Kasus DBD Meningkat di 2019, Diskes Imbau Warga Waspada
Dinas Kesehatan (Diskes) Kabupaten Badung mengimbau masyarakat menjaga kebersihan lingkungan supaya nyamuk Aedes Aegypti yang jadi penyebab demam berdarah dengue (DBD) tidak berkembang biak.
MANGUPURA, NusaBali
Sebab, saat ini wilayah Bali sudah memasuki musim penghujan, sehingga rawan muncul genangan bila lingkungan sekitar tidak bersih.
“Yang harus masyarakat lakukan itu adalah pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Untuk PSN, lakukan dengan 3M yakni menguras, menutup, mengubur,” imbau Kadiskes Badung dr I Gede Putra Suteja, Selasa (17/12).Berdasarkan data dari Diskes Badung, sepanjang 2019 kasus DBD mencapai 971 kasus yang mengakibatkan dua orang meninggal dunia. Jumlah kasus tersebut meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2018, hanya terjadi sebanyak 326 kasus serta 1 orang meninggal.
Dari kasus yang terjadi, Kecamatan Mengwi menduduki urutan teratas kasus DBD paling banyak yakni 266 kasus. Kemudian disusul Kecamatan Kuta Utara dengan 242 kasus, kemudian Kuta Selatan 227 kasus, Kuta 199 kasus, Abiansemal 100 kasus, dan Petang 17 kasus.
Suteja mengakui adanya peningkatan kasus ini. Menurut Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Provinsi Bali, ini peningkatan terjadi karena ada beberapa faktor. “Ya, untuk di tahun 2019 kasus DBD mengalami kenaikan. Pertama, peningkatan dikarenakan faktor cuaca, curah hujan di awal 2019 tinggi, sedangkan pada awal 2018 curah hujannya rendah. Kedua, faktor lingkungan, karena hujan tentu ada banyak jentik. Ketiga, faktor perilaku, karena tidak ada pemberantasan sarang nyamuk jadi jentik berubah menjadi nyamuk,” ungkapnya.
Disinggung peran juru pemantau jentik (jumantik) dalam pemberantasan sarang nyamuk, menurut Suteja, peran jumantik membantu menyosialisasikan kepada masyarakat pentingnya menjaga lingkungan sekitar. “Petugas jumantik kita ada 583 orang dan koordinator jumantik 62 orang. Petugas ini yang membantu menyosialisasikan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan kepada masyarakat,” tandasnya. *asa
“Yang harus masyarakat lakukan itu adalah pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Untuk PSN, lakukan dengan 3M yakni menguras, menutup, mengubur,” imbau Kadiskes Badung dr I Gede Putra Suteja, Selasa (17/12).Berdasarkan data dari Diskes Badung, sepanjang 2019 kasus DBD mencapai 971 kasus yang mengakibatkan dua orang meninggal dunia. Jumlah kasus tersebut meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2018, hanya terjadi sebanyak 326 kasus serta 1 orang meninggal.
Dari kasus yang terjadi, Kecamatan Mengwi menduduki urutan teratas kasus DBD paling banyak yakni 266 kasus. Kemudian disusul Kecamatan Kuta Utara dengan 242 kasus, kemudian Kuta Selatan 227 kasus, Kuta 199 kasus, Abiansemal 100 kasus, dan Petang 17 kasus.
Suteja mengakui adanya peningkatan kasus ini. Menurut Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Provinsi Bali, ini peningkatan terjadi karena ada beberapa faktor. “Ya, untuk di tahun 2019 kasus DBD mengalami kenaikan. Pertama, peningkatan dikarenakan faktor cuaca, curah hujan di awal 2019 tinggi, sedangkan pada awal 2018 curah hujannya rendah. Kedua, faktor lingkungan, karena hujan tentu ada banyak jentik. Ketiga, faktor perilaku, karena tidak ada pemberantasan sarang nyamuk jadi jentik berubah menjadi nyamuk,” ungkapnya.
Disinggung peran juru pemantau jentik (jumantik) dalam pemberantasan sarang nyamuk, menurut Suteja, peran jumantik membantu menyosialisasikan kepada masyarakat pentingnya menjaga lingkungan sekitar. “Petugas jumantik kita ada 583 orang dan koordinator jumantik 62 orang. Petugas ini yang membantu menyosialisasikan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan kepada masyarakat,” tandasnya. *asa
Komentar