RSUP Sanglah Buka Klinik Gangguan Tidur
Gangguan Tidur Bisa Picu Penyakit Kronis
Kepala Instalasi Paviliun Amerta RSUP Sanglah sekaligus psikiater, dr Ida Ayu Kusuma Wardani SpKJ mengatakan, saat ini RSUP Sanglah telah membuka layanan klinik gangguan tidur dan neurobehavior.
DENPASAR, NusaBali
Namun diakui, pasiennya masih sedikit dan belum mampu menuntaskan terapi yang diberikan. Gangguan tidur, menurut dr Kusuma Wardhani, bisa disebabkan oleh berbagai hal seperti asupan obat-obatan dan makanan, pekerjaan yang mengacaukan siklus tidur, kondisi minum kopi dan merokok berlebihan, trauma, dan lain-lain. Secara teori, waktu tidur ideal disarankan 7 hingga 8 jam. Namun, tidur yang baik dilihat dari kualitas tidurnya. “Setiap orang memiliki waktu tidur yang berbeda-beda. Kualitas tidur diukur saat bangun paginya. Meski tidurnya hanya empat jam, tetapi badan terasa segar, berarti kualitas tidurnya baik,” ujarnya Selasa (10/12).
Saat tidur, terjadi peningkatan zat melatonin di dalam tubuh. Namun, jika seseorang stres, dan banyak pikiran, maka zat serotoninnya yang akan meningkat. Inilah yang menyebabkan gangguan tidur. Dokter Kusuma Wardhani mengungkapkan, sesungguhnya seseorang yang mengalami gangguan tidur bisa mengatasi sendiri gangguan tidur tersebut, dengan memanajemen stres yang baik. Misalnya dengan membaca hal ringan, makan enak, mandi, dan sebagainya yang intinya berusaha tidak memikirkan hal-hal berat.
Apabila tidak mampu memanajemen stres, kemungkinan seseorang akan mulai tergantung pada obat agar bisa tidur. Menurutya, jika sudah ada di level tersebut, akan disarankan sebaiknya menjalani layanan di klinik gangguan tidur dan neurobehavior. Akan tetapi, kata dr Kusuma Wardhani, belum ada pasien yang tuntas menjalani terapi yang diberikan, sebab waktunya cukup lama, sekitar 2 jam. “Jadi pasiennya dievaluasi. Setelah diwawancarai lengkap, dimasukkan ke suatu ruangan, pasien tidur dan ada ditempel suatu alat untuk mengevaluasi irama di otak yang namanya neurotransmitter. Seluruh prosesnya memakan waktu dua jam. Banyak yang berhenti sebelum selesai, karena tidak tahan menunggu selama itu,” pungkasnya. *ind
Saat tidur, terjadi peningkatan zat melatonin di dalam tubuh. Namun, jika seseorang stres, dan banyak pikiran, maka zat serotoninnya yang akan meningkat. Inilah yang menyebabkan gangguan tidur. Dokter Kusuma Wardhani mengungkapkan, sesungguhnya seseorang yang mengalami gangguan tidur bisa mengatasi sendiri gangguan tidur tersebut, dengan memanajemen stres yang baik. Misalnya dengan membaca hal ringan, makan enak, mandi, dan sebagainya yang intinya berusaha tidak memikirkan hal-hal berat.
Apabila tidak mampu memanajemen stres, kemungkinan seseorang akan mulai tergantung pada obat agar bisa tidur. Menurutya, jika sudah ada di level tersebut, akan disarankan sebaiknya menjalani layanan di klinik gangguan tidur dan neurobehavior. Akan tetapi, kata dr Kusuma Wardhani, belum ada pasien yang tuntas menjalani terapi yang diberikan, sebab waktunya cukup lama, sekitar 2 jam. “Jadi pasiennya dievaluasi. Setelah diwawancarai lengkap, dimasukkan ke suatu ruangan, pasien tidur dan ada ditempel suatu alat untuk mengevaluasi irama di otak yang namanya neurotransmitter. Seluruh prosesnya memakan waktu dua jam. Banyak yang berhenti sebelum selesai, karena tidak tahan menunggu selama itu,” pungkasnya. *ind
Komentar