Calon Sekda Buleleng Tuntaskan Tes
Satu Kandidat Sempat Berniat Mengundurkan Diri
Empat (4) kandidat calon Sekda Kabupaten Buleleng berhasil melewati tes wawancara, sebagai tahapan terakhir dalam proses lelang, Jumat (13/12) pagi.
SINGARAJA, NusaBali
Siapa di antara empat kandidat itu yang nantinya tembus 3 besar calon Sekda Buleleng, baru akan diumumkan, Senin (16/12) lusa.
Keempat calon Sekda Buleleng tersebut, masing-masing I Gede Suyasa (kini menjabat Asisten Administrasi Umum Setda Buleleng), Ni Made Rousmini (Asisten Administrasi Perekonomian-Pembangunan-Kesra Setda Buleleng), I Putu Karuna (Asisten Administrasi Pemerintahan Setda Buleleng), dan Gede Sandhiyasa (Kadis Sosial Buleleng).
Tes wawancara para kandidat calon Sekda Buleleng, Jumat kemarin, dilaksanakan di Sekretariatan Tim Pansel di Kantor Badan Kepegawaian dan Pengembangan SDM (BKPSDM) Kabupaten Buleleng, Jalan Laksamana Singaraja kawasan LC8 Desa Baktiseraga, Kecamatan Buleleng. Tes pamungkas ini dihadiri Tim Pansel yang beranggotakan 5 orang. Mereka secara bergiliran memberikan pertanyaan terhadap masing-masing kandidat, sejak pagi pukul 09.00 Wita.
Sebelum tes wawancara, empat kandidat lebih dulu mengambil nomor undian yang dibagikan staf BKPSDM Buleleng. Berdasarkan undian, Putu Karuna mendapat kesempatan pertama menjalani tes wawancara, disusul Gede Suyasa, Gede Sandhiyasa, dan terakhir Ni Made Rousmini.
Tes wawancara ini merupakan tes pendalaman terhadap makalah yang ditulis masing-masing kandidat sehari sebelumnya, Kamis (12/12). Setiap kandidat diberikan waktu pemaparan makalah selama 15 menit, kemudian pendalaman lewat wawancara selama 25 menit.
“Sekarang baru plong rasanya. Ya, tadi agak deg-degan juga menunggu giliran terakhir wawancara. Tetapi, banyak hikmahnya, saya mendapat pengalaman dan tahu seperti apa proses dalam seleksi calon Sekda itu,” jelas Made Rousmini kepada NusaBali seusai menjalani tes wawancara, Jumat kemarin.
Made Rousmini mengakui pertanyaan masing-masing anggota Tim Pansel cukup berbobot. Jumlah pertanyaan bervariasi, ada kandidat yang mengaku mendapat 11 pertanyaan, ada cuma mendapat 7 pertanyaan dari Tim Pansel. Pertanyaan itu masih seputar makalah yang ditulis masing-masing kandidat calon Sekda.
“Tadi cukup berbobot pertanyaan dari masing-masing anggota Tim Pansel. Kalau seperti apa jawaban kami, itu Tim Pansel yang punya kewenangan. Yang jelas, saya sudah menjawab sesuai kemampuan,” cerita Gede Suyasa.
Sementara, setelah tes wawancara sebagai tahapan terakhir dalam pross lelang tuntas, Tim Pansel selanjutnya akan mengakumulasi seluruh nilai tes, termasuk penilian rekam jejak masing-masing kandidat. Seluruh kandidat telah menjalani tes assessment (kompetensi), tes penulisan makalah, dan tes wawancara.
Menurut Ketua Tim Pansel Calon Sekda Buleleng, I Ketut Lihadnyana, keseluruhan tes ini memiliki bobot penilian 85 persen. Sedangkan bobot penilian 15 persen lagi adalah menyangkut rekam jejak masing-masing kandidat. Penilain rekam jejak ini tidak sebatas pada karier, tetapi juga sikap masing-masing kandidat terhadap pimpinan, sesama pejabat, staf bawahan, dan lingkungan sosial di tempat tinggalnya.
“Kehidupan relation mereka, baik di kantor maupun di masyarakat, seperti apa tipikalnya, karena itu menyangkut masalah kompotensi sosiokultural mereka. Sekarang tinggal penilaian rekam jejak saja,” jelas Ketut Lihadnyana yang kini menjabat Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Provinsi Bali.
Lihadnyana menyebutkan, tugas dari Tim Pansel adalah menjaring 3 nama calon Sekda Buleleng. Tiga nama itu ditentukan lewat mekanisme tes. Nanti semua nilai hasil tes, diakumulasi untuk menentukan rinking 3 besar calon Sekda.
“Nanti 3 nama calon Sekda itu akan diserahkan kepada Bupati Buleleng. Terserah Bupati mau menetapkan yang mana sebagai Sekda Buleleng, karena Bupati-lah selaku user (pemakai,Red),” tandas birokrat asal Desa Kekeran, Kecamatan Busungbiu, Buleleng ini. Rencananya, peringkat 3 besar calon Sekda Buleleng akan diumumkan, Senin lusa.
Sementara itu, informasi yang dihimpun NusaBali, Putu Karuna sempat berniat mengundurkan diri sebelum tes penulisan makalah, Kamis lalu. Konon, Asisten Administrasi Pemerintahan Setda Buleleng ini berniat mundur karena merasa tidak siap menghadapi tes tahap berikutnya setelah tes assessment.
Ketika tes assessment yang merupakan tes pertama, Putu Karuna kabarnya sempat muntah-muntah karena tidak kuat menjawab soal-soal. Di samping itu, ukuran tulisan pertanyaan dalam tes assesement juga terlalu kecil. “Pak Putu Karuan sempat muntah-muntah saat tes assesement di Denpasar. Memang kondisinya tidak fit, karena baru pulang dari Jogjakarta. Waktu itu, dia sempat menyatakan ingin mengundurkan diri," ujar sumber NusaBali, Jumat kemarin.
Betulkah? Saat dikonfirmasi NusaBali, Putu Karuna mengaku memang belum siap menjadi Sekda Buleleng. Birokrat asal Desa Banyuatis, Kecamatan Banjar, Buleleng ini menyatakan dari 4 kandidat calon Sekda, dirinya yang paling minim pengalaman dan paling junior. Putu Karuna putuskan mendaftar calon Sekda, karena tidak ingin program pemerintah tertunda hanya karena ketentuan jumlah peserta minimal 4 orang tidak terpenuhi.
“Saya sebenarnya tidak siap menjadi Sekda, terus terang saja. Pendidikan saya dibandingkan teman yang lain, saya paling rendah. Pengalaman saya juga paling sedikit, saya paling junior, sehingga tidak berharap begitu banyak,” tutur Putu Karuna. * k19
Keempat calon Sekda Buleleng tersebut, masing-masing I Gede Suyasa (kini menjabat Asisten Administrasi Umum Setda Buleleng), Ni Made Rousmini (Asisten Administrasi Perekonomian-Pembangunan-Kesra Setda Buleleng), I Putu Karuna (Asisten Administrasi Pemerintahan Setda Buleleng), dan Gede Sandhiyasa (Kadis Sosial Buleleng).
Tes wawancara para kandidat calon Sekda Buleleng, Jumat kemarin, dilaksanakan di Sekretariatan Tim Pansel di Kantor Badan Kepegawaian dan Pengembangan SDM (BKPSDM) Kabupaten Buleleng, Jalan Laksamana Singaraja kawasan LC8 Desa Baktiseraga, Kecamatan Buleleng. Tes pamungkas ini dihadiri Tim Pansel yang beranggotakan 5 orang. Mereka secara bergiliran memberikan pertanyaan terhadap masing-masing kandidat, sejak pagi pukul 09.00 Wita.
Sebelum tes wawancara, empat kandidat lebih dulu mengambil nomor undian yang dibagikan staf BKPSDM Buleleng. Berdasarkan undian, Putu Karuna mendapat kesempatan pertama menjalani tes wawancara, disusul Gede Suyasa, Gede Sandhiyasa, dan terakhir Ni Made Rousmini.
Tes wawancara ini merupakan tes pendalaman terhadap makalah yang ditulis masing-masing kandidat sehari sebelumnya, Kamis (12/12). Setiap kandidat diberikan waktu pemaparan makalah selama 15 menit, kemudian pendalaman lewat wawancara selama 25 menit.
“Sekarang baru plong rasanya. Ya, tadi agak deg-degan juga menunggu giliran terakhir wawancara. Tetapi, banyak hikmahnya, saya mendapat pengalaman dan tahu seperti apa proses dalam seleksi calon Sekda itu,” jelas Made Rousmini kepada NusaBali seusai menjalani tes wawancara, Jumat kemarin.
Made Rousmini mengakui pertanyaan masing-masing anggota Tim Pansel cukup berbobot. Jumlah pertanyaan bervariasi, ada kandidat yang mengaku mendapat 11 pertanyaan, ada cuma mendapat 7 pertanyaan dari Tim Pansel. Pertanyaan itu masih seputar makalah yang ditulis masing-masing kandidat calon Sekda.
“Tadi cukup berbobot pertanyaan dari masing-masing anggota Tim Pansel. Kalau seperti apa jawaban kami, itu Tim Pansel yang punya kewenangan. Yang jelas, saya sudah menjawab sesuai kemampuan,” cerita Gede Suyasa.
Sementara, setelah tes wawancara sebagai tahapan terakhir dalam pross lelang tuntas, Tim Pansel selanjutnya akan mengakumulasi seluruh nilai tes, termasuk penilian rekam jejak masing-masing kandidat. Seluruh kandidat telah menjalani tes assessment (kompetensi), tes penulisan makalah, dan tes wawancara.
Menurut Ketua Tim Pansel Calon Sekda Buleleng, I Ketut Lihadnyana, keseluruhan tes ini memiliki bobot penilian 85 persen. Sedangkan bobot penilian 15 persen lagi adalah menyangkut rekam jejak masing-masing kandidat. Penilain rekam jejak ini tidak sebatas pada karier, tetapi juga sikap masing-masing kandidat terhadap pimpinan, sesama pejabat, staf bawahan, dan lingkungan sosial di tempat tinggalnya.
“Kehidupan relation mereka, baik di kantor maupun di masyarakat, seperti apa tipikalnya, karena itu menyangkut masalah kompotensi sosiokultural mereka. Sekarang tinggal penilaian rekam jejak saja,” jelas Ketut Lihadnyana yang kini menjabat Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Provinsi Bali.
Lihadnyana menyebutkan, tugas dari Tim Pansel adalah menjaring 3 nama calon Sekda Buleleng. Tiga nama itu ditentukan lewat mekanisme tes. Nanti semua nilai hasil tes, diakumulasi untuk menentukan rinking 3 besar calon Sekda.
“Nanti 3 nama calon Sekda itu akan diserahkan kepada Bupati Buleleng. Terserah Bupati mau menetapkan yang mana sebagai Sekda Buleleng, karena Bupati-lah selaku user (pemakai,Red),” tandas birokrat asal Desa Kekeran, Kecamatan Busungbiu, Buleleng ini. Rencananya, peringkat 3 besar calon Sekda Buleleng akan diumumkan, Senin lusa.
Sementara itu, informasi yang dihimpun NusaBali, Putu Karuna sempat berniat mengundurkan diri sebelum tes penulisan makalah, Kamis lalu. Konon, Asisten Administrasi Pemerintahan Setda Buleleng ini berniat mundur karena merasa tidak siap menghadapi tes tahap berikutnya setelah tes assessment.
Ketika tes assessment yang merupakan tes pertama, Putu Karuna kabarnya sempat muntah-muntah karena tidak kuat menjawab soal-soal. Di samping itu, ukuran tulisan pertanyaan dalam tes assesement juga terlalu kecil. “Pak Putu Karuan sempat muntah-muntah saat tes assesement di Denpasar. Memang kondisinya tidak fit, karena baru pulang dari Jogjakarta. Waktu itu, dia sempat menyatakan ingin mengundurkan diri," ujar sumber NusaBali, Jumat kemarin.
Betulkah? Saat dikonfirmasi NusaBali, Putu Karuna mengaku memang belum siap menjadi Sekda Buleleng. Birokrat asal Desa Banyuatis, Kecamatan Banjar, Buleleng ini menyatakan dari 4 kandidat calon Sekda, dirinya yang paling minim pengalaman dan paling junior. Putu Karuna putuskan mendaftar calon Sekda, karena tidak ingin program pemerintah tertunda hanya karena ketentuan jumlah peserta minimal 4 orang tidak terpenuhi.
“Saya sebenarnya tidak siap menjadi Sekda, terus terang saja. Pendidikan saya dibandingkan teman yang lain, saya paling rendah. Pengalaman saya juga paling sedikit, saya paling junior, sehingga tidak berharap begitu banyak,” tutur Putu Karuna. * k19
1
Komentar