Pengadaan Dituding Asal-asalan, Kucit Bantuan Mati
Pemerintah Desa Manistutu, Kecamatan Melaya memastikan kucit bantuan yang mati disebabkan diare dan dehidrasi.
NEGARA, NusaBali
Bantuan kucit (bibit babi) dari Pemerintah Desa Manitutu, Kecamatan Melaya, Jembrana, tahun 2019 kepada 7 kelompok ternak di desa setempat, dikeluhkan warga. Pasalnya, belum genap sebulan diterima, beberapa ekor kucit jenis lendris diketahui sudah mati. Hal itu diduga karena pengadaan yang asal-asalan.
Dari informasi salah satu sumber di desa setempat, Selasa (12/10), ada sebanyak 140 ekor kucit yang diberikan kepada 7 kelompok beranggota 20 orang per kelompok, dengan pembagian 1 ekor kucit per orang anggota kelompok. Untuk pengadaan 140 ekor kucit itu dianggarkan senilai Rp 112 juta dipotong pajak 11,5 persen, yang bersumber dari APBDes tahun 2019. Bantuan kucit itu diserahterimakan kepada penerima pada 26 November lalu. Namun belum ada sebulan diserahterimakan, sejumlah kucit bantuan pemerintah desa itu mati.
“Kalau saya dengar, ada puluhan yang sudah mati. Kami menduga, penyebabnya karena bibit babinya memang belum layak dipelihara. Terlalu kecil bibitnya, dan kemungkinan masih menyusu dengan induknya. Harga kucit yang diserahkan kemarin itu paling hanya kisaran Rp 400 ribu sampai Rp 500 ribu. Padahal anggarannya dipersiapkan sampai Rp 800 per ekor,” ujar salah seorang warga penerima bantuan kucit, namun bantuan tersebut sudah mati sekitar seminggu pascadiserahterimakan pihak desa.
Sebelumnya, salah seorang warga penerima bantuan kucit juga sempat mengunggah ke media sosial facebook (FB), terkait dugaan pengadaan kucit dari pemerintah desa ini. Dalam unggahan status yang menyertakan foto kucit-nya yang telah mati, akun FB bernama Benny Permana menyampaikan kekesalannya, dan menuding ada oknum yang menyunat bantuan kucit tersebut. Namun belakangan, unggahan yang sempat ramai ditanggapi netizen itu sudah dihapus oleh pemilik akun.
Terkait masalah tersebut, mantan Penjabat Perbekel Manistutu I Gede Arya Widiarta didampingi Sekretaris Desa (Sekdes) Manistutu Wayan Pasek, dan Perbekel Manistutu yang baru saja dilantik pada 6 Desember lalu, Komang Budiana, saat dikonfirmasi di Kantor Desa Manistutu, Selasa kemarin, menceritakan dari awal terkait kegiatan pengadaan bantuan bibit babi. Menurut Arya Widiarta, kegiatan pemberian bantuan bibit babi, itu merupakan kegiatan swakelola melalui Panitia Pelaksana Kegiatan (PPK) desa.
Tetapi karena sebelumnya PPK desa ada kegiatan ke luar kota, Arya Widiarta menyatakan bahwa PPK menyerahkan pengadaan bibit babi itu kepada salah seorang rekanan yang juga warga Desa Manistutu. Sebelum dibagikan ke kelompok, pihaknya juga memastikan 140 ekor bibit babi yang diadakan rekanan tersebut, sudah diperiksa kesehatannya oleh petugas Kesehatan Hewan Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana, dan seluruhnya dipastikan layak untuk dipelihara. “Waktu dicek petugas, bibit babi yang dibagikan itu dipastikan sudah sepih (pisah dengan induknya). Tidak benar kalau dibilang belum layak dipelihara,” ujarnya.
Namun dalam perjalan, Arya Widiarta mengakui, ada beberapa ekor bibit babi yang tiba-tiba mati. Terkait jumlah yang mati, dipastikan hanya 4 ekor, dan tidak ada sampai puluhan ekor. Untuk kematian 4 ekor bibit babi dari total 140 ekor, itu sudah diperiksa petugas Keswan, dan dipastikan kematiannya disebabkan diare dan dehidrasi akibat suhu panas berlebihan. “Jadi kematian bibit babi itu bukan karena bibit yang belum layak dipelihara. Itu sudah dicek sama petugas. Yang mati itu karena diare dan dehidrasi karena kandangnya tidak beratap, sehingga kepanasan. Untuk mengantisipasi hal serupa, kami sudah minta agar masing-masing penerima bantuan bibit babi kemarin, itu biar menyiapkan kandang dilengkapi atap. Apalagi sekarang ini kan cuaca panas sekali,” ucap Arya Widiarta.
Meski demikian, Arya Widiarta mengatakan ada salah satu ketentuan khusus yang sempat terabaikan berkaitan dengan pengadaan ratusan ekor bibit babi tersebut. Yakni, berkenaan dengan spesifikasi berat bibit babi yang ditentukan minimal beratnya 10 kilogram. “Kami akui, waktu bibit datang tidak sempat kami timbang, sehingga tidak tahu apa sudah sesuai berat atau belum. Tetapi yang pasti, acuan yang utama tetap sudah sepih, dan itu telah berjalan sesuai ketentuan,” tandasnya. *ode
Dari informasi salah satu sumber di desa setempat, Selasa (12/10), ada sebanyak 140 ekor kucit yang diberikan kepada 7 kelompok beranggota 20 orang per kelompok, dengan pembagian 1 ekor kucit per orang anggota kelompok. Untuk pengadaan 140 ekor kucit itu dianggarkan senilai Rp 112 juta dipotong pajak 11,5 persen, yang bersumber dari APBDes tahun 2019. Bantuan kucit itu diserahterimakan kepada penerima pada 26 November lalu. Namun belum ada sebulan diserahterimakan, sejumlah kucit bantuan pemerintah desa itu mati.
“Kalau saya dengar, ada puluhan yang sudah mati. Kami menduga, penyebabnya karena bibit babinya memang belum layak dipelihara. Terlalu kecil bibitnya, dan kemungkinan masih menyusu dengan induknya. Harga kucit yang diserahkan kemarin itu paling hanya kisaran Rp 400 ribu sampai Rp 500 ribu. Padahal anggarannya dipersiapkan sampai Rp 800 per ekor,” ujar salah seorang warga penerima bantuan kucit, namun bantuan tersebut sudah mati sekitar seminggu pascadiserahterimakan pihak desa.
Sebelumnya, salah seorang warga penerima bantuan kucit juga sempat mengunggah ke media sosial facebook (FB), terkait dugaan pengadaan kucit dari pemerintah desa ini. Dalam unggahan status yang menyertakan foto kucit-nya yang telah mati, akun FB bernama Benny Permana menyampaikan kekesalannya, dan menuding ada oknum yang menyunat bantuan kucit tersebut. Namun belakangan, unggahan yang sempat ramai ditanggapi netizen itu sudah dihapus oleh pemilik akun.
Terkait masalah tersebut, mantan Penjabat Perbekel Manistutu I Gede Arya Widiarta didampingi Sekretaris Desa (Sekdes) Manistutu Wayan Pasek, dan Perbekel Manistutu yang baru saja dilantik pada 6 Desember lalu, Komang Budiana, saat dikonfirmasi di Kantor Desa Manistutu, Selasa kemarin, menceritakan dari awal terkait kegiatan pengadaan bantuan bibit babi. Menurut Arya Widiarta, kegiatan pemberian bantuan bibit babi, itu merupakan kegiatan swakelola melalui Panitia Pelaksana Kegiatan (PPK) desa.
Tetapi karena sebelumnya PPK desa ada kegiatan ke luar kota, Arya Widiarta menyatakan bahwa PPK menyerahkan pengadaan bibit babi itu kepada salah seorang rekanan yang juga warga Desa Manistutu. Sebelum dibagikan ke kelompok, pihaknya juga memastikan 140 ekor bibit babi yang diadakan rekanan tersebut, sudah diperiksa kesehatannya oleh petugas Kesehatan Hewan Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana, dan seluruhnya dipastikan layak untuk dipelihara. “Waktu dicek petugas, bibit babi yang dibagikan itu dipastikan sudah sepih (pisah dengan induknya). Tidak benar kalau dibilang belum layak dipelihara,” ujarnya.
Namun dalam perjalan, Arya Widiarta mengakui, ada beberapa ekor bibit babi yang tiba-tiba mati. Terkait jumlah yang mati, dipastikan hanya 4 ekor, dan tidak ada sampai puluhan ekor. Untuk kematian 4 ekor bibit babi dari total 140 ekor, itu sudah diperiksa petugas Keswan, dan dipastikan kematiannya disebabkan diare dan dehidrasi akibat suhu panas berlebihan. “Jadi kematian bibit babi itu bukan karena bibit yang belum layak dipelihara. Itu sudah dicek sama petugas. Yang mati itu karena diare dan dehidrasi karena kandangnya tidak beratap, sehingga kepanasan. Untuk mengantisipasi hal serupa, kami sudah minta agar masing-masing penerima bantuan bibit babi kemarin, itu biar menyiapkan kandang dilengkapi atap. Apalagi sekarang ini kan cuaca panas sekali,” ucap Arya Widiarta.
Meski demikian, Arya Widiarta mengatakan ada salah satu ketentuan khusus yang sempat terabaikan berkaitan dengan pengadaan ratusan ekor bibit babi tersebut. Yakni, berkenaan dengan spesifikasi berat bibit babi yang ditentukan minimal beratnya 10 kilogram. “Kami akui, waktu bibit datang tidak sempat kami timbang, sehingga tidak tahu apa sudah sesuai berat atau belum. Tetapi yang pasti, acuan yang utama tetap sudah sepih, dan itu telah berjalan sesuai ketentuan,” tandasnya. *ode
1
Komentar