Golkar Bali Klaim Solid Pasca Munas
Sempat terjadi masa-masa genting dan ketegangan karena dukung mendukung kandidat calon ketua umum, suasana berubah jadi adem hingga Munas X Partai Golkar di Jakarta, 3-5 Desember 2019, berjalan lancar.
DENPASAR, NusaBali
Golkar Bali merasa bersyukur atas situasi ini. Golkar Bali pun klaim semakin solid pasca Munas, yang meluncurkan kembali Airlangga Hartarto ke kursi Ketua Umum DPP Golkar 2019-2024.
Panitia Munas X Golkar, Dewa Made Widiyasa Nida, menyatakan persaingan kini sudah selesai. Riak-riak demokrasi di Munas juga sudah berakhir dengan terpilihnya Airlangga Hartarto sebagai Ketua Umum DPP Golkar 2019-2024. "Kita tutup perbedaan ini menyambut Golkar yang makin solid bergerak," ujar Dewa Nida yang juga Anggota Pemenangan pemilu Wilayah Bali DPP Golkar kepada NusaBali di Denpasar, Jumat (6/12).
Menurut Dewa Nida, kondusivitas yang terjadi saat Munas Golkar di Jakarta akan memberikan dampak positif terhadap elektabilitas partainya ke depan. "Munas X Golkar berjalan dengan lancar, tanpa gesekan. Ini awal yang baik. Vibrasi positif ini akan solidkan kader untuk bergerak songsong Pilkada 2020 serentak," tandas politisi Golkar asal Desa Akah, Kecamatan Klungkung ini.
Dewa Nida menegaskan, Golkar optimistis akan meraih hasil signifikan dalam Pilkada serentak, 23 September 2020 mendatang. Khusus di Bali, Pilkada akan digelar di 6 kabupaten/kota, yakni Pilkada Badung 2020, Pilkada Denpasar 2020, Pilkada Tabanan 2020, Pilkada Jembrana 2020, Pilkada Karangasem 2020, dan Pilkada Bangli 2020.
Dari 6 daerah ini, Golkar hanya bisa usung paket calon secara mandiri di Pilkada Bangli 2020 dan Pilkada Karangasem 2020, karena mereka memenuhi syarat minimal kantongi 20 persen suara parlemen hasil Pileg 2019. Sedangkan untuk Pilkada di empat daerah lannya, Golkar harus berkoalisi dengan parpol lain untuk bisa usung paket calon.
Dewa Nida menyebutkan, kondusivitas internal Golkar skala nasional juga akan memberikan efek baik terhadap kerja-kerja politik partainya di Bali. “Kami optimis dengan soliditas ini, bisa diraih hasil manis di Pilkada 2020 mendatang," papar mantan Ketua DPD II Golkar Klungkung ini.
Dewa Nida pun mengimbau seluruh kader Golkar Bali untuk menjaga soliditas menjelang Pilkada 2020 serentak. Menurut Dewa Nida, semangat soliditas yang berlangsung dalam Munas Golkar harus dijadikan modal utama para kader untuk membangun soliditas di daerah.
"Jangan lagi mau dipecah kekuatan eksternal. Persaingan dalam politik dan demokrasi, sudah biasa. Tapi, soliditas dan persatuan itu paling utama," tegas Dewa Nida yang sempat menjabat Wakil Ketua DPRD Klungkung 2009-2014.
Internal Partai Golkar sendiri sebelumnya sempat tegang dan memanas, jelas Monas X di Jakarta. Ketegangan terjadi karena persaingan Airlangga Hartarto vs Bambang Soesatyo alias Bamsoet dalam perebutan calon Ketua Umum DPP Golkar. Kader Golkar secara nasional pun terbelah emnjadi dua, antara kubu Airlangga vs kubu Bamsoet. DPD I Golkar Bali dan 9 DPD II Golkar Kabupaten/Kota se-Bali berada di kubu Airlangga Hartarto.
Namun, situasi reda pada detik-detik terakhir jelang Munas Golkar dibuka resmi Presiden Jokowi, Selasa (3/12) malam. Tiba-tiba, Bamsoet mengundurkan diri dari Calon Ketua Umum (Caketum) DPP Golkar. Konon, politisi senior yang kini menjabat Ketua MPR ini mundur setelah bertemu Caketum incumbent Airlangga Hartarto dan utusan Presiden Jokowi.
Bukan hanya Bamsoet yang mengundurkan diri dari Caketum DPP Golkar. Dua kandidat lainnya, Agun Gunandjar Sudarso dan Indra Bambang Utoyo, juga ikuti langkah Bamsoet. Agun Gunandjar mengaku mundur demi kebaikan bersama Partai Golkar. Dia telah mendapat jaminan dari Ketua Umum DPP Golkar, Golkar Airlangga Hartarto, untuk menjalankan mesin partai secara demokratis.
Sedangkan Bamsoet menyatakan mundur dari pencalonan sebagai Caketum Golkar, setelah bertemu dengan sejumlah tokoh senior partainya. Bamsoet berdalih pengunduran diri ini sebagai upaya menjaga kekompakan Golkar ke depan. Atas rekonsiliasi ini, maka tidak ada lagi kubu Bamsoet ataupun kubu Airlangga. *nat
Panitia Munas X Golkar, Dewa Made Widiyasa Nida, menyatakan persaingan kini sudah selesai. Riak-riak demokrasi di Munas juga sudah berakhir dengan terpilihnya Airlangga Hartarto sebagai Ketua Umum DPP Golkar 2019-2024. "Kita tutup perbedaan ini menyambut Golkar yang makin solid bergerak," ujar Dewa Nida yang juga Anggota Pemenangan pemilu Wilayah Bali DPP Golkar kepada NusaBali di Denpasar, Jumat (6/12).
Menurut Dewa Nida, kondusivitas yang terjadi saat Munas Golkar di Jakarta akan memberikan dampak positif terhadap elektabilitas partainya ke depan. "Munas X Golkar berjalan dengan lancar, tanpa gesekan. Ini awal yang baik. Vibrasi positif ini akan solidkan kader untuk bergerak songsong Pilkada 2020 serentak," tandas politisi Golkar asal Desa Akah, Kecamatan Klungkung ini.
Dewa Nida menegaskan, Golkar optimistis akan meraih hasil signifikan dalam Pilkada serentak, 23 September 2020 mendatang. Khusus di Bali, Pilkada akan digelar di 6 kabupaten/kota, yakni Pilkada Badung 2020, Pilkada Denpasar 2020, Pilkada Tabanan 2020, Pilkada Jembrana 2020, Pilkada Karangasem 2020, dan Pilkada Bangli 2020.
Dari 6 daerah ini, Golkar hanya bisa usung paket calon secara mandiri di Pilkada Bangli 2020 dan Pilkada Karangasem 2020, karena mereka memenuhi syarat minimal kantongi 20 persen suara parlemen hasil Pileg 2019. Sedangkan untuk Pilkada di empat daerah lannya, Golkar harus berkoalisi dengan parpol lain untuk bisa usung paket calon.
Dewa Nida menyebutkan, kondusivitas internal Golkar skala nasional juga akan memberikan efek baik terhadap kerja-kerja politik partainya di Bali. “Kami optimis dengan soliditas ini, bisa diraih hasil manis di Pilkada 2020 mendatang," papar mantan Ketua DPD II Golkar Klungkung ini.
Dewa Nida pun mengimbau seluruh kader Golkar Bali untuk menjaga soliditas menjelang Pilkada 2020 serentak. Menurut Dewa Nida, semangat soliditas yang berlangsung dalam Munas Golkar harus dijadikan modal utama para kader untuk membangun soliditas di daerah.
"Jangan lagi mau dipecah kekuatan eksternal. Persaingan dalam politik dan demokrasi, sudah biasa. Tapi, soliditas dan persatuan itu paling utama," tegas Dewa Nida yang sempat menjabat Wakil Ketua DPRD Klungkung 2009-2014.
Internal Partai Golkar sendiri sebelumnya sempat tegang dan memanas, jelas Monas X di Jakarta. Ketegangan terjadi karena persaingan Airlangga Hartarto vs Bambang Soesatyo alias Bamsoet dalam perebutan calon Ketua Umum DPP Golkar. Kader Golkar secara nasional pun terbelah emnjadi dua, antara kubu Airlangga vs kubu Bamsoet. DPD I Golkar Bali dan 9 DPD II Golkar Kabupaten/Kota se-Bali berada di kubu Airlangga Hartarto.
Namun, situasi reda pada detik-detik terakhir jelang Munas Golkar dibuka resmi Presiden Jokowi, Selasa (3/12) malam. Tiba-tiba, Bamsoet mengundurkan diri dari Calon Ketua Umum (Caketum) DPP Golkar. Konon, politisi senior yang kini menjabat Ketua MPR ini mundur setelah bertemu Caketum incumbent Airlangga Hartarto dan utusan Presiden Jokowi.
Bukan hanya Bamsoet yang mengundurkan diri dari Caketum DPP Golkar. Dua kandidat lainnya, Agun Gunandjar Sudarso dan Indra Bambang Utoyo, juga ikuti langkah Bamsoet. Agun Gunandjar mengaku mundur demi kebaikan bersama Partai Golkar. Dia telah mendapat jaminan dari Ketua Umum DPP Golkar, Golkar Airlangga Hartarto, untuk menjalankan mesin partai secara demokratis.
Sedangkan Bamsoet menyatakan mundur dari pencalonan sebagai Caketum Golkar, setelah bertemu dengan sejumlah tokoh senior partainya. Bamsoet berdalih pengunduran diri ini sebagai upaya menjaga kekompakan Golkar ke depan. Atas rekonsiliasi ini, maka tidak ada lagi kubu Bamsoet ataupun kubu Airlangga. *nat
Komentar