Permainan Tradisional Imbangi Game Gadget
Permainan tradisional untuk memperkokoh otot kaki, punggung, dan tangan. Selain itu dalam permainan tradisonal ini terkandung nilai kejujuran dan sportivitas.
SINGARAJA, NusaBali
Warga dunia, tak terkecuali manusia Bali, sungguh bisa menghindar dari kemasyuran teknologi. Dalam hal dampak, apa pun jenis teknologi tersebut pasti ada plus-minus. Gempuran kecanggihan game gadget atau permainan gawai, misalnya, telah menjangkiti anak-anak dan generasi muda di Bali. Namun syukur, ada sejumlah permainan tradisional Bali yang sekiranya sanggup mengimbangi kecanduan anak-anak dari gadget.
Terkait itu, Pemkab Buleleng kini berupaya untuk membangkitkan kembali permainan tradisional di kalangan anak milenial. Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng Gede Komang mengatakan, Pemkab Buleleng sangat menyadari adanya kecemasan para orang tua terhadap kecanduan anak-anak terhadap gadget, terutama sisi negatif teknologi ini terhadap anak-anak. Jelas dia, pemasyarakatan permainan tradisional ini kembali diharapkan dapat menyelamatkan generasi milenial dari pengaruh buruk kecanggihan teknologi.
Jelas dia, tak hanya sosialisasi, Disbud Buleleng juga membuat buku permainan tradisional khas Buleleng untuk membangkitkan kembali gairah bermain permainan tradisional. Namun belum lama ini juga diadakan parade permainan tradisional yang melibatkan sekolah-sekolah dan karang taruna di Buleleng. Beberapa permainan memang masih dimainkan oleh anak-anak. Hanya saja ada saat hari-hari tertentu, seperti Magoak-Goakan di Desa Panji setiap Ngembak Geni, Magangsing di catur desa (Gesing, Munduk, Uma Jero, Gobleg—Kecamatan Banjar) dan sekitarnya dan permainan lain. ‘’Ini yang kami dorong untuk dimasyarakatkan kembali. Bahkan benteng terakhir nanti akan diusulkan masuk dalam kurikulum muatan lokal atau olahraga,” ucap dia.
Salain itu, ada permainan Matempeng Gandong. Permainan ini juga merupakan salah satu dari 10 permainan tradisional yang dibukukan oleh Dinas Kebudayaan Buleleng, belum lama ini. Permainan tradisional ini juga sedang dibangkitkan kembali untuk dipopulerkan di kalangan generasi milenial. Salah satunya, sering ditemukan dan dimainkan oleh anak-anak di Kelurahan Banyuning, Kecamatan Buleleng. Nama permainan Matempeng Gandong, menurut tokoh masyarakat Kelurahan Banyuning, Komang Suardika, dihubungi Jumat (6/12), terdiri dari dua kata, yakni matempeng yang artinya melempar batu dan gandong artinya digendong. Jadi matempeng gandong berarti bermain melempar batu sambil digendong oleh lawan.
“Tidak hanya Matempeng Gandong, ada banyak permainan tradisional yang kadang masih dilakukan anak-anak disini, seperti Majara-Jaranan, Selodor, Colek-Colekan Adeng, cuman tidak sering,” ucap Komang Suardika yang juga dosen di STAHN Mpu Kuturan, Buleleng.
Dalam permainan Matempeng Gandong biasanya dimainkan sepasang anak. Namun dalam satu kali putaran dapat dilakukan oleh 2 - 5 pasang anak baik laki-laki maupun perempuan, untuk menambah meriah permainan. Sebelum bermain, sekelompok anak akan dibagi menjadi dua kelompok dengan menggunakan sistem sut atau suit (batu, gunting, kertas, Red). Anak yang menang dalam sut akan berkumpul dengan yang menang, sedangkan yang kalah juga berkumpul jadi satu kelompok. Sebelumnya mereka sudah membuat garis dan areal yang digunakan untuk bermain hingga menentukan garis finish. Permainan Metempeng Gandong ini juga menggunakan batu pipih sebagai senjata yang akan mereka lemparkan. Biasanya dalam permainan ini akan memilih areal atau halaman yang datar dan bagus untuk melemparkan batu.
Permainan tradisional ini pun akan dimulai dengan persetujuan bersama. Dua kelompok yang sudah menjadi satu kesatuan kembali akan mengutus perwakilan mereka untuk emlakuakn sut. Sut kali ini akan menentukan yang menang dan berhak magandong (digendong). Sedangkan kelompok yang kalah harus menerima risiko yani mereka ngandong (menggendong) lawan. Kelompok yang magandong memiliki kesempatan pertama intuk melemparkan barunya.
Selanjutnya giliran anak yang ngandong, melempars ambil menggendong lawan dan berusaha mengenai batu yang dilempar sebelumnya oleh lawan. Jika berhasil mengenai batu lawan yang digendong, maka keadaan akan berbalik, yakni yang menggendong menjadi digendong. Namun jika tidak berhasil mengenai batu lawan, posisi akan tetap seperti di awal. Anak yang berhasil mengumpulkna point terbanyak hingga garis finish akan ditetapkan sebagai pemenang.
Permainan Matempeng Gandong ini dalam buku permainan tradisional yang disusun Dinas Kebudayaan pun memiliki pesan moral, nilai hiburan dan olahraga. Anak-anak yang bermain menggunakan fisik diharuskan keluar ruangan. Kegiatan menggendong berlari dan tertawa pun akan berdampak positif untuk memperkokoh otot kaki, punggung dan tangan anak. Selain itu dalam permainan tradisonal ini terkandung nilai kejujuran dan sportivitas. Dari hasil pemukulan batu posisi antara yang digendong dan menggendong dapat berubah kapan saja. Sehingga dalam permainan tradisional itu juga terdapat sedikitnya empat manfaat yang didapatkan anak-anak. Mulai dari memahami diri sendiri dan mengembangkan harga diri, meningkatkan daya kreativitas dan membebaskan anak dari stress, mengembangkan pola sosialisasi dan emosi anak serta melatih motorik anak dan mengasah daya analisi dan konsentrasi anak.7k23
Komentar