Kolaborasi Bali-Palu Angkat Kebhinekaan
Kolaborasi itu tertuang dalam Festival Pesona Palu Nomoni yang akan digelar di Arma Museum, Ubud, Kabupaten Gianyar
MANGUPURA, NusaBali
Nusantara memiliki kekayaan beragam. Meski budaya satu dengan yang lainnya berbeda, namun sesungguhnya memiliki roh yang sama. Seperti kebudayaan Bali dan Palu yang sama-sama memiliki keunikan tersendiri coba dikolaborasikan oleh seniman dua daerah tersebut. Kali ini, kolaborasi tersebut untuk membantu mengangkat seni tradisi Palu yang hampir tenggelam di ambang zaman melalui Festival Pesona Palu Nomoni.
Festival Pesona Palu Nomoni, sebuah perhelatan budaya berakar pada nilai tradisi luhur suku Kaili yakni suku asli di lembah Palu, Sulawesi Tengah, akan memulai gaungnya dari Bali. Festival yang diresmikan oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya dan rencananya akan diselenggarakan 24-26 September 2016 di lembah Palu, itu terlebih dahulu akan diisi dengan acara gathering, yang memperkenalkan kesenian Palu dengan berkolaborasi bersama musisi Bali, didukung oleh Bali On Stage di Arma Museum Ubud pada Kamis (4/8) malam.
“Kita tahu Bali sebagai pintu pariwisata Indonesia. Jadi tidak menutup diri kami akan lebih banyak berkolaborasi dan belajar dari Bali untuk mengangkat pariwisata Kota Palu agar lebih berkembang dan bisa dikenal secara internasional,” ujar Wakil Walikota Palu Sigit Purnomo Said alias Pasha ‘Ungu’ didampingi Walikota Palu Hidayat, dalam jumpa pers di Tibubeneng, Canggu, Badung, Selasa (2/8).
Walikota Palu Hidayat menjelaskan, Festival Pesona Palu Nomoni merupakan sebuah perhelatan budaya berakar pada nilai tradisi luhur suku Kaili, yakni suku asli yang mendiami lembah Palu. Dalam festival ini akan menghadirkan masyarakat adat pelaku tradisi ritual suku Kaili yang mendiami sebagian besar lembah Palu, dimana ritualnya sudah ada ratusan tahun dan diwarisi secara turun temurun, namun belum mendapat ruang terbuka untuk mempetunjukkan ritualnya. Dengan adanya festival ini masyarakat luas bisa melihat langsung ritual dimaksud.
“Festival ini akan diisi dengan berbagai atraksi menarik, antara lain seni budaya, memasang obor di 520 titik sepanjang 7,2 kilometer, serta permainan suling panjang dengan gendang asli Palu. Di samping itu, akan menampilkan berbagai ritual yang antara Palu dan Bali saya kira banyak memiliki persamaan budaya. Juga ada lomba perahu tanpa awak, dan masih banyak lagi,” kata Hidayat.
Lanjutnya, seniman dan budayawan Kota Palu menerjemahkan konsep ini ke dalam sebuah pertunjukan multi etnis, dimana Palu terdiri dari beragam etnis yang telah kawin-mawin dan hidup berdampingan, menjunjung tiggi kekeluargaan dan persaudaraan yang harmonis. Berbagai etnis itu antara lain Jawa, Bali, Toraja, Sunda, Gorontalo, Sulawesi Utara, Tionghoa, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Barat.
Langkah pemerintah Kota Palu menggandeng seniman Bali ini diapresiasi oleh Ketut Riwiyana, salah seorang seniman Bali yang akan ikut mengisi gathering di Arma Museum, Ubud. Menurutnya, selain membuka keran pariwisata Kota Palu ke dunia internasional, langkah ini juga sekaligus sebagai misi Nusantara, yakni menyatukan berbagai seni budaya di Indonesia. Karenanya, dia sangat mendukung adanya kolaborasi tersebut.
“Kalau dulu untuk menyatukan Nusantara kan mesti berperang dulu, tapi kalau kita kan tidak mungkin berperang. Cukup dengan seni dan budaya, kita bisa mempersatukan Nusantara. Nanti saat kolaborasi kami akan ikut serta membawakan kesenian yang mereka tampilkan. Tetapi jika ada senggang, kita bisa padukan unsur seni kita di dalamnya,” jelasnya.
Riwin yang piawai memainkan gitar itu akan menyertakan pemain musik seperti Badud (bass), Catur (perkusi), dan Ajat Lesmana. Selain musisi tersebut juga tampil penari Jasmin Okubo, Sefi Indah, Koka, Mega, Diah serta seniman multitalenta Jane Chen.
Jane Chen mengatakan, kolaborasi seniman Bali dan Palu untuk acara Pesona Palu Nomoni menggugah rasa nasionalisme kita dalam menyongsong hari kemerdekaan Indonesia. “Pesona Palu Nomoni memilih ruang promosi di Bali karena banyak kesamaan dari kultur, dan alam yang memiliki potensi untuk dikembangkan agar bisa memajukan sektor pariwisata Indonesia Timur,” katanya. 7 i
Nusantara memiliki kekayaan beragam. Meski budaya satu dengan yang lainnya berbeda, namun sesungguhnya memiliki roh yang sama. Seperti kebudayaan Bali dan Palu yang sama-sama memiliki keunikan tersendiri coba dikolaborasikan oleh seniman dua daerah tersebut. Kali ini, kolaborasi tersebut untuk membantu mengangkat seni tradisi Palu yang hampir tenggelam di ambang zaman melalui Festival Pesona Palu Nomoni.
Festival Pesona Palu Nomoni, sebuah perhelatan budaya berakar pada nilai tradisi luhur suku Kaili yakni suku asli di lembah Palu, Sulawesi Tengah, akan memulai gaungnya dari Bali. Festival yang diresmikan oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya dan rencananya akan diselenggarakan 24-26 September 2016 di lembah Palu, itu terlebih dahulu akan diisi dengan acara gathering, yang memperkenalkan kesenian Palu dengan berkolaborasi bersama musisi Bali, didukung oleh Bali On Stage di Arma Museum Ubud pada Kamis (4/8) malam.
“Kita tahu Bali sebagai pintu pariwisata Indonesia. Jadi tidak menutup diri kami akan lebih banyak berkolaborasi dan belajar dari Bali untuk mengangkat pariwisata Kota Palu agar lebih berkembang dan bisa dikenal secara internasional,” ujar Wakil Walikota Palu Sigit Purnomo Said alias Pasha ‘Ungu’ didampingi Walikota Palu Hidayat, dalam jumpa pers di Tibubeneng, Canggu, Badung, Selasa (2/8).
Walikota Palu Hidayat menjelaskan, Festival Pesona Palu Nomoni merupakan sebuah perhelatan budaya berakar pada nilai tradisi luhur suku Kaili, yakni suku asli yang mendiami lembah Palu. Dalam festival ini akan menghadirkan masyarakat adat pelaku tradisi ritual suku Kaili yang mendiami sebagian besar lembah Palu, dimana ritualnya sudah ada ratusan tahun dan diwarisi secara turun temurun, namun belum mendapat ruang terbuka untuk mempetunjukkan ritualnya. Dengan adanya festival ini masyarakat luas bisa melihat langsung ritual dimaksud.
“Festival ini akan diisi dengan berbagai atraksi menarik, antara lain seni budaya, memasang obor di 520 titik sepanjang 7,2 kilometer, serta permainan suling panjang dengan gendang asli Palu. Di samping itu, akan menampilkan berbagai ritual yang antara Palu dan Bali saya kira banyak memiliki persamaan budaya. Juga ada lomba perahu tanpa awak, dan masih banyak lagi,” kata Hidayat.
Lanjutnya, seniman dan budayawan Kota Palu menerjemahkan konsep ini ke dalam sebuah pertunjukan multi etnis, dimana Palu terdiri dari beragam etnis yang telah kawin-mawin dan hidup berdampingan, menjunjung tiggi kekeluargaan dan persaudaraan yang harmonis. Berbagai etnis itu antara lain Jawa, Bali, Toraja, Sunda, Gorontalo, Sulawesi Utara, Tionghoa, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Barat.
Langkah pemerintah Kota Palu menggandeng seniman Bali ini diapresiasi oleh Ketut Riwiyana, salah seorang seniman Bali yang akan ikut mengisi gathering di Arma Museum, Ubud. Menurutnya, selain membuka keran pariwisata Kota Palu ke dunia internasional, langkah ini juga sekaligus sebagai misi Nusantara, yakni menyatukan berbagai seni budaya di Indonesia. Karenanya, dia sangat mendukung adanya kolaborasi tersebut.
“Kalau dulu untuk menyatukan Nusantara kan mesti berperang dulu, tapi kalau kita kan tidak mungkin berperang. Cukup dengan seni dan budaya, kita bisa mempersatukan Nusantara. Nanti saat kolaborasi kami akan ikut serta membawakan kesenian yang mereka tampilkan. Tetapi jika ada senggang, kita bisa padukan unsur seni kita di dalamnya,” jelasnya.
Riwin yang piawai memainkan gitar itu akan menyertakan pemain musik seperti Badud (bass), Catur (perkusi), dan Ajat Lesmana. Selain musisi tersebut juga tampil penari Jasmin Okubo, Sefi Indah, Koka, Mega, Diah serta seniman multitalenta Jane Chen.
Jane Chen mengatakan, kolaborasi seniman Bali dan Palu untuk acara Pesona Palu Nomoni menggugah rasa nasionalisme kita dalam menyongsong hari kemerdekaan Indonesia. “Pesona Palu Nomoni memilih ruang promosi di Bali karena banyak kesamaan dari kultur, dan alam yang memiliki potensi untuk dikembangkan agar bisa memajukan sektor pariwisata Indonesia Timur,” katanya. 7 i
1
Komentar