Mimpi Bajatani Kembangkan Wisata Agro
KELOMPOK Tani Bajatani (Bangga Jadi Petani) di Subak Embukan, Banjar Tanah Lengis, Desa Ababi, Kecamatan Abang, Karangasem melalui pendiri I Ketut Semadiyasa, siap mendukung pengembangan objek wisata panorama alam lahan sawah di Subak Gunung, Banjar Tanah Lengis.
AMLAPURA, NusaBali
Subak Embukan ini menyatu dengan kawasan Subak Gunung. Paling tidak dukungannya dari sisi pengembangan produksi pertanian organik, sehingga petani yang memerlukan pengetahuan tata cara pengembangan pertanian organik bisa ke Bajatani. Di samping pentingnya mengimplementasikan pola tanam yang baik, tidak serta merta terus menerus bertanam padi. Struktur tanah mesti diberikan bernapas, sesekali bertanam palawija, juga dengan mengembangkan kolam air tawar, kemudian kembali bertanam padi, sehingga siklus kesuburan lahan terus terjaga.
Seperti yang dikembangkan Bajatani tersebut memanfaatkan lahan 53 are, dibagi-bagi mirip demplot, digunakan untuk bertanam padi, jagung, terong, kacang panjang, tomat, kolam ikan tawar, tanam bunga gumitir, sawi dan yang lain-lainnya.
Sehingga setiap saat datang petani, mampu memberikan edukasi, jika yang menginginkan bertanam jagung dan terong yang benar ada demplotnya. "Makanya saya sengaja kontrak lahan, agar bisa diolah sesuai keinginan pola tanam sendiri, beda dengan lahan digarap petani penggarap, mengolah lahan sesuai kemauan pemilik. Makanya terus menerus bertanam padi, karena pemiliknya menghendaki demikian," kata I Ketut Semadiyasa pendiri Kelompok Tani Bajatani, di Subak Embukan, Banjar Tanah Lengis, Desa Ababi, Kecamatan Abang, Karangasem, Sabtu (14/12).
Agar mampu mengoptimalkan memberikan edukasi dan mengembangkan pola tanam kata I Ketut Semadiyasa, kerjasama dengan SMPN 1 Abang, dengan menyisihkan lahan 10 are buat kebun percontohan ditanami aneka hortikultura berpupuk organik. Tujuannya agar jangka panjang ada alih generasi petani, dan menumbuhkembangkan jiwa wira usaha generasi muda.
Sedangkan generasi petani belakangan ini semakin sulit diajak berinovasi, petani kebanyakan kalangan generasi tua, secara fisik rata-rata tidak kuat lagi mengolah lahan, walau dibantu traktor dan teknologi lainnya. Tetapi, dari segi pemanfaatan teknologi, petani generasi tua kurang tanggap.
Petani generasi tua ingin cepat, sekali tabur pupuk urea agar tanaman padi tumbuh subur. "Saya sudah mencoba bertanam hortikultura berpupuk organik, dan pesanan dari sejumlah hotel dan restoran cukup banyak, hingga kewalahan memenuhi pesanan. Sedangkan petani pada umumnya, belum berminat melayani kebutuhan itu," katanya.
Misalnya, kebutuhan tomat dan kacang panjang organik, setiap hari dipesan rata-rata 100 kilogram, tidak mungkin sendirian mampu memproduksi sebanyak itu. Itulah sebabnya peluang tersebut dimanfaatkan secara bersama-sama. "Peluang ada, tetapi keseriusan petani memproduksi hortikultura organik, belum banyak, ini tantangannya," tambahnya. *k16
Seperti yang dikembangkan Bajatani tersebut memanfaatkan lahan 53 are, dibagi-bagi mirip demplot, digunakan untuk bertanam padi, jagung, terong, kacang panjang, tomat, kolam ikan tawar, tanam bunga gumitir, sawi dan yang lain-lainnya.
Sehingga setiap saat datang petani, mampu memberikan edukasi, jika yang menginginkan bertanam jagung dan terong yang benar ada demplotnya. "Makanya saya sengaja kontrak lahan, agar bisa diolah sesuai keinginan pola tanam sendiri, beda dengan lahan digarap petani penggarap, mengolah lahan sesuai kemauan pemilik. Makanya terus menerus bertanam padi, karena pemiliknya menghendaki demikian," kata I Ketut Semadiyasa pendiri Kelompok Tani Bajatani, di Subak Embukan, Banjar Tanah Lengis, Desa Ababi, Kecamatan Abang, Karangasem, Sabtu (14/12).
Agar mampu mengoptimalkan memberikan edukasi dan mengembangkan pola tanam kata I Ketut Semadiyasa, kerjasama dengan SMPN 1 Abang, dengan menyisihkan lahan 10 are buat kebun percontohan ditanami aneka hortikultura berpupuk organik. Tujuannya agar jangka panjang ada alih generasi petani, dan menumbuhkembangkan jiwa wira usaha generasi muda.
Sedangkan generasi petani belakangan ini semakin sulit diajak berinovasi, petani kebanyakan kalangan generasi tua, secara fisik rata-rata tidak kuat lagi mengolah lahan, walau dibantu traktor dan teknologi lainnya. Tetapi, dari segi pemanfaatan teknologi, petani generasi tua kurang tanggap.
Petani generasi tua ingin cepat, sekali tabur pupuk urea agar tanaman padi tumbuh subur. "Saya sudah mencoba bertanam hortikultura berpupuk organik, dan pesanan dari sejumlah hotel dan restoran cukup banyak, hingga kewalahan memenuhi pesanan. Sedangkan petani pada umumnya, belum berminat melayani kebutuhan itu," katanya.
Misalnya, kebutuhan tomat dan kacang panjang organik, setiap hari dipesan rata-rata 100 kilogram, tidak mungkin sendirian mampu memproduksi sebanyak itu. Itulah sebabnya peluang tersebut dimanfaatkan secara bersama-sama. "Peluang ada, tetapi keseriusan petani memproduksi hortikultura organik, belum banyak, ini tantangannya," tambahnya. *k16
1
Komentar