'Kebudayaan Dikucilkan, Persatuan Bangsa Bisa Terbelah'
Anggota Fraksi Demokrat DPR RI Dapil Bali yang juga Wakil Ketua Badan Kerjasama Antar Parlemen (BKSAP), Putu Supadma Rudana, berkomitmen mengawal penguatan dan pelestarian kebudayaan.
DENPASAR, NusaBali
Karena kebudayaan adalah alat perekat persatuan dan bahkan sebagai alat diplomasi bangsa. Supadma Rudana turun di Dapil Bali menghadiri undangan selaku Ketua Umum Asosiasi Museum Indonesia (AMI) yang menggelar Rapimnas pada 20-22 Desember di Kuta, Badung. Putu Supadma Rudana alias PSR berkesempatan hadir dalam rangkaian Malam Budaya bertemakan ‘Wayang Warisan Budaya Dunia dari Indonesia’ di Museum Rudana, Desa Peliatan, Ubud, Gianyar, Jumat (20/2) malam.
Supadma Rudana mengatakan sebagai satu kader museum dan kader masyarakat budaya dirinya melihat jabatan itu sementara. Bahkan jabatan politik itu juga sementara. “Tetapi sukma saya ada di seni, ada di budaya. Nah ketika kita bicara itu saya apresiasi tokoh pendiri museum, para pelaku seni budaya, pengelola museum, dalam hal ini masyarakat seni budaya yang berkomitmen melakukan pengabdian dan pelestarian dengan kecintaan terhadap seni dan budaya itu sendiri,” ujar mantan anggota Komisi X DPR RI membidangi pariwisata, pendidikan, pemuda olahraga, adat-budaya serta ekonomi kreatif ini.
Supadma Rudana melihat kondisi saat ini Bangsa Indonesia mengalami tantangan besar dalam pelestarian kebudayaan, dengan fenomena pembajakan karya cipta.
“Kebudayaan adalah ujung tombak perekat persatuan. Dengan berbagai yang saya sampaikan kondisi sekarang jelas, saya hadir sebagai anak ideologis kebudayaan, sebagai orang yang mencintai budaya, jabatan saya di Ketua Umum Asosiasi Museum Indonesia, jabatan saya di Wakil Ketua BKSAP, jabatan di Waksekjen Demokrat adalah jabatan sementara semuanya. Tetapi cinta saya, ketulusan saya, kecintaan saya kepada seni budaya, untuk museum itu begitu besar. Ke depan bagaimana museum dan kebudayaan ini agar terus tergaung dengan baik dan mulia,” ujar mantan Ketua Departemen Seni dan Budaya DPP Demokrat ini.
Kata dia, esensi perjuangan bangsa dalam seni dan kebudayaan adalah ketahanan dan pemersatu bangsa. “Nah malam ini, kita menggunakan medianya Wayang, banyak dari filosofi Mahabrata, Ramayana yang berisi pengabdian luar biasa. Ramayana menunjukan kesucian yang abadi. Ketika Dewi Sita divonis salah dia berani menunjukan keberaniannya dan mengorbankan dirinya ke peleburan dari atma menjadi paramatma. Komitmen ini artinya bahwa kita harus mampu mengabdi tulus, saya mengabdi tulus untuk kebudayaan,” tegasnya.
Supadma Rudana melontarkan apresiasinya karena banyak tokoh-tokoh hadir di Pagelaran Budaya di Museum Rudana, mulai dari pakar Wayang, Prof Dr Darmoko, akademisi dari Institut Seni Indonesia (ISI), Pemilik Museum se Indonesia yang jumlahnya 380 museum.
“Mereka tunjukan keberpihakan kepada kecintaan dengan budaya. Mereka ini sesungguhnya pejuang-pejuang yang punya komitmen,” tegas Supadma Rudana.
Supadma Rudana menyebutkan tokoh Bung Karno menyampaikan Ajaran Tri Sakti. “Berdaulat di bidang politik, Berdikari dalam ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan. Nah tentu ini menjadi catatan bagi bangsa kedepan untuk mengawal, bukan hanya retorika," tegasnya.
Ketika ditanya dirinya tidak lagi duduk di Komisi X membidangi pariwisata dan kebudayaan? Supadma Rudana menegaskan bahwa dirinya yang beralih duduk di Komisi VI membidangi perindustrian tetap bisa mengawal pariwisata dan kebudayaan.
“Kita sudah selesaikan UU Pemajuan Kebudayaan, UU Ekonomi Kreatif, Revisi mengenai UU Perpustakaan Nasional, saya sudah titipkan juga UU Sistem Pendidikan, UU Kepariwisataan, UU Cagar Budaya, agar memasukkan museum di dalamnya. Kita kawal di Komisi X,” beber alumni Webster University Amerika Serikat ini. *nat
Supadma Rudana mengatakan sebagai satu kader museum dan kader masyarakat budaya dirinya melihat jabatan itu sementara. Bahkan jabatan politik itu juga sementara. “Tetapi sukma saya ada di seni, ada di budaya. Nah ketika kita bicara itu saya apresiasi tokoh pendiri museum, para pelaku seni budaya, pengelola museum, dalam hal ini masyarakat seni budaya yang berkomitmen melakukan pengabdian dan pelestarian dengan kecintaan terhadap seni dan budaya itu sendiri,” ujar mantan anggota Komisi X DPR RI membidangi pariwisata, pendidikan, pemuda olahraga, adat-budaya serta ekonomi kreatif ini.
Supadma Rudana melihat kondisi saat ini Bangsa Indonesia mengalami tantangan besar dalam pelestarian kebudayaan, dengan fenomena pembajakan karya cipta.
“Kebudayaan adalah ujung tombak perekat persatuan. Dengan berbagai yang saya sampaikan kondisi sekarang jelas, saya hadir sebagai anak ideologis kebudayaan, sebagai orang yang mencintai budaya, jabatan saya di Ketua Umum Asosiasi Museum Indonesia, jabatan saya di Wakil Ketua BKSAP, jabatan di Waksekjen Demokrat adalah jabatan sementara semuanya. Tetapi cinta saya, ketulusan saya, kecintaan saya kepada seni budaya, untuk museum itu begitu besar. Ke depan bagaimana museum dan kebudayaan ini agar terus tergaung dengan baik dan mulia,” ujar mantan Ketua Departemen Seni dan Budaya DPP Demokrat ini.
Kata dia, esensi perjuangan bangsa dalam seni dan kebudayaan adalah ketahanan dan pemersatu bangsa. “Nah malam ini, kita menggunakan medianya Wayang, banyak dari filosofi Mahabrata, Ramayana yang berisi pengabdian luar biasa. Ramayana menunjukan kesucian yang abadi. Ketika Dewi Sita divonis salah dia berani menunjukan keberaniannya dan mengorbankan dirinya ke peleburan dari atma menjadi paramatma. Komitmen ini artinya bahwa kita harus mampu mengabdi tulus, saya mengabdi tulus untuk kebudayaan,” tegasnya.
Supadma Rudana melontarkan apresiasinya karena banyak tokoh-tokoh hadir di Pagelaran Budaya di Museum Rudana, mulai dari pakar Wayang, Prof Dr Darmoko, akademisi dari Institut Seni Indonesia (ISI), Pemilik Museum se Indonesia yang jumlahnya 380 museum.
“Mereka tunjukan keberpihakan kepada kecintaan dengan budaya. Mereka ini sesungguhnya pejuang-pejuang yang punya komitmen,” tegas Supadma Rudana.
Supadma Rudana menyebutkan tokoh Bung Karno menyampaikan Ajaran Tri Sakti. “Berdaulat di bidang politik, Berdikari dalam ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan. Nah tentu ini menjadi catatan bagi bangsa kedepan untuk mengawal, bukan hanya retorika," tegasnya.
Ketika ditanya dirinya tidak lagi duduk di Komisi X membidangi pariwisata dan kebudayaan? Supadma Rudana menegaskan bahwa dirinya yang beralih duduk di Komisi VI membidangi perindustrian tetap bisa mengawal pariwisata dan kebudayaan.
“Kita sudah selesaikan UU Pemajuan Kebudayaan, UU Ekonomi Kreatif, Revisi mengenai UU Perpustakaan Nasional, saya sudah titipkan juga UU Sistem Pendidikan, UU Kepariwisataan, UU Cagar Budaya, agar memasukkan museum di dalamnya. Kita kawal di Komisi X,” beber alumni Webster University Amerika Serikat ini. *nat
1
Komentar