Shorcut Titik 5-6 Miliki Ketinggian Tebing 43 Meter
Pengamanan Longsor dengan Metode Berlapis
Ruas jalan Shortcut Titik 5-6 Jalur Denpasar-Singaraja via Bedugul di wilayah Desa Wanagiri-Desa Pegayaman, Kecamatan Sukasada, Buleleng, diapit dua lereng tebing cukup tinggi.
SINGARAJA, NusaBali
Lereng tebing tertinggi mencapai 43 meter, yang berada di Zona III Shortcut Titik 6, tak jauh dari pintu masuk arah Singaraja, Buleleng. Pantauan NusaBali di lokasi, Minggu (29/12) siang, lereng tebing di sisi kanan kiri ruas jalan Shortcut Titik 5-6 ini sudah ditata dengan kemiringan antara 45-50 derajat. Meski demikian, melintasi jalan tersebut cukup membuat perasaan cemas dan khawatir terjadi longsor.
Namun, pihak Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional (BBPJN) Wilayah VIII menyatakan telah mengupayakan penanganan lereng tebing agar tidak longsor di waktu musim hujan. Menurut Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) BBPJN Wilayah VIII, Ketut Payun Astapa, penanganan lereng tebing di sepanjang ruas jalan Shortcut Titik 5-6 telah diupayakan secara berlapis.
Pertama, lereng tebing itu dibagi beberapa trap semacam undakan, dengan ketinggian setiap trapnya rata-rata 3 meter. Jumlah trap paling banyak ada pada ketinggian tebing 43 meter, yakni 8 trap. Setiap trap sudah dibuatkan saluran pembuangan air dan saluran penangkap air, yang berfungsi mengalirkan air langsung ke drainase pembuangan.
“Jadi, kalau ada hujan, airnya tidak langsung ke bawah, karena sudah ada saluran di setiap trap. Termasuk juga ada saluran penangkap yang menyalurkan air ke darainase di bawah,” jelas Payun Astapa saat dikonfirmasi NusaBali, Minggu kemarin.
Di samping pembuatan trap, kata Payun Astapa, tebing di kanan kiri shortcut juga diperkuat dengan metode swelling di setiap trap, guna mencegah longsoran lokal di trap tersebut. Metode ini dilakukan dengan menanam rangka besi (tulangan, Red) pada kedalaman tertentu, sesuai hasil analisa struktur tanah setempat, kemudian rangka besi itu dicor beton.
Payun Astapa menyebutkan, ada 2.000 titik swelling yang dipasang di sepanjang ruas jalan Shortcut Titik 5-6. Metode swelling ini dapat dilihat di mana sisi tebing terdapat tonjolan beton runcing semacam paku bumi.
Selain metode swelling, juga diterapkan metode hydroseeding untuk mengantisipasi erosi permukaan tebing. Dalam metode ini, lereng tebing dilubangi dengan kedalaman beberapa centimeter, kemudian ditanami rumput. Untuk lereng tebing yang berbantu, penanaman rumput diawali dengan menutup lereng tebing berbatu itu menggunakan jaring dari serabut kelapa, kemudian jaring serabut kelapa tersebut ditutup dengan tanah liat yang sudah ditaburi benih rumput.
“Metode ini sudah mengadopsi pengamanan tebing di Jalan Tol. Artinya, Bali ini sudah memiliki jalan Tol Mini, walaupun ini bukan jalan tol. Paling tidak, dari konstruksinya, pengamanan lereng tebing untuk kenyamanan dan keselamatan pengguna jalan sudah diperhitungkan sekali,” tandas pejabat asal Desa Asak, Kecamatan Karangasem ini.
Menurut Payun Astapa, upaya penanganan tebing agar tidak longsor tersebut dirasa sudah maksimal. Buktinya, beberapa kali turun hujan deras di wilayah itu, kondisi tebing Shortcut Titik 5-6 masih aman. Saat ini sedang dilakukan penyempurnaan terkait dengan aliran air, akibat hujan deras.
“Sekarang sedang penyempurnaan saja, kalau masih ada pekerja itu hanya membuat bak-bak penangkap air. Air itu kan punya kemauan, kita sudah buatkan, tetapi arahnya kan bisa berbeda. Jadi, itu yang kita sempurnakan,” papar Payun Astapa.
Ruas jalan Shortcut Titik 5-6 ini akan menjadi tanggungan pihak rekanan di masa pe-meliharaan selama 2 tahun. “Mudah-mudahan tidak ada longsor, kami selalu berdoa dan memohon keselamatan untuk kita semua,” katanya.
Ruas jalan Shortcut Titik 5-6 sendiri memiliki panjang 1.950 meter, plus jembatan sepajang 210 meter yang berlokasi di wilayah Desa Pegayaman. Ruas jalan Shortcut Titik 5-6 lebarnya mencapai 13 meter, dengan kelandaian 6 persen, sehingga cukup nyaman dibandingkan dengan jalan yang ada sebelumnya.
Titik 5 Shortcut berada di Kilometer 57 wilayah Desa Wanagiri, Kecamatan Sukasada, tepatnya depan Pura Yeh Ketipat ke arah timur menuju Desa Pegayaman. Sedangkan Titik 6 Shortcut berada di Kilometer 59 perbatasan Desa Pegayaman-Desa Gitgit. Ground breaking pembangunan Shortcut Titik 5-6 sudah dilakukan Gubernur Bali, Wayan Koster, 14 November 2018 lalu. Rencananya, Shortcut Titik 5-6 akan diresmikan penggunaannya oleh Gubernur Koster, Senin (30/12) siang ini. *k19
Namun, pihak Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional (BBPJN) Wilayah VIII menyatakan telah mengupayakan penanganan lereng tebing agar tidak longsor di waktu musim hujan. Menurut Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) BBPJN Wilayah VIII, Ketut Payun Astapa, penanganan lereng tebing di sepanjang ruas jalan Shortcut Titik 5-6 telah diupayakan secara berlapis.
Pertama, lereng tebing itu dibagi beberapa trap semacam undakan, dengan ketinggian setiap trapnya rata-rata 3 meter. Jumlah trap paling banyak ada pada ketinggian tebing 43 meter, yakni 8 trap. Setiap trap sudah dibuatkan saluran pembuangan air dan saluran penangkap air, yang berfungsi mengalirkan air langsung ke drainase pembuangan.
“Jadi, kalau ada hujan, airnya tidak langsung ke bawah, karena sudah ada saluran di setiap trap. Termasuk juga ada saluran penangkap yang menyalurkan air ke darainase di bawah,” jelas Payun Astapa saat dikonfirmasi NusaBali, Minggu kemarin.
Di samping pembuatan trap, kata Payun Astapa, tebing di kanan kiri shortcut juga diperkuat dengan metode swelling di setiap trap, guna mencegah longsoran lokal di trap tersebut. Metode ini dilakukan dengan menanam rangka besi (tulangan, Red) pada kedalaman tertentu, sesuai hasil analisa struktur tanah setempat, kemudian rangka besi itu dicor beton.
Payun Astapa menyebutkan, ada 2.000 titik swelling yang dipasang di sepanjang ruas jalan Shortcut Titik 5-6. Metode swelling ini dapat dilihat di mana sisi tebing terdapat tonjolan beton runcing semacam paku bumi.
Selain metode swelling, juga diterapkan metode hydroseeding untuk mengantisipasi erosi permukaan tebing. Dalam metode ini, lereng tebing dilubangi dengan kedalaman beberapa centimeter, kemudian ditanami rumput. Untuk lereng tebing yang berbantu, penanaman rumput diawali dengan menutup lereng tebing berbatu itu menggunakan jaring dari serabut kelapa, kemudian jaring serabut kelapa tersebut ditutup dengan tanah liat yang sudah ditaburi benih rumput.
“Metode ini sudah mengadopsi pengamanan tebing di Jalan Tol. Artinya, Bali ini sudah memiliki jalan Tol Mini, walaupun ini bukan jalan tol. Paling tidak, dari konstruksinya, pengamanan lereng tebing untuk kenyamanan dan keselamatan pengguna jalan sudah diperhitungkan sekali,” tandas pejabat asal Desa Asak, Kecamatan Karangasem ini.
Menurut Payun Astapa, upaya penanganan tebing agar tidak longsor tersebut dirasa sudah maksimal. Buktinya, beberapa kali turun hujan deras di wilayah itu, kondisi tebing Shortcut Titik 5-6 masih aman. Saat ini sedang dilakukan penyempurnaan terkait dengan aliran air, akibat hujan deras.
“Sekarang sedang penyempurnaan saja, kalau masih ada pekerja itu hanya membuat bak-bak penangkap air. Air itu kan punya kemauan, kita sudah buatkan, tetapi arahnya kan bisa berbeda. Jadi, itu yang kita sempurnakan,” papar Payun Astapa.
Ruas jalan Shortcut Titik 5-6 ini akan menjadi tanggungan pihak rekanan di masa pe-meliharaan selama 2 tahun. “Mudah-mudahan tidak ada longsor, kami selalu berdoa dan memohon keselamatan untuk kita semua,” katanya.
Ruas jalan Shortcut Titik 5-6 sendiri memiliki panjang 1.950 meter, plus jembatan sepajang 210 meter yang berlokasi di wilayah Desa Pegayaman. Ruas jalan Shortcut Titik 5-6 lebarnya mencapai 13 meter, dengan kelandaian 6 persen, sehingga cukup nyaman dibandingkan dengan jalan yang ada sebelumnya.
Titik 5 Shortcut berada di Kilometer 57 wilayah Desa Wanagiri, Kecamatan Sukasada, tepatnya depan Pura Yeh Ketipat ke arah timur menuju Desa Pegayaman. Sedangkan Titik 6 Shortcut berada di Kilometer 59 perbatasan Desa Pegayaman-Desa Gitgit. Ground breaking pembangunan Shortcut Titik 5-6 sudah dilakukan Gubernur Bali, Wayan Koster, 14 November 2018 lalu. Rencananya, Shortcut Titik 5-6 akan diresmikan penggunaannya oleh Gubernur Koster, Senin (30/12) siang ini. *k19
1
Komentar