Harga Kakao Tembus Rp 50.000/Kg
Patani kakao di Tabanan sekarang sumringah. Karena kini harga kakao tengah naik.
TABANAN, NusaBali
Bahkan untuk kualitas fermentasi (diolah) tembus Rp 50.000 per kilogram, yang sebelumnya hanya Rp 44.000 per kilogram. Harga kakao mulai naik sejak 2,5 bulan terakhir.
Salah seorang petani kakao di Tabanan, Adi Pratama mengatakan harga kakao sekarang sudah meningkat sejak 2,5 bulan terakhir. Mulanya memang dalam harga Rp 44.000 per kilogram, kini naik jadi Rp 50.000 per kilogram. "Naiknya sudah mulai 2,5 bulan," ungkapnya, Jumat (13/12).
Dikatakan, dengan harga yang mahal ini banyak petani kembali mulai beralih menanam kakao yang sebelumnya sempat beralih ke pengembangan tanaman kayu. Bahkan ada sampai petani di Kecamatan Selemadeg Barat yang merehab kebun melakukan pengembangan kakao. "Untuk potensi kakao memang ada di Selemadeg Barat dan Selemadeg Timur kira-kira luasnya sampai 1.000 hektare," tegas Pratama yang pebisnis ini.
Diterangkan, harga kakao di Bali, khususnya Tabanan bahkan lebih mahal dari daerah lain di Indonesia. Karena kualitas produksi kakao fermentasi di Bali ada organic. Selain itu cita rasa yang dimiliki salah satu hasil perkebunan ini berbeda atau punya cita rasa khas.
Meskipun demikian pasaran kakao di Kabupaten Tabanan masih tingkat lokal, khususnya untuk usaha pengolahan di Bandung dan Jakarta. Sempat ada permintaan kakao untuk pasar ekspor, namun harga jual kakao saat itu masih rendah. Dengan kenaikan harga ini pihaknya berharap pemerintah bisa membantu dengan peremajaan tanaman atau bantuan bibit. Ini karena pohon kakao yang ada di Bali rata-rata sudah berumur tua, sehingga produksi tidak lagi maksimal seperti sebelumnya. "Dulu bantuan bibit kakao pernah diberikan ke petani, namun sejak dua tahun terakhir bantuan tersebut tidak ada lagi," tandasnya *des
Salah seorang petani kakao di Tabanan, Adi Pratama mengatakan harga kakao sekarang sudah meningkat sejak 2,5 bulan terakhir. Mulanya memang dalam harga Rp 44.000 per kilogram, kini naik jadi Rp 50.000 per kilogram. "Naiknya sudah mulai 2,5 bulan," ungkapnya, Jumat (13/12).
Dikatakan, dengan harga yang mahal ini banyak petani kembali mulai beralih menanam kakao yang sebelumnya sempat beralih ke pengembangan tanaman kayu. Bahkan ada sampai petani di Kecamatan Selemadeg Barat yang merehab kebun melakukan pengembangan kakao. "Untuk potensi kakao memang ada di Selemadeg Barat dan Selemadeg Timur kira-kira luasnya sampai 1.000 hektare," tegas Pratama yang pebisnis ini.
Diterangkan, harga kakao di Bali, khususnya Tabanan bahkan lebih mahal dari daerah lain di Indonesia. Karena kualitas produksi kakao fermentasi di Bali ada organic. Selain itu cita rasa yang dimiliki salah satu hasil perkebunan ini berbeda atau punya cita rasa khas.
Meskipun demikian pasaran kakao di Kabupaten Tabanan masih tingkat lokal, khususnya untuk usaha pengolahan di Bandung dan Jakarta. Sempat ada permintaan kakao untuk pasar ekspor, namun harga jual kakao saat itu masih rendah. Dengan kenaikan harga ini pihaknya berharap pemerintah bisa membantu dengan peremajaan tanaman atau bantuan bibit. Ini karena pohon kakao yang ada di Bali rata-rata sudah berumur tua, sehingga produksi tidak lagi maksimal seperti sebelumnya. "Dulu bantuan bibit kakao pernah diberikan ke petani, namun sejak dua tahun terakhir bantuan tersebut tidak ada lagi," tandasnya *des
Komentar