Semi Modern, Pasar Banyuasri Telan Rp 159,6 Miliar
Buleleng membangun mega proyek kedua setelah Gedung IRD RSUD Buleleng.
SINGARAJA, NusaBali
Pembangunan Pasar Banyuasri, di Kelurahan Banyuasri, Kecamatan Buleleng, resmi dimulai dengan peletakan batu pertama (groundbreaking) oleh Bupati Buleleng, Putu Agus Suradnyana, Jumat (27/12/2019) pagi. Pasar Banyuasri dibangun semi modern dengan tiga lantai. Ke depan Pasar Banyuasri dirancang menjadi pusat city tour di Kota Buleleng, yang mampu beraktivitas 24 jam.
Pembangunan Pasar Banyuasri ini, menjadi mega proyek kedua duet Bupati dan Wakil Bupati Buleleng, Putu Agus Suradnyana- Nyoman Sutjidra, setelah membangun Gedung IRD RSUD Buleleng. Groundbreaking di lokasi proyek ditandai dengan penanaman tiang pancang (paku bumi). Acara tersebut dihadiri oleh Ketua DPRD Buleleng, Gede Supriatna, sejumlah pimpinan OPD, Kejaksaan dan Direksi PD Pasar.
Pembangunan Pasar Banyuasri menjadi mega proyek kedua, karena biaya yang dihabiskan cukup tinggi untuk ukuran Buleleng. Dalam kontrak kerja dengan rekanan dari PT Tunas Jaya Sanur, nilai proyek Pasar Banyuasri mencapai Rp 159,6 miliar, yang dianggarkan dalam tahun jamak selama dua tahun hingga Desember 2020. Demikian pula dengan Gedung IRD RSUD Buleleng, di Jalan Ngurah Rai Singaraja, yang dibangun selama dua tahun dari tahun 2015 dengan nilai kontrak mencapai Rp 100 miliar.
Bupati Agus Suradnyanan mengungkapkan, dana dalam pembangunan Pasar Banyuasri, sebagian besar bersumber dari APBD murni kabupaten, dan sisanya dari BKK Pemprov Bali sebesar Rp 20 Miliar, dan Pemkab Badung sebesar Rp 25 miliar. “Kalau melihat kemampuan APBD kita, rasanya sangat sulit membangun pasar ini. Tapi dengan efisiensi dan skala prioritas, akhirnya ini bisa diwujudkan. Ini pun berkat kerjasama rekan di Legislatif yang bersedia hibah bansosnya dikurangi 50 persen untuk mewujudkan Pasar Banyuasri,” katanya.
Melihat perjuangan mendapatkan anggaran tersebut, Bupati pun menegaskan agar pihak rekanan dapat bekerja dengan mengutamakan kualitas bangunan dan tepat waktu. “Saya ingatkan pada kontraktornya, karena ini sulit sekali mencari uang, sampai terengah-engah. Tanggungjawabnya, harus mampu menghasilkan bangunan yang berkualitas, dapat berumur panjang dan bisa memberikan manfaat yang maksimal untuk perekonomian Buleleng,” tandas mantan Ketua Komisi III DPRD Bali ini.
Bupati juga mengungkapkan, Pasar Banyuasri dirancang semi modern. Bangunan utama dibuat seperti Plaza, dengan bagian depan diberikan ruang (space) sebagai tempat nongkrong. “Pasar Banyuasri ini harus hidup (aktivitas,Red) 24 jam, sehingga Buleleng semakin hidup. Ke depan juga Pasar Banyuasri menjadi pasar sentral buah lokal. Dan menjadi objek city tour di Buleleng,” tandasnya.
Sementara itu Direktur Utama (Dirut) PT Tunas Jaya Sanur, I Made Budi Admika mengatakan kendala utama dalam pengerjaan Pasar Banyuasri hanya pada masalah cuaca yakni musim penghujan, terutama saat pengerjaan sub struktur atau konstruksi bangunan. “Pekerjaan tanah ini yang paling berat untuk mengawali. Utamanya di musim penghujan karena kalau masih tanah artinya masih bergelut di pondasi. Kalau pondasi sudah selesai, pekerjaan sudah mulai ringan,” katanya.
Dia menambahkan pekerjaan di tanah ditargetkan selesai pada akhir Desember 2019. Pengurugan fase satu sudah selesai lalu dilanjutkan dengan pemancangan. Pemancangan akan dilakukan di 900 titik. Sub struktur pun secara keseluruhan ditargetkan akan selesai pada awal Januari 2020. “Kami kejar-kejaran dengan cuaca. Saya yakin dengan semangat semangat tim kami bisa menyelesaikan sesuai target,” ujar Budi Admika. *k19
Pembangunan Pasar Banyuasri ini, menjadi mega proyek kedua duet Bupati dan Wakil Bupati Buleleng, Putu Agus Suradnyana- Nyoman Sutjidra, setelah membangun Gedung IRD RSUD Buleleng. Groundbreaking di lokasi proyek ditandai dengan penanaman tiang pancang (paku bumi). Acara tersebut dihadiri oleh Ketua DPRD Buleleng, Gede Supriatna, sejumlah pimpinan OPD, Kejaksaan dan Direksi PD Pasar.
Pembangunan Pasar Banyuasri menjadi mega proyek kedua, karena biaya yang dihabiskan cukup tinggi untuk ukuran Buleleng. Dalam kontrak kerja dengan rekanan dari PT Tunas Jaya Sanur, nilai proyek Pasar Banyuasri mencapai Rp 159,6 miliar, yang dianggarkan dalam tahun jamak selama dua tahun hingga Desember 2020. Demikian pula dengan Gedung IRD RSUD Buleleng, di Jalan Ngurah Rai Singaraja, yang dibangun selama dua tahun dari tahun 2015 dengan nilai kontrak mencapai Rp 100 miliar.
Bupati Agus Suradnyanan mengungkapkan, dana dalam pembangunan Pasar Banyuasri, sebagian besar bersumber dari APBD murni kabupaten, dan sisanya dari BKK Pemprov Bali sebesar Rp 20 Miliar, dan Pemkab Badung sebesar Rp 25 miliar. “Kalau melihat kemampuan APBD kita, rasanya sangat sulit membangun pasar ini. Tapi dengan efisiensi dan skala prioritas, akhirnya ini bisa diwujudkan. Ini pun berkat kerjasama rekan di Legislatif yang bersedia hibah bansosnya dikurangi 50 persen untuk mewujudkan Pasar Banyuasri,” katanya.
Melihat perjuangan mendapatkan anggaran tersebut, Bupati pun menegaskan agar pihak rekanan dapat bekerja dengan mengutamakan kualitas bangunan dan tepat waktu. “Saya ingatkan pada kontraktornya, karena ini sulit sekali mencari uang, sampai terengah-engah. Tanggungjawabnya, harus mampu menghasilkan bangunan yang berkualitas, dapat berumur panjang dan bisa memberikan manfaat yang maksimal untuk perekonomian Buleleng,” tandas mantan Ketua Komisi III DPRD Bali ini.
Bupati juga mengungkapkan, Pasar Banyuasri dirancang semi modern. Bangunan utama dibuat seperti Plaza, dengan bagian depan diberikan ruang (space) sebagai tempat nongkrong. “Pasar Banyuasri ini harus hidup (aktivitas,Red) 24 jam, sehingga Buleleng semakin hidup. Ke depan juga Pasar Banyuasri menjadi pasar sentral buah lokal. Dan menjadi objek city tour di Buleleng,” tandasnya.
Sementara itu Direktur Utama (Dirut) PT Tunas Jaya Sanur, I Made Budi Admika mengatakan kendala utama dalam pengerjaan Pasar Banyuasri hanya pada masalah cuaca yakni musim penghujan, terutama saat pengerjaan sub struktur atau konstruksi bangunan. “Pekerjaan tanah ini yang paling berat untuk mengawali. Utamanya di musim penghujan karena kalau masih tanah artinya masih bergelut di pondasi. Kalau pondasi sudah selesai, pekerjaan sudah mulai ringan,” katanya.
Dia menambahkan pekerjaan di tanah ditargetkan selesai pada akhir Desember 2019. Pengurugan fase satu sudah selesai lalu dilanjutkan dengan pemancangan. Pemancangan akan dilakukan di 900 titik. Sub struktur pun secara keseluruhan ditargetkan akan selesai pada awal Januari 2020. “Kami kejar-kejaran dengan cuaca. Saya yakin dengan semangat semangat tim kami bisa menyelesaikan sesuai target,” ujar Budi Admika. *k19
1
Komentar