Gun Gun Pamerkan 200 Kartun tentang Jokowi
Pemimpin negara seringkali menjadi obyek untuk diekspresikan ke dalam karya. Salah satunya ke dalam karya kartun.
DENPASAR, NusaBali
Itulah yang dilakukan oleh kartunis senior Bali, I Wayan Gunasta alias Gun Gun, yang sejak tahun 2014 saat Presiden Joko Widodo pertama kali menjabat hingga kini, telah menghasilkan 200 karya kartun tentang Jokowi. Karyanya pun ditampilkan dalam pameran bertajuk ‘200 Kartun Jokowi di Mata Saya’ di Wartam Art Space, Jalan Nangka Selatan Nomor 29 A Denpasar, mulai Selasa (10/12).
“Jokowi yang saya lihat adalah garis yang sederhana, linear tapi maknanya tersier. Banyak penafsiran yang harus dibaca, yang tidak bisa dibaca oleh banyak orang. Kesederhanaannya ada, tapi saat dia mengambil keputusan, yang orang-orang tidak bisa putuskan, dia putuskan,” ungkapnya.
Dia menampik bahwa sedang mengagungkan sosok Jokowi. Sebab dunia kartunis, kata dia, hanya berpihak pada kebenaran umum, bukan kepada politiknya. Kartunis membaca dan menafsirkan pikiran orang, kemudian menggambarkannya sebagai gambar yang kritis. Tidak saja sekedar menjadikannya lucu, tapi di sisi lain menjadi bentuk penyampaian sebuah perasaan, seperti orang memarahi tapi membuat sakit, mencibir tapi mentertawakan. Inilah yang menjadi kelebihan kartunis.
Pada bagian lain, Gun Gun menggambarkan Jokowi si Bhineka Tunggal Ika. Jokowi memberikan peluang masuknya pakaian adat Nusantara saat peringatan Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan RI. Meski sedang melihat ketokohannya, dalam kartun dia juga mengkritisi apa yang dilakukan Jokowi. “Saya batasi tema kartun ini ‘Jokowi di Mata Saya’, berarti pandangan saya terhadap Jokowi. Buat saya, Jokowi presiden pertama yang mengucapkan Om Swastiastu dalam pidato kenegaraannya. Sebagai Hindu, saya suka. Artinya dia menghargai keberagaman,” katanya.
Menurutnya, lewat karya yang disajikan tersebut, secara tidak langsung ada pemikiran yang bisa bermanfaat, termasuk bisa memancing daya kritis milenial dalam mengkritisi setiap keadaan yang ada di lingkungannya. “Saya tidak mengajak (mengkritisi sesuatu dengan kartun, red) tapi saya menyediakan gambar-gambar itu untuk memancing inspirasi para milenial untuk mengkritisi setiap keadaan. Saya mensitir hoaks, saya mensitir semua cuma dengan bahasa gambar itu,” jelasnya.
Sebelum pameran tentang Jokowi, Gun Gun juga sebelumnya menggambar kartun presiden terdahalu, SBY, dan memamerkannya di Jakarta. “Waktu itu saya melihat (gambarkan, red) SBY itu seperti titisan Gajah Mada, karena dilihat dari bentuk wajahnya. Saya buatlah pameran berjudul Dari Satria Lembah Tidar ke Cikeas,” imbuhnya, sembari mengatakan pameran ini juga serangkaian peringatan 20 tahun tokoh I Brewok karya Gun Gun masuk perangko. *ind
“Jokowi yang saya lihat adalah garis yang sederhana, linear tapi maknanya tersier. Banyak penafsiran yang harus dibaca, yang tidak bisa dibaca oleh banyak orang. Kesederhanaannya ada, tapi saat dia mengambil keputusan, yang orang-orang tidak bisa putuskan, dia putuskan,” ungkapnya.
Dia menampik bahwa sedang mengagungkan sosok Jokowi. Sebab dunia kartunis, kata dia, hanya berpihak pada kebenaran umum, bukan kepada politiknya. Kartunis membaca dan menafsirkan pikiran orang, kemudian menggambarkannya sebagai gambar yang kritis. Tidak saja sekedar menjadikannya lucu, tapi di sisi lain menjadi bentuk penyampaian sebuah perasaan, seperti orang memarahi tapi membuat sakit, mencibir tapi mentertawakan. Inilah yang menjadi kelebihan kartunis.
Pada bagian lain, Gun Gun menggambarkan Jokowi si Bhineka Tunggal Ika. Jokowi memberikan peluang masuknya pakaian adat Nusantara saat peringatan Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan RI. Meski sedang melihat ketokohannya, dalam kartun dia juga mengkritisi apa yang dilakukan Jokowi. “Saya batasi tema kartun ini ‘Jokowi di Mata Saya’, berarti pandangan saya terhadap Jokowi. Buat saya, Jokowi presiden pertama yang mengucapkan Om Swastiastu dalam pidato kenegaraannya. Sebagai Hindu, saya suka. Artinya dia menghargai keberagaman,” katanya.
Menurutnya, lewat karya yang disajikan tersebut, secara tidak langsung ada pemikiran yang bisa bermanfaat, termasuk bisa memancing daya kritis milenial dalam mengkritisi setiap keadaan yang ada di lingkungannya. “Saya tidak mengajak (mengkritisi sesuatu dengan kartun, red) tapi saya menyediakan gambar-gambar itu untuk memancing inspirasi para milenial untuk mengkritisi setiap keadaan. Saya mensitir hoaks, saya mensitir semua cuma dengan bahasa gambar itu,” jelasnya.
Sebelum pameran tentang Jokowi, Gun Gun juga sebelumnya menggambar kartun presiden terdahalu, SBY, dan memamerkannya di Jakarta. “Waktu itu saya melihat (gambarkan, red) SBY itu seperti titisan Gajah Mada, karena dilihat dari bentuk wajahnya. Saya buatlah pameran berjudul Dari Satria Lembah Tidar ke Cikeas,” imbuhnya, sembari mengatakan pameran ini juga serangkaian peringatan 20 tahun tokoh I Brewok karya Gun Gun masuk perangko. *ind
Komentar