Gerombolan Kera Gasak Tanaman Petani di Tegallalang
Para petani Bangli yang memiliki sawah dan tegalan berada di pinggiran Tukad Melangit, mengeluh.
BANGLI, NusaBali
Hal itu disebabkan gerombolan kera yang menggasak tanaman petani. Tak hanya menggasak tanaman, namun kawanan kera liar tersebut juga ada yang berulah menyerang warga. Salah satunya di Subak Tegallalang, Kelurahan Cempaga, Kecamatan Bangli.
Dari penuturan warga subak, serangan kawanan kera mengganas sejak sekitar dua bulan terakhir. Diduga hal itu disebabkan populasi kera yang semakin banyak, sedang di pihak lain habitat serta tanaman keras liar yang menjadi sumber pakan kera, kian menyusut. Karenanya tanaman padi, palawija, dan jenis budidaya tanaman lainnya yang digasak. “Beh petani di sini sudah kewalahan pak,” ungkap Sang Ketut Taman, salah seorang petani di Subak Tegallalang, Jumat (29/7).
Menurut para petani, berbagai upaya telah dicoba untuk meredam serangan gerombolan kera tersebut. Mulai dari menakut-nakuti dengan bunyi-bunyian seperti memukul kaleng bekas, menyetepnya atau menembak dengan ketapel. Juga menakuti-nakuti dengan api menggunakan obor dan danyuh (daun kelapa kering) yang dibakar. Kecuali menembak dengan bedil atau senapan tak dilakukan petani. Namun semua usaha tersebut tak mempan. “Malah mulai berani balik menyerang, sambil ngejengit (menyeringai),” imbuh Sang Putu Taman.
Sang Ayu Made Rai, warga lingsir setempat yang sempat diserang kawanan kera yang mengganas tersebut. Kejadian belum lama berselang. Dikatakan Sang Ayu Made Rai, ketika itu dia mencari pucuk pakis untuk sayur di sekitar Subak Tegallalang. Saat sedang memetik pakis itulah Sang Ayu Made Rai diserang seekor monyet. Tentu saja orang tua ini pontang-panting menyelamatkan diri. “Sampai di pondokan tiyang masih dikejar,” ujarnya.
Kelian Subak Tegallalang Sang Ketut Rencana, membenarkan kawanan monyet yang sejak dua bulan mengganas di persawahan di Subak Tegallalang. “Ini serangan yang kedua kalinya,” papar Sang Ketut Rencana. Dikatakannya, serangan hama kera di Subak Tegallang sudah sempat terjadi sekitar setahun lalu. Berbagai upaya dilakukan menanggulangi ulah kawanan kera. Termasuk melalui upaya niskala, dengan cara melaksanakan Upacara Nangluk Merana di Pura Nyeti di Tukad Melangit, yang dibantu pihak pemprov. Termasuk membuat palinggih untuk Bethara Anoman (Dewa Kera) berikut patung Anoman. “Setelah sempat mereda, namun belakangan kembali muncul,” ujar Sang Ketut Rencana.
Serangan gerombolan kera tersebut berimbas pada produkvitas tanaman, baik padi maupun palawija. “Mungkin sampai 30 persen berkurang,” ujar Sang Ketut Rencana. Yang paling parah digasak adalah tanaman pada sawah maupun tegalan yang letaknya paling dekat dengan tebing sungai. “Banyak, tidak saja di sini, namun sempai ke Subak Kuning Jelekungkang (di Desa Tamanbali),” kata Sang Ketut Rencana. Pihaknya berharap serangan kawanan kera tersebut mendapat penanganan dan penanggulangan dari pemerintah lewat SKPD terkait. “Salah satu cara dengan memperbanyak penanaman keras; yang buah menjadi sumber pakan kawanan kera. Jika sumber pakan sudah cukup, mungkin serangan kera berkurang,” kata Sang Ketut Rencana.
Dari pantauan, sawah dan tegalan warga yang ada di pinggir Tukad Melangit, banyak yang roboh. Tak hanya karena tertimpa hujan dan angin kencang, namun robohnya tanaman tersebut karena digasak kera. “Tak tentu serangannya, namun kebanyakan pagi hari,” papar Sang Ketut Rencana. * k17
Hal itu disebabkan gerombolan kera yang menggasak tanaman petani. Tak hanya menggasak tanaman, namun kawanan kera liar tersebut juga ada yang berulah menyerang warga. Salah satunya di Subak Tegallalang, Kelurahan Cempaga, Kecamatan Bangli.
Dari penuturan warga subak, serangan kawanan kera mengganas sejak sekitar dua bulan terakhir. Diduga hal itu disebabkan populasi kera yang semakin banyak, sedang di pihak lain habitat serta tanaman keras liar yang menjadi sumber pakan kera, kian menyusut. Karenanya tanaman padi, palawija, dan jenis budidaya tanaman lainnya yang digasak. “Beh petani di sini sudah kewalahan pak,” ungkap Sang Ketut Taman, salah seorang petani di Subak Tegallalang, Jumat (29/7).
Menurut para petani, berbagai upaya telah dicoba untuk meredam serangan gerombolan kera tersebut. Mulai dari menakut-nakuti dengan bunyi-bunyian seperti memukul kaleng bekas, menyetepnya atau menembak dengan ketapel. Juga menakuti-nakuti dengan api menggunakan obor dan danyuh (daun kelapa kering) yang dibakar. Kecuali menembak dengan bedil atau senapan tak dilakukan petani. Namun semua usaha tersebut tak mempan. “Malah mulai berani balik menyerang, sambil ngejengit (menyeringai),” imbuh Sang Putu Taman.
Sang Ayu Made Rai, warga lingsir setempat yang sempat diserang kawanan kera yang mengganas tersebut. Kejadian belum lama berselang. Dikatakan Sang Ayu Made Rai, ketika itu dia mencari pucuk pakis untuk sayur di sekitar Subak Tegallalang. Saat sedang memetik pakis itulah Sang Ayu Made Rai diserang seekor monyet. Tentu saja orang tua ini pontang-panting menyelamatkan diri. “Sampai di pondokan tiyang masih dikejar,” ujarnya.
Kelian Subak Tegallalang Sang Ketut Rencana, membenarkan kawanan monyet yang sejak dua bulan mengganas di persawahan di Subak Tegallalang. “Ini serangan yang kedua kalinya,” papar Sang Ketut Rencana. Dikatakannya, serangan hama kera di Subak Tegallang sudah sempat terjadi sekitar setahun lalu. Berbagai upaya dilakukan menanggulangi ulah kawanan kera. Termasuk melalui upaya niskala, dengan cara melaksanakan Upacara Nangluk Merana di Pura Nyeti di Tukad Melangit, yang dibantu pihak pemprov. Termasuk membuat palinggih untuk Bethara Anoman (Dewa Kera) berikut patung Anoman. “Setelah sempat mereda, namun belakangan kembali muncul,” ujar Sang Ketut Rencana.
Serangan gerombolan kera tersebut berimbas pada produkvitas tanaman, baik padi maupun palawija. “Mungkin sampai 30 persen berkurang,” ujar Sang Ketut Rencana. Yang paling parah digasak adalah tanaman pada sawah maupun tegalan yang letaknya paling dekat dengan tebing sungai. “Banyak, tidak saja di sini, namun sempai ke Subak Kuning Jelekungkang (di Desa Tamanbali),” kata Sang Ketut Rencana. Pihaknya berharap serangan kawanan kera tersebut mendapat penanganan dan penanggulangan dari pemerintah lewat SKPD terkait. “Salah satu cara dengan memperbanyak penanaman keras; yang buah menjadi sumber pakan kawanan kera. Jika sumber pakan sudah cukup, mungkin serangan kera berkurang,” kata Sang Ketut Rencana.
Dari pantauan, sawah dan tegalan warga yang ada di pinggir Tukad Melangit, banyak yang roboh. Tak hanya karena tertimpa hujan dan angin kencang, namun robohnya tanaman tersebut karena digasak kera. “Tak tentu serangannya, namun kebanyakan pagi hari,” papar Sang Ketut Rencana. * k17
1
Komentar