Fintech Indonesia Ekspansi Asia Tenggara
Perusahaan pinjam meminjam berbasis teknologi (fintech) Indonesia yakni Investree melakukan ekspansi bisnis di pasar Asia Tenggara dengan menyasar Thailand dan Filipina karena didukung pangsa pasar yang potensial dan didukung regulasi negara setempat.
JAKARTA, NusaBali
"Kami lagi finalisasi ke Filipina, mudah-mudahan bulan ini bisa tanda tangan dengan join venture partnership mitra di sana," kata Co-Founder dan CEO Investree Adrian Gunadi dalam Konferensi Investree di Jakarta, Kamis (12/12).
Sedangkan untuk di Thailand, lanjut dia, saat ini sedang dalam proses registrasi perizinan di otoritas jasa keuangan di negara tersebut. "Semoga izin kami dapat pada kuartal pertama tahun 2020, secara sistem dan tim sudah siap di Thailand," imbuh Adrian.
Menurut dia, program yang dijalankan juga sama dengan di Indonesia, yakni pinjam meminjam dengan menyasar segmentasi usaha kecil menengah (UKM) dan solusi untuk pengadaan barang dan jasa (e-procurement). Untuk nama usaha di negara tersebut, lanjut dia, juga tetap sama seperti yang berlaku di Indonesia yakni Investree. Ia menargetkan bisnis pinjam meminjam di dua negara itu sudah terealisasi pada kuartal pertama 2020.
Selain di Thailand dan Filipina yang masih terus digenjot implementasinya, fintech tersebut juga ingin menyasar negara lain di Asia Tenggara seperti di antaranya Vietnam. Namun, Adrian mengungkapkan regulasi terkait fintech masih belum ada di Vietnam sehingga pihaknya menantikan kesiapan negara setempat. Investree menargetkan pertumbuhan digit ganda tahun 2020 mencermati pertumbuhan tahun ini yang cukup positif.
Adrian menjelaskan realisasi nilai pinjaman mencapai Rp2,4 triliun hingga November 2019 atau lebih tinggi dibandingkan periode sama tahun 2018 mencapai Rp1,1 triliun. Secara kumulatif, perusahaan fintech itu sudah membukukan nilai pinjaman sebesar Rp4,2 triliun sejak berdiri empat tahun dengan memfasilitasi hampir 6.500 peminjaman.*ant
Sedangkan untuk di Thailand, lanjut dia, saat ini sedang dalam proses registrasi perizinan di otoritas jasa keuangan di negara tersebut. "Semoga izin kami dapat pada kuartal pertama tahun 2020, secara sistem dan tim sudah siap di Thailand," imbuh Adrian.
Menurut dia, program yang dijalankan juga sama dengan di Indonesia, yakni pinjam meminjam dengan menyasar segmentasi usaha kecil menengah (UKM) dan solusi untuk pengadaan barang dan jasa (e-procurement). Untuk nama usaha di negara tersebut, lanjut dia, juga tetap sama seperti yang berlaku di Indonesia yakni Investree. Ia menargetkan bisnis pinjam meminjam di dua negara itu sudah terealisasi pada kuartal pertama 2020.
Selain di Thailand dan Filipina yang masih terus digenjot implementasinya, fintech tersebut juga ingin menyasar negara lain di Asia Tenggara seperti di antaranya Vietnam. Namun, Adrian mengungkapkan regulasi terkait fintech masih belum ada di Vietnam sehingga pihaknya menantikan kesiapan negara setempat. Investree menargetkan pertumbuhan digit ganda tahun 2020 mencermati pertumbuhan tahun ini yang cukup positif.
Adrian menjelaskan realisasi nilai pinjaman mencapai Rp2,4 triliun hingga November 2019 atau lebih tinggi dibandingkan periode sama tahun 2018 mencapai Rp1,1 triliun. Secara kumulatif, perusahaan fintech itu sudah membukukan nilai pinjaman sebesar Rp4,2 triliun sejak berdiri empat tahun dengan memfasilitasi hampir 6.500 peminjaman.*ant
1
Komentar