70 Calon Paskibraka Provinsi Bali Mulai Dikarantina
Dari pengalaman tahun-tahun sebelumnya, setelah bertemu keluarga maupun orangtua mentalnya peserta justru down
DENPASAR, NusaBali
Calon Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) Provinsi Bali mengawali masa karantina di Mahatma Residance, kawasan Niti Mandala, Denpasar, Jumat (29/7) kemarin. Karantina terhadap 70 putra-putri terbaik Bali ini akan berlangsung selama 21 hari hingga 18 Agustus nanti. Selama karantina, calon paskibraka tertutup dari segala macam bentuk komunikasi jarak jauh, seperti handphone (HP). Tak hanya itu, televisi maupun Wifi di kamar tempat mereka menginap juga dinonaktifkan.
Untuk mengasah mental serta fokus dalam pelatihan, kunjungan orangtua (ortu) pun ditiadakan. Hal ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, yang diagendakan sekali sebelum paskibraka bertugas mengibarkan Sang Saka Merah Putih pada detik-detik Proklamasi RI. "Selama karantina tidak ada kunjungan orangtua. Karena pengalaman tahun-tahun sebelumnya, setelah ketemu orangtua mentalnya justru down," tegas Ketua Purna Paskibraka Indonesia (PPI) Provinsi Bali, I Dewa Agung Suganda didampingi Kepala Seksi Pengembangan Pemberdayaan Pemuda I Made Dana Tenaya, disela-sela pembukaan pelatihan, kemarin. Pihaknya meminta supaya para orangtua menyerahkan sepenuhnya putra-putrinya untuk dilatih menjadi pengibar bendera pusaka yang tangguh.
Sementara itu, untuk kali pertama karantina akan diisi kegiatan perkenalan diri, tantingan, materi terkait paskibraka serta pemilihan koordinator peserta yang diistilahkan sebagai ‘Bapak Lurah’ dan ‘Ibu Lurah’ untuk memimpin tempat mereka digembleng yang disebut ‘Desa Bahagia’. Menariknya, saat acara tantingan, para peserta yang berasal dari seluruh pelosok Bali ini berbaris rapi melewati sebuah gerbang yang dipenuhi dengan hasil bumi.
Menurut Dewa Suganda, gerbang tersebut sebagai tanda bahwa mereka akan memasuki kehidupan baru dan bergabung dalam sebuah keluarga baru di ‘Desa Bahagia’. Disebut Desa Bahagia, dengan harapan mereka bisa bahagia mengikuti tahap demi tahap proses pelatihan. "Sebelum mereka memasuki penginapan, mereka ditanyakan kembali tentang kesiapan yang bersangkutan mengikuti seleksi. Dijawabnyapun harus tegas. Dan ketika memasuki gerbang desa ini, mereka harus menunduk yang artinya meskipun mereka orang pilihan, tetap tidak boleh sombong," jelasnya.
Untuk pelatihan baris-berbaris, dijadwalkan akan dimuai pada Sabtu (30/7) hari ini di Lapangan Puputan Margarana, Niti Mandala, Denpasar (Lapangan Renon) yang tempatnya sangat dekat dengan tempat karantina. Jika tahun sebelumnya, awal memasuki masa karantina disertai dengan kegiatan potong rambut baik putra maupun putri, kali ini potong rambut akan dilaksanakan pada 14 Agustus mendatang. "Saat ini sebagian besar putri sudah berambut pendek. Putra juga demikian, sehingga kami tinggal perhalus dan samakan nanti sebelum bertugas," jelasnya. Sebagai pelatih/instruktur, pasukan calon paskibraka ini akan digembleng oleh jajaran Kepolisian, Korem 163 Wirasatya, dan Purna Paskibraka Indonesia (PPI) Provinsi Bali dengan total 15 orang. * nv
Calon Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) Provinsi Bali mengawali masa karantina di Mahatma Residance, kawasan Niti Mandala, Denpasar, Jumat (29/7) kemarin. Karantina terhadap 70 putra-putri terbaik Bali ini akan berlangsung selama 21 hari hingga 18 Agustus nanti. Selama karantina, calon paskibraka tertutup dari segala macam bentuk komunikasi jarak jauh, seperti handphone (HP). Tak hanya itu, televisi maupun Wifi di kamar tempat mereka menginap juga dinonaktifkan.
Untuk mengasah mental serta fokus dalam pelatihan, kunjungan orangtua (ortu) pun ditiadakan. Hal ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, yang diagendakan sekali sebelum paskibraka bertugas mengibarkan Sang Saka Merah Putih pada detik-detik Proklamasi RI. "Selama karantina tidak ada kunjungan orangtua. Karena pengalaman tahun-tahun sebelumnya, setelah ketemu orangtua mentalnya justru down," tegas Ketua Purna Paskibraka Indonesia (PPI) Provinsi Bali, I Dewa Agung Suganda didampingi Kepala Seksi Pengembangan Pemberdayaan Pemuda I Made Dana Tenaya, disela-sela pembukaan pelatihan, kemarin. Pihaknya meminta supaya para orangtua menyerahkan sepenuhnya putra-putrinya untuk dilatih menjadi pengibar bendera pusaka yang tangguh.
Sementara itu, untuk kali pertama karantina akan diisi kegiatan perkenalan diri, tantingan, materi terkait paskibraka serta pemilihan koordinator peserta yang diistilahkan sebagai ‘Bapak Lurah’ dan ‘Ibu Lurah’ untuk memimpin tempat mereka digembleng yang disebut ‘Desa Bahagia’. Menariknya, saat acara tantingan, para peserta yang berasal dari seluruh pelosok Bali ini berbaris rapi melewati sebuah gerbang yang dipenuhi dengan hasil bumi.
Menurut Dewa Suganda, gerbang tersebut sebagai tanda bahwa mereka akan memasuki kehidupan baru dan bergabung dalam sebuah keluarga baru di ‘Desa Bahagia’. Disebut Desa Bahagia, dengan harapan mereka bisa bahagia mengikuti tahap demi tahap proses pelatihan. "Sebelum mereka memasuki penginapan, mereka ditanyakan kembali tentang kesiapan yang bersangkutan mengikuti seleksi. Dijawabnyapun harus tegas. Dan ketika memasuki gerbang desa ini, mereka harus menunduk yang artinya meskipun mereka orang pilihan, tetap tidak boleh sombong," jelasnya.
Untuk pelatihan baris-berbaris, dijadwalkan akan dimuai pada Sabtu (30/7) hari ini di Lapangan Puputan Margarana, Niti Mandala, Denpasar (Lapangan Renon) yang tempatnya sangat dekat dengan tempat karantina. Jika tahun sebelumnya, awal memasuki masa karantina disertai dengan kegiatan potong rambut baik putra maupun putri, kali ini potong rambut akan dilaksanakan pada 14 Agustus mendatang. "Saat ini sebagian besar putri sudah berambut pendek. Putra juga demikian, sehingga kami tinggal perhalus dan samakan nanti sebelum bertugas," jelasnya. Sebagai pelatih/instruktur, pasukan calon paskibraka ini akan digembleng oleh jajaran Kepolisian, Korem 163 Wirasatya, dan Purna Paskibraka Indonesia (PPI) Provinsi Bali dengan total 15 orang. * nv
Komentar