi Kebun Raya Bogor, termasuk para pendamping kebun raya se-Indonesia.
Ketua Panitia Launching Kebun Raya Jagatnatha yang juga Wakil Bupati Jembrana I Made Kembang Hartawan, mengatakan kehadiran Kebun Raya Jagatnatha ini diawali dari kondisi taman di sekeliling Pura Jagatnatha Jembrana yang kurang terawat. Terlebih lagi di kawasan belakang pura, banyak tanaman yang tumbuh liar. Banyak keluhan dan usulan masyarakat disampaikan kepada Pemkab Jembrana untuk melakukan perbaikan kondisi di sekitar Pura Jagatnatha.
“Salah satu usulannya adalah agar Pemkab Jembrana mengambil pengelolaan taman di sekitar pura. Hal ini memunculkan berbagai pemikiran, bagaimana taman ini dapat menjadi bermanfaat. Tidak saja untuk lingkungan Pura Jagatnatha, tapi juga untuk masyarakat dan kelestarian alam Jembrana,” ujarnya.
Wabup Kembang menambahkan, secara bertahap Pemkab Jembrana menjalin kerjasama dengan LIPI melalui Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya serta Kementerian PUPR RI, dan mendapat dukungan penuh baik dari Ketua Umum Yayasan Kebun Raya Indonesia Ibu Megawati Soekarnoputri. Tujuan dibangunnya Kebun Raya Jagatnatha, selain untuk penataan termasuk menjaga kesucian serta keagungan Pura Jagatnatha Jembrana, juga sebagai pusat konservasi, pendidikan, penelitian, pariwisata, dan lingkungan dengan areal seluas 5,8 hektare.
“Saat ini Kebun Raya Jagatnatha sudah mempunyai berbagai tanaman koleksi. Tanaman koleksi usada sebanyak 26 suku, 45 nomor koleksi, 36 genus. Tanaman koleksi upakara 38 suku, 101 nomor koleksi, 85 genus. Tanaman koleksi endemik 48 suku, 103 genus, 124 spesies, 428 spesimen. Kemudian ada pembibitan 62 suku, 174 genus, 162 spesies, 1.234 spesimen,” kata Wabup Kembang.
Bupati Artha mengatakan, kebun raya sebagai pusat konservasi tumbuhan, juga untuk melestarikan keanekaragaman hayati, terutama tumbuhan yang sudah langka di Indonesia, Bali, termasuk khas Jembrana. Beberapa tumbuhan langka khas Jembrana yang dilestarikan di Kebun Raya Jagathan di antaranya pohon kwanitan yang biasa digunakan untuk bahan bangunan, dan pohon demulih yang biasa digunakan sebagai bahan bangunan tempat suci. “Di sini juga ada tanaman upakara dan usadha. Jadi tujuan kita melestarikan keankeragaman hayati, sebagai tempat pembelajaran anak-anak sekolah. Biar anak-anak kita tahu. Itu pentingnya kebun raya ini,” ujarnya.
“Dengan adanya fungsi kebun raya ini, saya percaya akan dapat menekan stres atau perilaku kekerasan di masyarakat. Sehingga akan terwujud lingkungan yang aman, tenteram, bersih, indah, sejuk, dan nyaman. Saya juga berharap, seluruh warga yang masuk Bali melalui lintas darat, juga mampir ke Jembrana,” imbuh Bupati Artha.
Kebun Raya Jagatnatha juga dilengkapi berbagai fasilitas, seperti restoran, cafetaria, kebun bibit, gudang kompos, dan sangat cocok sebagai tempat rekreasi. “Saya mengucapkan terima kasih kepda Ketua Umum Yayasan Kebun Raya Indonesia, Menteri PUPR, Kepala LIPI, Kepala Kebun Raya Bogor, Kepala Kebun Raya Eka Karya Bali, dan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam pembangunan Kebun Raya Jagatnatha ini,” kata Bupati Artha.
Sementara Dr Hendrian, mengatakan Kebun Raya Jagatnatha ini merupakan kebun raya daerah yang ketiga dilaunching tahun 2019, setelah Kebun Raya Boyolali dan Kebun Raya Kendari. Dia mengajak senantiasa meneguhkan komitmen untuk bersama mengkonservasi tumbuhan Indonesia. “Launching bukan perjuangan akhir, tetapi babak baru memulai bergabung dalam komunitas kebun raya serta diikuti semangat untuk mengembangkan konservasi tumbuhan insitu dan exsitu (usaha pelestarian alam yang dilakukan di luar habitat aslinya, Red),” ujarnya. *ode
Komentar