Sulinggih Penemu Wariga BELOG Lebar Mendadak
Ida Pedanda Nyoman Temuku Sering Video Call dengan Jokowi
Tokoh spiritual legendaris penemu Wariga BELOG (Behaviour Environment LOGos, harmonisasi perilaku manusia dengan alam), Ida Pedanda Nyoman Temuku, 71, lebar (meninggal dunia) dalam perawatan di RSUP Sanglah, Denpasar, Selasa (17/12) malam pukul 21.00 Wita.
GIANYAR, NusaBali
Sulinggih asal Griya Cebang Giri Kesuma, Banjar/Desa Melinggih, Kecamatan Payangan, Gianyar ini meninggal mendadak diduga karena serangan jantung. Sebelum menghembuskan napas terakhir, Ida Pedanda Nyoman Temuku sempat selama 1,5 jam dirawat di RSUP Sanglah. Menurut putra ketiganya, Ida Bagus Mayun Giri Kesuma, 42, almarhum tiba-tiba mengalami sesak napas di rumahnya, Selasa malam pukul 19.00 Wita. Sulinggih yang semasa walaka bernama Ida Bagus Putu Kertayasa ini pun dilarikan ke RSUP Sanglah, namun nyawanya tak tertolong.
Menurut Gus Mayun, sebelum dilarikan ke RSUP Sanglah, almarhum sempat diperiksa dokter Puskesmas Payangan, yang didatangkan khusus ke griya. “Setelah diperiksa dokter Puskesmas, Ratu (sebutan untuk almarhum Ida Pedanda Temuku, Red) dirujuk ke RSUP Sanglah. Tiba di RSUP Sanglah pukul 19.30 Wita, Ratu langsung masuk ruang emergency jantung,” jelas Gus Mayun saat ditemui NusaBali di rumah duka Griya Cebang Giri Kesuma, Desa Melinggih, Rabu (18/12) sore.
Namun, baru 1,5 jam menjalani perawatan dan mendapatkan tindakan medis di rumah sakit, sulinggih kelahiran 11 September 1948 ini dinyatakan meninggal. “Ratu lebar sekitar pukul 21.00 Wita,” ujar Gus Mayun. Dugaan sementara, almarhum meninggal mendadak karena se-rangan jantung. Satu setengah tahun sebelum meninggal, kata Gus Mayun, almarhum sempat menjalani operasi pemasangan ring di jantungnya, 25 April 2018 lalu. Setelah operasi, Ida Pedanda Temuku beraktivitas seperti biasa dalam kondisi sehat.
Ida Pedanda Temuku berpulang buat selamanya dalam usia 71 tahun, dengan meninggalkan istri tercinta Ida Peranda Istri Agung, serta 3 anak: Ida Bagus Ngurah Jatiarsa, 50 (dari istri pertama, almarhum Desak Nyoman Rai), Ida Bagus Mayun Giri Kesuma, 42 (dari istri kedua, AA Istri Agung), dan Ida Ayu Dewi Padmawati, 40 (dari istri ketiga almarhum Ida Ayu Made Lingga).
Jenazah Ida Pedanda Temuku sudah langsung dibawa ke rumah duka di Griya Cebang Giri Kesuma, Desa Melinggih, Selasa malam. Hingga Rabu kemarin, jenazah almarhum masih disemayamkan di Bale Gedong. Rencananya, upacara palebon jenazah almarhum akan dilaksanakan di Setra Desa Adat Melinmggih pada Soma Paing Warigadean, Senin, 27 Januari 2020 mendatang. Sedangkan prosesi nyiramang layon (meman-dikan jenazah) akan dilaksanakan tepat Tilem Kaenem pada Wraspati Kliwon Ukir, Kamis, 26 Desembner 2019 depan.
Semasa hidupnya, Ida Pedanda Temuku membangun secara bertahap sebuah Museum yang diberi nama Gubuk Derita di Goa Hantu. Penamaan museum seperti itu, tiada lain karena krama yang sering datang tangkil kepada Ida Pedanda Temuku adalah orang-orang yang punya masalah.
“Setiap yang datang, pasti dengan masalah dan minta tuntunan pemargi dari Ratu. Masing-masing individu datang dengan masalah yang berbeda,” jelas Gus Mayun, yang kemarin didampingi istrinya, Ida Ayu Diah Kencana Dewi, 26.
Mereka yang datang menemui Ida Pedanda Temuku, dari berbagai kalangan, bahkan tokoh nasional hingga tokoh dunia. Menurut Gus Mayun, mereka mulai dari Presiden, menteri, hingga bupati. Ketua Komisi III DPR RI dari Fraksi Golkar, Azis Syamsudin juga pernah tangkil. Demikian pula anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PDIP, Rieke Diah ‘Oneng’ Pitaloka. “Ratu juga sering video call dengan Presiden Jokowi. Sesekali, Ratu diundang menemui Presiden ke Jakarta, tapi pertemuannya rahasia,” kenang Gus Mayun.
Selama ini, Ida Pedanda Temuku juga dikenal sebagai penemu Wariga BELOG. Konon, warisan pengetahuan tentang Wariga sudah diturunkan almarhum kepada putra keduanya, Gus Mayun dan menantunya, Dayu Diah Kencana Dewi (istri dari Gus Mayun). “Kebetulan, tiyang dan suami yang rutin belajar sama Ratu,” ujar Dayu Diah Kencana Dewi, yang kini menempuj pendidikan S2 di Unhi Denpasar khusus mengupas masalah Wariga.
Sementara itu, kabar duka kematian Ida Pedanda Temuka sontak mengagetkan keluarga besar, kerabat, dan masyarakat umum yang mengenal sosok almarhum. Salah satunya, Koordinator Staf Khusus Kepresidenan RI, AA Ngurah Ari Dwipayana, yang menulis di media sosial dengan judul ‘Sampun Mantuk ke Siwaloka Ida Pedanda Nyoman Temuku, penemu Wariga BELOG tadi malam’.
Ari Dwipayana mengaku terakhir kali bertemu Ida Pedanda Temuki saat Mahasabha Dharmopadesa di Yayasan Taman Prakerti Bhuana Beng, Gianyar, 9 November 2019 lalu. "Saat itu, saya mendatangi tempat duduk beliau (Ida Pedanda) untuk menyampaikan salam dan mohon restu. Setelah itu, kami sempat beberapa kali kirim kabar lewat WA dan mengingatkan beberapa hal," kenang Ari Dwipayana.
Menurut Ari Dwipayana, Ida Pedanda Temuku adalah penekun Wariga yang telah menulis buku metoda Kala-Kala yang dikenal dengan Wariga BELOG (Behaviour Environment LOGos, harmonisasi perilaku manusia dengan alam. "Beliau minta saya membaca buku itu dan memahami soal perhitungan Kala-Kala. Kala adalah waktu. Siapa yang tidak mengetahui perhitungan Kala, akan merusak program pikiran, langkah, dan kesimpulan manusia. Jika mengetahui perhitungan Kala, akan membantu program pikiran, langkah, dan kesimpulan manusia," jelas tooh asal Gianyar ini.
Disebutkan, setiap manusia membawa Catur Bekel Kahuripan: Guru, Ratu, Lara, dan Pati. Sedangkan perhitungan Kala-Kala didasarkan pertemuan antara Sapta Wara, Sad Wara, dan Panca Wara yang selanjutnya dilihat kombinasinya dengan Catur Bekel Kahuripan. "Terus terang, saya adalah murid yang bodoh dalam memahami perhitungan Kala-Kala ini. Tapi, saya melihat Ida Pendanda adalah pembelajar yang luar biasa. Belajar secara otodidak dan menemukan sendiri model perhitungan Kala-Kala," tulis Ari Dwipayana.
Sepengetahuan Ari Dwipayana, dengan gayanya yang eksentrik, banyak orang salah (kurang) paham dalam menilai Ida Pedanda Temuku. Menurut dia, Ida Pedanda Temuku tidak Ngeloka Phala Sraya seperti umumnya para pedanda di Bali. Almarhum sering tampak (maaf) tidak pernah mandi, walaupun kamar mandinya kelas hotel bintang lima dengan marmer impor dari Italia. Mobilnya Rubicon, tapi yang sering naik di mobil itu justru pengiringnya. Ida Pedanda Temuku sendiri lebih suka naik mobil kecil. *nvi
Menurut Gus Mayun, sebelum dilarikan ke RSUP Sanglah, almarhum sempat diperiksa dokter Puskesmas Payangan, yang didatangkan khusus ke griya. “Setelah diperiksa dokter Puskesmas, Ratu (sebutan untuk almarhum Ida Pedanda Temuku, Red) dirujuk ke RSUP Sanglah. Tiba di RSUP Sanglah pukul 19.30 Wita, Ratu langsung masuk ruang emergency jantung,” jelas Gus Mayun saat ditemui NusaBali di rumah duka Griya Cebang Giri Kesuma, Desa Melinggih, Rabu (18/12) sore.
Namun, baru 1,5 jam menjalani perawatan dan mendapatkan tindakan medis di rumah sakit, sulinggih kelahiran 11 September 1948 ini dinyatakan meninggal. “Ratu lebar sekitar pukul 21.00 Wita,” ujar Gus Mayun. Dugaan sementara, almarhum meninggal mendadak karena se-rangan jantung. Satu setengah tahun sebelum meninggal, kata Gus Mayun, almarhum sempat menjalani operasi pemasangan ring di jantungnya, 25 April 2018 lalu. Setelah operasi, Ida Pedanda Temuku beraktivitas seperti biasa dalam kondisi sehat.
Ida Pedanda Temuku berpulang buat selamanya dalam usia 71 tahun, dengan meninggalkan istri tercinta Ida Peranda Istri Agung, serta 3 anak: Ida Bagus Ngurah Jatiarsa, 50 (dari istri pertama, almarhum Desak Nyoman Rai), Ida Bagus Mayun Giri Kesuma, 42 (dari istri kedua, AA Istri Agung), dan Ida Ayu Dewi Padmawati, 40 (dari istri ketiga almarhum Ida Ayu Made Lingga).
Jenazah Ida Pedanda Temuku sudah langsung dibawa ke rumah duka di Griya Cebang Giri Kesuma, Desa Melinggih, Selasa malam. Hingga Rabu kemarin, jenazah almarhum masih disemayamkan di Bale Gedong. Rencananya, upacara palebon jenazah almarhum akan dilaksanakan di Setra Desa Adat Melinmggih pada Soma Paing Warigadean, Senin, 27 Januari 2020 mendatang. Sedangkan prosesi nyiramang layon (meman-dikan jenazah) akan dilaksanakan tepat Tilem Kaenem pada Wraspati Kliwon Ukir, Kamis, 26 Desembner 2019 depan.
Semasa hidupnya, Ida Pedanda Temuku membangun secara bertahap sebuah Museum yang diberi nama Gubuk Derita di Goa Hantu. Penamaan museum seperti itu, tiada lain karena krama yang sering datang tangkil kepada Ida Pedanda Temuku adalah orang-orang yang punya masalah.
“Setiap yang datang, pasti dengan masalah dan minta tuntunan pemargi dari Ratu. Masing-masing individu datang dengan masalah yang berbeda,” jelas Gus Mayun, yang kemarin didampingi istrinya, Ida Ayu Diah Kencana Dewi, 26.
Mereka yang datang menemui Ida Pedanda Temuku, dari berbagai kalangan, bahkan tokoh nasional hingga tokoh dunia. Menurut Gus Mayun, mereka mulai dari Presiden, menteri, hingga bupati. Ketua Komisi III DPR RI dari Fraksi Golkar, Azis Syamsudin juga pernah tangkil. Demikian pula anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PDIP, Rieke Diah ‘Oneng’ Pitaloka. “Ratu juga sering video call dengan Presiden Jokowi. Sesekali, Ratu diundang menemui Presiden ke Jakarta, tapi pertemuannya rahasia,” kenang Gus Mayun.
Selama ini, Ida Pedanda Temuku juga dikenal sebagai penemu Wariga BELOG. Konon, warisan pengetahuan tentang Wariga sudah diturunkan almarhum kepada putra keduanya, Gus Mayun dan menantunya, Dayu Diah Kencana Dewi (istri dari Gus Mayun). “Kebetulan, tiyang dan suami yang rutin belajar sama Ratu,” ujar Dayu Diah Kencana Dewi, yang kini menempuj pendidikan S2 di Unhi Denpasar khusus mengupas masalah Wariga.
Sementara itu, kabar duka kematian Ida Pedanda Temuka sontak mengagetkan keluarga besar, kerabat, dan masyarakat umum yang mengenal sosok almarhum. Salah satunya, Koordinator Staf Khusus Kepresidenan RI, AA Ngurah Ari Dwipayana, yang menulis di media sosial dengan judul ‘Sampun Mantuk ke Siwaloka Ida Pedanda Nyoman Temuku, penemu Wariga BELOG tadi malam’.
Ari Dwipayana mengaku terakhir kali bertemu Ida Pedanda Temuki saat Mahasabha Dharmopadesa di Yayasan Taman Prakerti Bhuana Beng, Gianyar, 9 November 2019 lalu. "Saat itu, saya mendatangi tempat duduk beliau (Ida Pedanda) untuk menyampaikan salam dan mohon restu. Setelah itu, kami sempat beberapa kali kirim kabar lewat WA dan mengingatkan beberapa hal," kenang Ari Dwipayana.
Menurut Ari Dwipayana, Ida Pedanda Temuku adalah penekun Wariga yang telah menulis buku metoda Kala-Kala yang dikenal dengan Wariga BELOG (Behaviour Environment LOGos, harmonisasi perilaku manusia dengan alam. "Beliau minta saya membaca buku itu dan memahami soal perhitungan Kala-Kala. Kala adalah waktu. Siapa yang tidak mengetahui perhitungan Kala, akan merusak program pikiran, langkah, dan kesimpulan manusia. Jika mengetahui perhitungan Kala, akan membantu program pikiran, langkah, dan kesimpulan manusia," jelas tooh asal Gianyar ini.
Disebutkan, setiap manusia membawa Catur Bekel Kahuripan: Guru, Ratu, Lara, dan Pati. Sedangkan perhitungan Kala-Kala didasarkan pertemuan antara Sapta Wara, Sad Wara, dan Panca Wara yang selanjutnya dilihat kombinasinya dengan Catur Bekel Kahuripan. "Terus terang, saya adalah murid yang bodoh dalam memahami perhitungan Kala-Kala ini. Tapi, saya melihat Ida Pendanda adalah pembelajar yang luar biasa. Belajar secara otodidak dan menemukan sendiri model perhitungan Kala-Kala," tulis Ari Dwipayana.
Sepengetahuan Ari Dwipayana, dengan gayanya yang eksentrik, banyak orang salah (kurang) paham dalam menilai Ida Pedanda Temuku. Menurut dia, Ida Pedanda Temuku tidak Ngeloka Phala Sraya seperti umumnya para pedanda di Bali. Almarhum sering tampak (maaf) tidak pernah mandi, walaupun kamar mandinya kelas hotel bintang lima dengan marmer impor dari Italia. Mobilnya Rubicon, tapi yang sering naik di mobil itu justru pengiringnya. Ida Pedanda Temuku sendiri lebih suka naik mobil kecil. *nvi
Komentar