Hipertensi dan Jantung, Resiko Kehamilan Paling Sering Dialami
Resiko kehamilan seringkali menjadi kekhawatiran para ibu ketika memasuki masa kehamilan.
DENPASAR, NusaBali
Dokter spesialis obgyn RSUP Sanglah, Dr dr AAN Jaya Kusuma SpOG (K) mengatakan, resiko kehamilan yang sering ditemui pada ibu hamil adalah hipertensi dan jantung. Resiko ini bisa saja diderita ibu sebelum kehamilan atau terjadi saat ibu mulai hamil.
“Resiko kehamilan jika tidak dideteksi pada awal-awal kehamilan akan membahayakan ibu dan janin. Untuk mencegah bahaya tersebut, ibu harus memeriksa kehamilan pada trisemester pertama,” ujarnya, Jumat (13/12).
Dr Jaya Kusuma mengungkapkan, satu dari lima ibu hamil mengalami resiko kehamilan. Tidak hanya jantung dan hipertensi, namun pendarahan dan infeksi juga termasuk resiko kehamilan. Semakin dini bisa dideteksi, maka pengobatannya semakin tepat. “Ibu yang mengalami resiko kehamilan harus benar-benar dipantau dan diberikan pengobatan secara tepat. Semakin dini resiko kehamilan ini dideteksi maka pengobatan bisa dilakukan secepat mungkin agar ibu dan bayinya sehat,” ungkapnya.
Meski sudah dideteksi sebelum kehamilan tidak mempunyai riwayat sakit seperti hipertensi, namun bisa saja resiko kehamilan muncul saat menjalani masa-masa hamil. Sehingga ibu yang mengalami resiko kehamilan saat mulai hamil, akan tetap menderita resiko ini usai melahirkan sehingga tetap memerlukan pengobatan lanjutan. “Misalkan ibu tidak mengalami hipertensi namun ketika hamil ia menderita hipertensi. Kondisi ini tetap berlangsung saat bayinya lahir, sehingga memerlukan pengobatan secara kontinyu,” imbuhnya.
Untuk menekan resiko kehamilan pada ibu, pemerintah telah menerapkan triple eleminasi yakni deteksi dini tiga penyakit infeksi di antaranya sfilis, HIV dan hepatitis. Selain penyakit infeksi ini, kesehatan ibu tercatat, terpantau dan terdeteksi kesehatannya melalui Kartu Menuju Sehat untuk ibu hamil. *ind
“Resiko kehamilan jika tidak dideteksi pada awal-awal kehamilan akan membahayakan ibu dan janin. Untuk mencegah bahaya tersebut, ibu harus memeriksa kehamilan pada trisemester pertama,” ujarnya, Jumat (13/12).
Dr Jaya Kusuma mengungkapkan, satu dari lima ibu hamil mengalami resiko kehamilan. Tidak hanya jantung dan hipertensi, namun pendarahan dan infeksi juga termasuk resiko kehamilan. Semakin dini bisa dideteksi, maka pengobatannya semakin tepat. “Ibu yang mengalami resiko kehamilan harus benar-benar dipantau dan diberikan pengobatan secara tepat. Semakin dini resiko kehamilan ini dideteksi maka pengobatan bisa dilakukan secepat mungkin agar ibu dan bayinya sehat,” ungkapnya.
Meski sudah dideteksi sebelum kehamilan tidak mempunyai riwayat sakit seperti hipertensi, namun bisa saja resiko kehamilan muncul saat menjalani masa-masa hamil. Sehingga ibu yang mengalami resiko kehamilan saat mulai hamil, akan tetap menderita resiko ini usai melahirkan sehingga tetap memerlukan pengobatan lanjutan. “Misalkan ibu tidak mengalami hipertensi namun ketika hamil ia menderita hipertensi. Kondisi ini tetap berlangsung saat bayinya lahir, sehingga memerlukan pengobatan secara kontinyu,” imbuhnya.
Untuk menekan resiko kehamilan pada ibu, pemerintah telah menerapkan triple eleminasi yakni deteksi dini tiga penyakit infeksi di antaranya sfilis, HIV dan hepatitis. Selain penyakit infeksi ini, kesehatan ibu tercatat, terpantau dan terdeteksi kesehatannya melalui Kartu Menuju Sehat untuk ibu hamil. *ind
Komentar