Poh Amplem Sari Dikenalkan Jadi Maskot Mangga Kabupaten Buleleng
Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng perkenalkan varietas Poh (Mangga) Amplem Sari kepada masyarakat luas. Bila berhasil dibudidayakan, Poh Amplem Sari nantinya bakal ditetapkan sebagai maskot Mangga Buleleng.
SINGARAJA, NusaBali
Variesta Poh Amplem Sari ini sudah diperkenalkan langsung oleh Bupati Buleleng, Putu Agus Suradnyana, saat Apel Krida di Taman Kota Singaraja, Jalan Ngurah Rai Singaraja, Jumat (6/12) pagi. Saat itu, Bupati Agus Suradnyana membagikan 1.000 bibit Poh Amplem Sari kepada masyarakat luas.
Selain bibit Poh Amplem Sari, Bupati Agus Suradnyana yang didampingi Kadis Pertanian Buleleng, I Made Sumiarta---kemarin juga membagikan 2.000 bibit Durian varietas baru, yang merupakan perpaduan Durian Kane (Bangkok) dengan Durian lokal Desa Bestala, Kecamatan Banjar, Buleleng.
Menurut Agus Suradnyana, bibit Poh Amplem Sari dan bibit Durian yang dibagikan tersebut merupakan kreativitas dari Dinas Pertanian Buleleng, untuk menghasilkan buah unggul. Saat ini, varietas Poh Amplem Sari masih diujicobakan. Demikian pula varietas Durian campuran Durian Kane dan Durian Bestala.
“Hasilnya memang belum bisa diketahui seperti apa. Tetapi, paling tidak dengan ujicoba ini, artinya ada usahan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik,” jelas Bupati asal Desa Banyuatis, Kecamatan Banjar, Buleleng yang juga Ketua DPC PDIP Buleleng ini.
Sementara itu, Kadis Pertanian Buleleng, Made Sumiarta, mengatakan Poh Amplem Sari merupakan varietas lokal yang ditemukan di wilayah Desa/Kecamatan Tejakula (Buleleng Timur). Mangga Amplem Sari ini memiliki rasa dan tekstur buah yang berbeda dengan mangga lainnya.
Selain itu, Poh Amplem Sari juga dipercaya masyarakat Tejakula sebagai obat sakit diabetes. Itu sebabnya, Mangga Amplem Sari ini coba dibudidayakan. Pembibitan dilakukan dengan cara menyambung (grafting) tunas Poh Amplem Sari dan batang dari Mangga Lalijiwa. Menurut Sumiarta, diperkirakan dalam waktu 3-5 tahun ke depan akan diketahui hasilnya.
“Ini masih tahap percobaan, pembibitan dengan penyambungan Mangga Lalijiwa dan tunas Mangga Amplem Sari. Kalau Mangga Amplem Sari hanya ada di wilayah Tejakula. Buah mangga ini dipercaya masyarakat setempat sebagai obat diabetes,” terang Sumiarta.
Menurut Sumiarta, pembibitan Poh Amplem Sari dan Durian Bestala dilakukan oleh Dinas Pertanian Buleleng. Penyebarluasan bibit kedua jenis buah berbeda ini, selain untuk budidaya, juga sekalian memperkenalkan varietas buah lokal unggul kepada masyarakat.
“Nanti akan diadakan monitoring untuk pertumbuhan bibit Mangga Amplem Sari tersebut. Makanya, dalam pembagian bibit tadi, penerimanya sekaligus bertanggung jawab menanam dan memelihara. Ini memudahkan nanti pemantauannya,” ujar Sumiarta.
Selain Poh Amplem Sari, di Buleleng juga terdapat jenis mangga langka, yang disebut Poh Bikul. Disebut Poh Bikul, karena bentuk buahnya mirip dengan tubuh bikul (tikus). Poh Bikul yang langka ini hanya ditemukan di Desa Menyali, Kecamatan Sawan. Poh Bikul ini punya rasa khas, gurih manis-manis dibandingkan buah mangga lain.
Sayangnya, pohon Poh Bikul saat ini semakin langka, karena sulit dibudidayakan. Data pada Dinas Pertanian Buleleng tahun 2016 lalu, tanaman Poh Bikul hanya ditemukan di Desa Menyali, sebanyak 13 pohon, yang tersebar di sejumlah perkebunan warga. Usia tanaman Poh Bikul rata-rata di atas 50 tahun.
Versi Dinas Pertanian, Poh Bikul ini sudah berulangkali coba dibudidayakan, namun belum berhasil. Salah satu caranya adalag dengan mengambil biji buah Poh Bikul. Tapi, usaha itu gagal karena dari biji buah Poh Bikul tidak mau tumbuh tunas, diduga karena bijinya terlalu pipih. Usaha berikutnya dilakukan dengan cara penyambungan, namun tetap tidak membuahkan hasil.
Menurut Kadis Pertanian Buleleng waktu itu, Nyoman Suwatantra, ada kemungkinan tanaman Poh Bikul sulit dikembangkan karena dipengaruhi faktor kondisi tanah dan cuaca. Karenanya, Poh Bikul hanya bisa tumbuh di Desa Menyali.
Bupati Agus Suradnyana menyebut, Poh Bikul itu sangat digemari oleh kalangan pejabat di Jakarta. Salah satunya, Ketua Umum PDIP Megawati. “Kalau Ibu Megawati ke Bali bertepatan dengan Poh Bikul berbuah, beliau pasti pesan buah mangga itu. Karena memang rasanya sangat manis, tidak ada kecutnya. Pokoknya beda dengan buah mangga yang lain,” ungkapnya seraya menyebut nilai jual Poh Bikul cukup mahal, sekitar Rp 30.000 per kilogram. *k19
Selain bibit Poh Amplem Sari, Bupati Agus Suradnyana yang didampingi Kadis Pertanian Buleleng, I Made Sumiarta---kemarin juga membagikan 2.000 bibit Durian varietas baru, yang merupakan perpaduan Durian Kane (Bangkok) dengan Durian lokal Desa Bestala, Kecamatan Banjar, Buleleng.
Menurut Agus Suradnyana, bibit Poh Amplem Sari dan bibit Durian yang dibagikan tersebut merupakan kreativitas dari Dinas Pertanian Buleleng, untuk menghasilkan buah unggul. Saat ini, varietas Poh Amplem Sari masih diujicobakan. Demikian pula varietas Durian campuran Durian Kane dan Durian Bestala.
“Hasilnya memang belum bisa diketahui seperti apa. Tetapi, paling tidak dengan ujicoba ini, artinya ada usahan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik,” jelas Bupati asal Desa Banyuatis, Kecamatan Banjar, Buleleng yang juga Ketua DPC PDIP Buleleng ini.
Sementara itu, Kadis Pertanian Buleleng, Made Sumiarta, mengatakan Poh Amplem Sari merupakan varietas lokal yang ditemukan di wilayah Desa/Kecamatan Tejakula (Buleleng Timur). Mangga Amplem Sari ini memiliki rasa dan tekstur buah yang berbeda dengan mangga lainnya.
Selain itu, Poh Amplem Sari juga dipercaya masyarakat Tejakula sebagai obat sakit diabetes. Itu sebabnya, Mangga Amplem Sari ini coba dibudidayakan. Pembibitan dilakukan dengan cara menyambung (grafting) tunas Poh Amplem Sari dan batang dari Mangga Lalijiwa. Menurut Sumiarta, diperkirakan dalam waktu 3-5 tahun ke depan akan diketahui hasilnya.
“Ini masih tahap percobaan, pembibitan dengan penyambungan Mangga Lalijiwa dan tunas Mangga Amplem Sari. Kalau Mangga Amplem Sari hanya ada di wilayah Tejakula. Buah mangga ini dipercaya masyarakat setempat sebagai obat diabetes,” terang Sumiarta.
Menurut Sumiarta, pembibitan Poh Amplem Sari dan Durian Bestala dilakukan oleh Dinas Pertanian Buleleng. Penyebarluasan bibit kedua jenis buah berbeda ini, selain untuk budidaya, juga sekalian memperkenalkan varietas buah lokal unggul kepada masyarakat.
“Nanti akan diadakan monitoring untuk pertumbuhan bibit Mangga Amplem Sari tersebut. Makanya, dalam pembagian bibit tadi, penerimanya sekaligus bertanggung jawab menanam dan memelihara. Ini memudahkan nanti pemantauannya,” ujar Sumiarta.
Selain Poh Amplem Sari, di Buleleng juga terdapat jenis mangga langka, yang disebut Poh Bikul. Disebut Poh Bikul, karena bentuk buahnya mirip dengan tubuh bikul (tikus). Poh Bikul yang langka ini hanya ditemukan di Desa Menyali, Kecamatan Sawan. Poh Bikul ini punya rasa khas, gurih manis-manis dibandingkan buah mangga lain.
Sayangnya, pohon Poh Bikul saat ini semakin langka, karena sulit dibudidayakan. Data pada Dinas Pertanian Buleleng tahun 2016 lalu, tanaman Poh Bikul hanya ditemukan di Desa Menyali, sebanyak 13 pohon, yang tersebar di sejumlah perkebunan warga. Usia tanaman Poh Bikul rata-rata di atas 50 tahun.
Versi Dinas Pertanian, Poh Bikul ini sudah berulangkali coba dibudidayakan, namun belum berhasil. Salah satu caranya adalag dengan mengambil biji buah Poh Bikul. Tapi, usaha itu gagal karena dari biji buah Poh Bikul tidak mau tumbuh tunas, diduga karena bijinya terlalu pipih. Usaha berikutnya dilakukan dengan cara penyambungan, namun tetap tidak membuahkan hasil.
Menurut Kadis Pertanian Buleleng waktu itu, Nyoman Suwatantra, ada kemungkinan tanaman Poh Bikul sulit dikembangkan karena dipengaruhi faktor kondisi tanah dan cuaca. Karenanya, Poh Bikul hanya bisa tumbuh di Desa Menyali.
Bupati Agus Suradnyana menyebut, Poh Bikul itu sangat digemari oleh kalangan pejabat di Jakarta. Salah satunya, Ketua Umum PDIP Megawati. “Kalau Ibu Megawati ke Bali bertepatan dengan Poh Bikul berbuah, beliau pasti pesan buah mangga itu. Karena memang rasanya sangat manis, tidak ada kecutnya. Pokoknya beda dengan buah mangga yang lain,” ungkapnya seraya menyebut nilai jual Poh Bikul cukup mahal, sekitar Rp 30.000 per kilogram. *k19
Komentar