Bali United Cafe Porak Poranda, 9 Suporter Terluka.
Suporter Ricuh Saat Antre Beli Tiket
Bali United Cafe di ruang bawah tribun barat Stadion Kapten Wayan Dipta, Desa Buruan, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar porakporanda, Kamis (19/12) siang.
GIANYAR, NusaBali
Karena terjadi aksi saling dorong ratusan suporter yang hendak beli tiket pertandingan Bali United vs Madura United, pintu café berbahan kaca pecah berantakan, sementara sejumlah fasilitas lainnya juga rusak. Bukan hanya itu, 9 soporter Bali United juga terluka.
Kisruh berdarah di Bali United Café ini terjadi Kamis siang sekitar pukul 11.30 Wita. Saat itu, ribuan suporter antre hendak beli tiket pertandingan terakhir atau match day ke-34 Liga 1 2019 Bali United vs Madura United, yang akan digelar di Stadion Kapten Wayan Dipta, Minggu (22/12). Kemudian, ratusan suporter rebutan masuk untuk mendapatkan tiket yang dijual secara manual di Bali United Café, sehingga terjadi aksi saling dorong.
Bukan hanya pintu dan kaca café yang pecah berantakan. Meja kasir di dalam café juga terdorong, hingga kabel-kabelnya putus. Informasi yang dihimpun NusaBali, kisruh pembelian tiket pertandingan ini membuat 9 suporter Bali United mengalami luka, hingga harus dilarikan ke RSUD Sanjiwani Gianyar.
Para korban luka sebagian besar terluka akibat tergores pecahan kaca. Beruntung, luka mereka tidak terlalu parah. “Setelah mendapatkan penanganan medis di RSUD Sanjiwani, 9 suporter yang terluka ini kemudian diizinkan pulang,” ungkap sumber NusaBali.
Sementara, salah satu suporter Bali United, Putu Budi, mengaku kecewa manajemen penjualan dan pendistribusian tiket pertandingan secara manual yang hanya dipusatkan di Baloi United Cafe. Menurut suporter asal Desa/Kecamatan Blahbatuh ini, semestinya penjualan tiket pertandingan disebar di beberapa outlet.
Budi sendiri mengaku rela antre beli tiket pertandingan Bali United vs Madura United, sejak pagi pukul 06.00 Wita, meskipun dia tahu bahwa sesuai pengumuman di media sosial akun resmi Bali United, loket penjualan tiket baru dibuka siang pukul 12.00 Wita hingga malam pukul 21.00 Wita. Dalam akun resmi Bali United tertulis bahwa tiket off-line atau (konvensional/manual) hanya dijual di Bali United Café, 19 Desember 2019 mulai siang pukul 12.00 Wita.
Syaratnya, kata Budi, jika belanja minimal Rp 20.000 per struk, dibolehkan membeli 2 tiket. Hal ini dikhususkan untuk pembelian tiket di tribun timur, utara, selatan, dan sayap utara Stadion Kapten Wayan Dipta. Yang mengherankan, kata Budi, tiket itu tidak dijual di loket maupun Bali United Store. “Akibatnya, ribuan suporter membludak mendatangi Bali United Café, bermaksud membeli tiket. Yang menge-cewakan, sudah antre sejak pagi, eh saat cafe dibuka, dalam sekejap tiket sudah dikatakan habis,” sesal Budi.
Budi memaparkan, ada suporter yang sudah belanja, tapi struknya hilang. Karena berdesakan, struknya nggak ketemu, sehingga otomatis tidak bisa dipakai beli tiket pertandingan. “Nah, saat itulah mulai terjadi keributan. Belum lagi suporter lain yang mendorong dari arah belakang, padahal di dalam sudah nggak bisa bergerak karena penuh. Makanya pintu masuk kaca sampai pecah, meja kasir juga ringsek," katanya.
Paparan senada diungkapkan seorang waitres Bali United Café, Ida Ayu Ari. Disebutkan, suasana dalam café kemarin memang membludak. “Pas saya dekat kasir, waktu itu di kasir bertiga. Suporter yang di depan nggak bisa mundur, karena dari belakang terus mendorong. Bahkan ada orang yang sampai masuk ke dalam kasir, ada yang naik meja, sampai plafon ini nyaris jebol,” cerita Dayu Ari.
Dikonfirmasi NusaBali di lokasi TKP, Manajer Operasional Bali United, Budi Lesmana, mengatakan Bali United Café porakporanda akibat membludaknya suporter yang ingin membeli tiket. “Saya mewakili manajemen Bali United, mohon maaf atas kejadian ini. Semoga kami bisa ambil hikmahnya,” jelas Budi Lesmana.
Menurut Budi Lesmana, penjualan tiket di café memang sengaja dilakukan. Tujuan awalnya, untuk memberikan kenyamanan kepada suporter yang mau beli tiket. Sebab, di dalam café mereka bisa ngadem sambil menikmati makanan dan minuman. “Tapi, kenyataannya terlalu over. Ini di luar prediksi,” sesal Budi Lesmana.
Sementara, owner Bali United, Yabes Tanuri, mengatakan tiket pertandingan yang dijual secara manual itu sekitar 2.000 lembar. Sebab, manajemen hanya mencetak tiket dalam jumlah yang sama seperti ketika Bali United menjamu Persib Bandung, beberapa waktu lalu, yakni 20.800 tiket.
"Dari 20.800 tiket yang dicetak itu, sekitar 18.000 lembar dijual secara online, termasuk juga disebar melalui Korlap dan diberikan kepada sponsor. Sedangkan yang dijual secara manual hanya 2.000 tiket,” papar Yabes Tanuri.
Yabes menyebutkan, 2.000 tiket itu dijual secara manual di Bali United Café. Hanya saja, baru beberapa jam dibuka, tiket sudah keburu habis. Padahal, dari perhitungan awal, suporter yang membeli tiket manual tidak sampai membludak. Sebab, ada setingan awal 3 titik penjualan tiket di Bali United Cafe. Jika antre dengan rapi, diyakini tidak sampai terjadi kisruh, karena satu orang diprediksi membeli tiket untuk 2 orang, sehingga tidak semuanya harus datang ke cafe.
Namun, kata Yabes, yang terjadi di lapangan berbeda, suporter antusias mendapatkan tiket hingga akhirnya terjadi desak-desakan. "Ini di luar perhitungan. Padahal, perhitungan kami, jika satu orang membelikan 2 tiket, paling satu titik pembelian tiket manual di seputaran Bali United Cafe hanya antre sekitar 300 orang,” sesalnya.
Belajar dari pengalaman kisru bersarah di Bali United Café, Kamis kemarin, menurut Yabes, ke depan pihaknya tidak akan lagi menjual tiket pertandingan secara manual. Dalam Kompetisi Liga 1 2020 mendatang, selurtuh tiket pertandingan home Bali United akan dijual secara online. "Sikap tegas kami, ke depan tidak akan jual tiket secara manual. Jadi, semuanya dijual secara online," tegas Yabes.
Sementara itu, Kapolres Gianyar AKBP Priyanto Priyo Hutomo menyatakan tidak ada polisi di lokasi TKP saat kisruh pembelian tiket di Bali United Café, Kamis kemarin. Menurut AKBP Priyanto, pihak manajemen Bali United hanya minta pengamanan pertandingan home terakhir Bali United vs Madura Unites, Minggu lusa. “Melihat antusias suporter yang sudah ramai sejak H-3 pertandingan, maka kita akan antisipasi segala kemungkinan saat perayaan jawara (saat Bali United menghadapi Madura United, Red),” jelas AKBP Priyanto. *nvi,dek
Kisruh berdarah di Bali United Café ini terjadi Kamis siang sekitar pukul 11.30 Wita. Saat itu, ribuan suporter antre hendak beli tiket pertandingan terakhir atau match day ke-34 Liga 1 2019 Bali United vs Madura United, yang akan digelar di Stadion Kapten Wayan Dipta, Minggu (22/12). Kemudian, ratusan suporter rebutan masuk untuk mendapatkan tiket yang dijual secara manual di Bali United Café, sehingga terjadi aksi saling dorong.
Bukan hanya pintu dan kaca café yang pecah berantakan. Meja kasir di dalam café juga terdorong, hingga kabel-kabelnya putus. Informasi yang dihimpun NusaBali, kisruh pembelian tiket pertandingan ini membuat 9 suporter Bali United mengalami luka, hingga harus dilarikan ke RSUD Sanjiwani Gianyar.
Para korban luka sebagian besar terluka akibat tergores pecahan kaca. Beruntung, luka mereka tidak terlalu parah. “Setelah mendapatkan penanganan medis di RSUD Sanjiwani, 9 suporter yang terluka ini kemudian diizinkan pulang,” ungkap sumber NusaBali.
Sementara, salah satu suporter Bali United, Putu Budi, mengaku kecewa manajemen penjualan dan pendistribusian tiket pertandingan secara manual yang hanya dipusatkan di Baloi United Cafe. Menurut suporter asal Desa/Kecamatan Blahbatuh ini, semestinya penjualan tiket pertandingan disebar di beberapa outlet.
Budi sendiri mengaku rela antre beli tiket pertandingan Bali United vs Madura United, sejak pagi pukul 06.00 Wita, meskipun dia tahu bahwa sesuai pengumuman di media sosial akun resmi Bali United, loket penjualan tiket baru dibuka siang pukul 12.00 Wita hingga malam pukul 21.00 Wita. Dalam akun resmi Bali United tertulis bahwa tiket off-line atau (konvensional/manual) hanya dijual di Bali United Café, 19 Desember 2019 mulai siang pukul 12.00 Wita.
Syaratnya, kata Budi, jika belanja minimal Rp 20.000 per struk, dibolehkan membeli 2 tiket. Hal ini dikhususkan untuk pembelian tiket di tribun timur, utara, selatan, dan sayap utara Stadion Kapten Wayan Dipta. Yang mengherankan, kata Budi, tiket itu tidak dijual di loket maupun Bali United Store. “Akibatnya, ribuan suporter membludak mendatangi Bali United Café, bermaksud membeli tiket. Yang menge-cewakan, sudah antre sejak pagi, eh saat cafe dibuka, dalam sekejap tiket sudah dikatakan habis,” sesal Budi.
Budi memaparkan, ada suporter yang sudah belanja, tapi struknya hilang. Karena berdesakan, struknya nggak ketemu, sehingga otomatis tidak bisa dipakai beli tiket pertandingan. “Nah, saat itulah mulai terjadi keributan. Belum lagi suporter lain yang mendorong dari arah belakang, padahal di dalam sudah nggak bisa bergerak karena penuh. Makanya pintu masuk kaca sampai pecah, meja kasir juga ringsek," katanya.
Paparan senada diungkapkan seorang waitres Bali United Café, Ida Ayu Ari. Disebutkan, suasana dalam café kemarin memang membludak. “Pas saya dekat kasir, waktu itu di kasir bertiga. Suporter yang di depan nggak bisa mundur, karena dari belakang terus mendorong. Bahkan ada orang yang sampai masuk ke dalam kasir, ada yang naik meja, sampai plafon ini nyaris jebol,” cerita Dayu Ari.
Dikonfirmasi NusaBali di lokasi TKP, Manajer Operasional Bali United, Budi Lesmana, mengatakan Bali United Café porakporanda akibat membludaknya suporter yang ingin membeli tiket. “Saya mewakili manajemen Bali United, mohon maaf atas kejadian ini. Semoga kami bisa ambil hikmahnya,” jelas Budi Lesmana.
Menurut Budi Lesmana, penjualan tiket di café memang sengaja dilakukan. Tujuan awalnya, untuk memberikan kenyamanan kepada suporter yang mau beli tiket. Sebab, di dalam café mereka bisa ngadem sambil menikmati makanan dan minuman. “Tapi, kenyataannya terlalu over. Ini di luar prediksi,” sesal Budi Lesmana.
Sementara, owner Bali United, Yabes Tanuri, mengatakan tiket pertandingan yang dijual secara manual itu sekitar 2.000 lembar. Sebab, manajemen hanya mencetak tiket dalam jumlah yang sama seperti ketika Bali United menjamu Persib Bandung, beberapa waktu lalu, yakni 20.800 tiket.
"Dari 20.800 tiket yang dicetak itu, sekitar 18.000 lembar dijual secara online, termasuk juga disebar melalui Korlap dan diberikan kepada sponsor. Sedangkan yang dijual secara manual hanya 2.000 tiket,” papar Yabes Tanuri.
Yabes menyebutkan, 2.000 tiket itu dijual secara manual di Bali United Café. Hanya saja, baru beberapa jam dibuka, tiket sudah keburu habis. Padahal, dari perhitungan awal, suporter yang membeli tiket manual tidak sampai membludak. Sebab, ada setingan awal 3 titik penjualan tiket di Bali United Cafe. Jika antre dengan rapi, diyakini tidak sampai terjadi kisruh, karena satu orang diprediksi membeli tiket untuk 2 orang, sehingga tidak semuanya harus datang ke cafe.
Namun, kata Yabes, yang terjadi di lapangan berbeda, suporter antusias mendapatkan tiket hingga akhirnya terjadi desak-desakan. "Ini di luar perhitungan. Padahal, perhitungan kami, jika satu orang membelikan 2 tiket, paling satu titik pembelian tiket manual di seputaran Bali United Cafe hanya antre sekitar 300 orang,” sesalnya.
Belajar dari pengalaman kisru bersarah di Bali United Café, Kamis kemarin, menurut Yabes, ke depan pihaknya tidak akan lagi menjual tiket pertandingan secara manual. Dalam Kompetisi Liga 1 2020 mendatang, selurtuh tiket pertandingan home Bali United akan dijual secara online. "Sikap tegas kami, ke depan tidak akan jual tiket secara manual. Jadi, semuanya dijual secara online," tegas Yabes.
Sementara itu, Kapolres Gianyar AKBP Priyanto Priyo Hutomo menyatakan tidak ada polisi di lokasi TKP saat kisruh pembelian tiket di Bali United Café, Kamis kemarin. Menurut AKBP Priyanto, pihak manajemen Bali United hanya minta pengamanan pertandingan home terakhir Bali United vs Madura Unites, Minggu lusa. “Melihat antusias suporter yang sudah ramai sejak H-3 pertandingan, maka kita akan antisipasi segala kemungkinan saat perayaan jawara (saat Bali United menghadapi Madura United, Red),” jelas AKBP Priyanto. *nvi,dek
Komentar