Mangkal di Akses ke Luar Bandara Ngurah Rai, Driver Ojol Dikeluhkan
AP I Akui Tidak Ada Kewenangan Penertiban
Penguna jasa bandara mengeluhkan sejumlah driver ojek online (Ojol) yang kerap mangkal di sepanjang akses pintu ke luar dari parkiran sepeda motor Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Tuban, Kecamatan Kuta, Badung.
MANGUPURA, NusaBali
Pasalnya, para driver ojol ini nyaris menutupi sebagian jalan dan rawan terjadi kecelakaan. Salah seorang pengguna jasa bandara, Adi Yuliantara mengaku, keberadaan driver ojek berbasis aplikasi yang mangkal di seputaran akses ke luar parkiran motor di Bandara Ngurah Rai memang memberikan banyak pilihan dan kemudahan dalam mengakses moda transportasi.
Namun, kalau sampai menganggu kepentingan umum, hal itu tidak dibenarkan dan harus dilakukan pembenahan oleh pihak terkait. "Memang sih kalau dari sisi pilihan, kita sebagai pengguna jasa bandara dimudahkan karena begitu banyak transportasi berbasis online itu. Tapi, kalau melanggar juga itu tidak baik bagi citra pariwisata kita," ujarnya, Jumat (20/12).
Diakuinya, Bandara Ngurah Rai adalah bandara tersibuk kedua di Indonesia. Namun, wisatawan atau pengguna jasa yang baru turun dari bandara dan langsung disuguhkan kemacetan, itu yang memberikan citra negatif bagi pariwisata Bali. Untuk itu, dia berharap agar pihak terkait bisa mengatasi persoalan itu. Bahkan, cerita Yuliantara, pada saat hendak bergegas dari bandara ke area parkiran, ada pengendara sepeda motor menawarkan jasa dan menghalangi jalan. "Padahal saya ini dijemput oleh teman, tapi, ada beberapa orang yang justru menawarkan jasa ojek. Ya, ini juga tidak bagus kalau di biarkan. Kalau saya sih berharap agar ditertibkan karena menghalangi akses ke luar, apalagi lorong bagi pengguna sepeda motor itu tidak lebar dan terjadi penumpukan orang juga," keluhnya seraya berharap pihak terkait mengatensi persolan itu.
Sementara Comunication and Legal Section Manager Angkasa Pura 1, Arie Ahsanurrohim mengakui adanya pengendara ojek berbasis aplikasi dan konvensional yang ada di akses keluar dari parkiran sepeda motor itu. Namun, pihaknya tidak bisa melakukan penertiban karena bukan kewenangan lantaran sudah berada di jalan raya. Meski demikian, masalah ojek yang biasa parkir di depan parimeter seperti Masjid dan SDU, tentu dilakukan pengarahan agar tidak mangkal di sana.
"Memang ada. Namun, kita tidak bisa tindak. Apalagi kalau nangkap itu tidak bisa, tapi kita tetap mengarahkan agar tidak ada di sana. Karena kalau ini dibiarkan, tentu menimbulkan kemacetan. Ya, salah satu faktor kemacetan karena adanya transaksi," ungkapnya.
Ditanyai terkait upaya untuk menekan atau bahkan meniadakan para ojol mangkal di depan kawasan itu, Ari Ahsanurrohim mengakui bahwa salah satu langkah atau upaya saat ini dengan cara menggandeng mereka.
Namun, proses mengakomodir ojek berbasis aplikasi ini harus ada evaluasi terlebih dahulu, termasuk mempertimbangkan sisi kebutuhan mendesak atau sifatnya hanya layanan semata. "Kita ingin menggandeng mereka. Namun kita melakukan evaluasi terlebih dahulu. Apakah fasilitas ojek berbasis aplikasi itu sangat diperlukan atau hanya kebutuhan opsi tercepat? Apakah itu adalah kebutuhan yang mendesak atau tidak? Ini yang harus kita mempertimbangkan," katanya seraya mengakui kalau pihak ojek berbasis aplikasi hendak bekerjasama, AP I tetap terbuka dan harus memenuhi ketentuan layanan sesuai standar. *dar
Namun, kalau sampai menganggu kepentingan umum, hal itu tidak dibenarkan dan harus dilakukan pembenahan oleh pihak terkait. "Memang sih kalau dari sisi pilihan, kita sebagai pengguna jasa bandara dimudahkan karena begitu banyak transportasi berbasis online itu. Tapi, kalau melanggar juga itu tidak baik bagi citra pariwisata kita," ujarnya, Jumat (20/12).
Diakuinya, Bandara Ngurah Rai adalah bandara tersibuk kedua di Indonesia. Namun, wisatawan atau pengguna jasa yang baru turun dari bandara dan langsung disuguhkan kemacetan, itu yang memberikan citra negatif bagi pariwisata Bali. Untuk itu, dia berharap agar pihak terkait bisa mengatasi persoalan itu. Bahkan, cerita Yuliantara, pada saat hendak bergegas dari bandara ke area parkiran, ada pengendara sepeda motor menawarkan jasa dan menghalangi jalan. "Padahal saya ini dijemput oleh teman, tapi, ada beberapa orang yang justru menawarkan jasa ojek. Ya, ini juga tidak bagus kalau di biarkan. Kalau saya sih berharap agar ditertibkan karena menghalangi akses ke luar, apalagi lorong bagi pengguna sepeda motor itu tidak lebar dan terjadi penumpukan orang juga," keluhnya seraya berharap pihak terkait mengatensi persolan itu.
Sementara Comunication and Legal Section Manager Angkasa Pura 1, Arie Ahsanurrohim mengakui adanya pengendara ojek berbasis aplikasi dan konvensional yang ada di akses keluar dari parkiran sepeda motor itu. Namun, pihaknya tidak bisa melakukan penertiban karena bukan kewenangan lantaran sudah berada di jalan raya. Meski demikian, masalah ojek yang biasa parkir di depan parimeter seperti Masjid dan SDU, tentu dilakukan pengarahan agar tidak mangkal di sana.
"Memang ada. Namun, kita tidak bisa tindak. Apalagi kalau nangkap itu tidak bisa, tapi kita tetap mengarahkan agar tidak ada di sana. Karena kalau ini dibiarkan, tentu menimbulkan kemacetan. Ya, salah satu faktor kemacetan karena adanya transaksi," ungkapnya.
Ditanyai terkait upaya untuk menekan atau bahkan meniadakan para ojol mangkal di depan kawasan itu, Ari Ahsanurrohim mengakui bahwa salah satu langkah atau upaya saat ini dengan cara menggandeng mereka.
Namun, proses mengakomodir ojek berbasis aplikasi ini harus ada evaluasi terlebih dahulu, termasuk mempertimbangkan sisi kebutuhan mendesak atau sifatnya hanya layanan semata. "Kita ingin menggandeng mereka. Namun kita melakukan evaluasi terlebih dahulu. Apakah fasilitas ojek berbasis aplikasi itu sangat diperlukan atau hanya kebutuhan opsi tercepat? Apakah itu adalah kebutuhan yang mendesak atau tidak? Ini yang harus kita mempertimbangkan," katanya seraya mengakui kalau pihak ojek berbasis aplikasi hendak bekerjasama, AP I tetap terbuka dan harus memenuhi ketentuan layanan sesuai standar. *dar
1
Komentar