Memahami Penciptaan Kehidupan Lewat Alphabet Moles
Alphabet Moles adalah usaha Suklu memantik kembali pemahaman manusia akan awal mula kehidupan.
MANGUPURA, NusaBali.com
Berada di luar gedung pameran seni rupa kontemporer Art Bali 2019, karya I Wayan ‘Suklu’ Sujana terlihat sangat mencolok. Karya seni instalasi bambu bertajuk "Alphabet Moles" ini diletakkan di pintu masuk. Seperti menyambut pengunjung sebelum memasuki ruang pameran Art Bali 2019.
Alphabet Moles adalah usaha Suklu memantik kembali pemahaman manusia akan awal mula kehidupan. Seniman kelahiran Klungkung ini menganggap bahwa kehidupan dibentuk oleh molekul. "Saya merasa bahwa kehidupan ini dibentuk oleh molekul, baik ion, proton, atom. Senyawa itu yang membentuk menjadi makhluk hidup dan benda mati," ujarnya saat ditemui NusaBali.com usai mengajar di Kampus ISI Denpasar, Selasa (17/12/2019).
Ilmu pengetahuan, sebutnya, sudah lebih dulu membicarakan hal ini. Bahwa ada energi yang membentuk alam semesta. "Betapa sejarah panjang molekul yang dibicarakan ilmuan fisika itu sesungguhnya dia adalah partikel di ranah spiritual. Ini kan sangat fleksibel untuk digugah menjadi suatu karya," sambung seniman yang juga pengajar di Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI.
DOK. ARTBALI
Berdasarkan asumsi ini Suklu mencoba mengangkat molekul untuk dibaca ulang lewat karyanya dalam tema Art Bali 2019. Alphabet Moles ia sadur dari bahasa Latin. "Alphabet itu artinya membaca, sedangkan Moles itu adalah molekul. Membaca molekul ini menjadi apa? Menjadi manusia kah? Binatang? Pohon? Atau batu?" pantiknya.
Medium Bambu
Bambu memang ia sengaja pilih sebagai medium kekaryaanya kali ini. "Saya akhirnya memilih bambu karena Art Bali menyodorkan tema ‘Speculative Memories’ (Ingatan-Ingatan Spekulatif)," kata Suklu. Ia menilai bambu bernilai filosofis bagi masyarakat Indonesia. "Bambu itu kan sangat agraris, sering digunakan masyarakat umum. Bambu memiliki memori-memori agraris itu," sambung seniman yang pernah dianugerahi Best 10 Indonesian Asian Art Award 2003 ini.
Bahkan, Suklu menegaskan sesungguhnya hanya lewat bambu saja sudah berbicara. "Tapi kemudian bambu saya create menjadi karya terkait dengan molekul itu dalam bentuk-bentuk simetris," katanya. Bentuk-bentuk ini ia adopsi menjadi karya seni kontemporer untuk ditafsirkan pada pengunjung.
"Pengunjung bisa menafsirkan dengan bebas. Bambu menjadi kode simbolik baru yang bisa memberikan interpretasi baru juga," papar seniman asal Banjar Lepang, Banjarangkan ini. Bulatan-bulatan seperti bola menggambarkan gerakan molekul yang bergerak menyesuaikan dengan side dari karya instalasi itu dibuat.
"Molekul-molekul yang terus berubah kemudian kalau segitiga dan lainnya itu menyesuaikan dengan side bangunan. Kemudian kosmologi ada pohon," tunjuknya. Suklu mengimbuhkan metode yang ia gunakan dalam pengerjaan instalasi berdimensi tinggi delapan meter dan panjang 25 meter ini adalah hasil dari pengamatan petani membuat bangunan di sawah.
"Mereka (petani) melubangi bambu kemudian mengisinya (dipasak) dengan bambu untuk memperkuat. Ini yang saya jadikan patokan untuk membuat instalasi," paparnya. Ia membentuk melalui patahan dari pertemuan bambu dengan bambu satunya. "Nah itu akan dihubungkan antar pasak menjadi bentuk-bentuk simetris yang saya inginkan," ujar seniman yang merupakan ayah dari empat anak ini.
Dalam proses pembuatannya seniman kelahiran 6 Februari 1967 ini membuat desainnya sendiri. Kemudian di-knock-down dengan bantuan beberapa orang, memotongnya sesuai ukuran-ukuran yang sudah ia buat modulnya. "Hampir tiga minggu waktu yang saya pakai untuk membuat knock-downnya di studio. Kemudian saya buat dua hari di lokasi pameran," katanya.
Ia menyebut pembuatan instalasi ini sebetulnya tidak lama. "Yang lama membuat kncokdownnya, merancang tinggi, panjang, kelenturan, karena masih manual," terangnya. Di beberapa sisi ia sengaja membuat instalasi ini bisa dinaiki supaya pengunjung bisa merasakan Alphabet Moles. "Agar setiap orang yang memanjat Alphabet Moles setapak demi setapak paham siapa yang membentuk manusia dan semesta," tutupnya.*has
1
Komentar