PVMBG Pasang CCTV di Puncak Gunung Agung
Warga bisa memantau kawah Gunung Agung setiap saat melalui web MAGMA Indonesia.
AMLAPURA, NusaBali
Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM memasang CCTV di puncak kawah Gunung Agung, ketinggian 3.142 meter dari permukaan laut, Minggu (29/12). Petugas mencapai puncak sekitar 8 jam, dalam kondisi normal mendaki sekitar 3,5 jam. Pemasangan CCTV ini untuk memantau langsung segala aktivitas permukaan kawah secara terus menerus dan berkelanjutan. Selama ini pantauan dari luar kawah Gunung Agung sering tertutup kabut tebal.
Kepala Sub Bidang Mitigasi Pengamatan Gunung Api Wilayah Timur PVMBG Kementerian ESDM Devy Kamil Syahbana bersama anggota berangkat dari Pos Pengamatan Gunung Api Agung, Sabtu (28/12) pukul 23.30 Wita. Tiba di Pura Pasar Agung Banjar Sogra, Desa Sebudi, Kecamatan Selat, Karangasem pukul 00.30 Wita. Pendaki melibatkan beberapa pengamat gunung api, dibantu 8 porter membawa alat-alat CCTV. Mendaki mencapai puncak selama 8 jam. Tiba di puncak pukul 08.30 Wita. Memasang rangkaian CCTV, memasang tower setinggi 3 meter, pasang kamera, dan rangkaian lainnya memerlukan waktu dua jam.
Rangkaian CCTV yang dipasang yakni monitor CCTV, 3 kamera CCTV, 4 adaftor dan power suplay, kabel power, 6 crimp kabel, kabel coaxial, konektor RF, dan tower tinggi 3 meter. Usai memasang CCTV, rombongan turun meninggalkan puncak kawah Gunung Agung selama 4,5 jam. Tiba di bawah pukul 14.30 Wita. Dengan terpasangnya CCTV ini, aktivitas permukaan Gunung Agung bisa disaksikan melalui layar monitor 24 jam dari pos pengamatan. Pemantauan meliputi warna asap, tekanan asap, tinggi asap, lokasi keluarnya asap, dan lainnya.
Selama ini informasi aktual kurang optimal didapatkan karena pemantauannya dari luar kawah. Di samping faktor cuaca sebagai penghambat pemantauan dari luar kawah. “Untuk memantau kondisi kawah Gunung Agung, kali ini tidak perlu naik ke puncak Gunung Agung. Jika ada wisatawan atau warga yang naik ke puncak Gunung Agung juga terpantau melalui CCTV,” ungkap Kamil Syahbana, Minggu (29/12). Dikatakan, warga dengan mudah dapatkan akses memantau kawah Gunung Agung setiap saat melalui web MAGMA Indonesia.
Dikatakan, kondisi di puncak saat melakukan pemasangan CCTV banyak ditemukan deposit material lontaran lava pijar dari erupsi sebelumnya. Bau belerang tercium jarak 1,5 kilometer tetapi tidak terlalu menyengat. Perkembangan Gunung Agung perlu dipantau 24 jam, karena pengaruhnya sangat sensitif terhadap pariwisata dan penerbangan internasional. Jika terjadi hujan, biasanya terjadi erupsi freatif ditandai banyak keluar uap air disertai gas.
Kepala Pelaksana BPBD Karangasem Ida Ketut Arimbawa mengapresiasi kinerja PVMBG pasang CCTV di puncak kawah Gunung Agung. “Informasi yang dikeluarkan PVMBG lebih akurat,” ungkapnya. Gunung Agung awalnya berstatus normal atau level I naik jadi waspada (level II) pada 14 September 2017. Dari level waspada ke level siaga (level III) 18 September 2017, dari level siaga ke level awas (level IV) 22 September 2017. Selanjutnya status Gunung Agung diturunkan dari awas ke siaga, Sabtu 10 Februari 2018. Perkembangan Gunung Agung selama 24 jam terakhir tanpa gempa, hanya hembusan asap tipis tekanan rendah dari dasar kawah setinggi 50 meter. *k16
Kepala Sub Bidang Mitigasi Pengamatan Gunung Api Wilayah Timur PVMBG Kementerian ESDM Devy Kamil Syahbana bersama anggota berangkat dari Pos Pengamatan Gunung Api Agung, Sabtu (28/12) pukul 23.30 Wita. Tiba di Pura Pasar Agung Banjar Sogra, Desa Sebudi, Kecamatan Selat, Karangasem pukul 00.30 Wita. Pendaki melibatkan beberapa pengamat gunung api, dibantu 8 porter membawa alat-alat CCTV. Mendaki mencapai puncak selama 8 jam. Tiba di puncak pukul 08.30 Wita. Memasang rangkaian CCTV, memasang tower setinggi 3 meter, pasang kamera, dan rangkaian lainnya memerlukan waktu dua jam.
Rangkaian CCTV yang dipasang yakni monitor CCTV, 3 kamera CCTV, 4 adaftor dan power suplay, kabel power, 6 crimp kabel, kabel coaxial, konektor RF, dan tower tinggi 3 meter. Usai memasang CCTV, rombongan turun meninggalkan puncak kawah Gunung Agung selama 4,5 jam. Tiba di bawah pukul 14.30 Wita. Dengan terpasangnya CCTV ini, aktivitas permukaan Gunung Agung bisa disaksikan melalui layar monitor 24 jam dari pos pengamatan. Pemantauan meliputi warna asap, tekanan asap, tinggi asap, lokasi keluarnya asap, dan lainnya.
Selama ini informasi aktual kurang optimal didapatkan karena pemantauannya dari luar kawah. Di samping faktor cuaca sebagai penghambat pemantauan dari luar kawah. “Untuk memantau kondisi kawah Gunung Agung, kali ini tidak perlu naik ke puncak Gunung Agung. Jika ada wisatawan atau warga yang naik ke puncak Gunung Agung juga terpantau melalui CCTV,” ungkap Kamil Syahbana, Minggu (29/12). Dikatakan, warga dengan mudah dapatkan akses memantau kawah Gunung Agung setiap saat melalui web MAGMA Indonesia.
Dikatakan, kondisi di puncak saat melakukan pemasangan CCTV banyak ditemukan deposit material lontaran lava pijar dari erupsi sebelumnya. Bau belerang tercium jarak 1,5 kilometer tetapi tidak terlalu menyengat. Perkembangan Gunung Agung perlu dipantau 24 jam, karena pengaruhnya sangat sensitif terhadap pariwisata dan penerbangan internasional. Jika terjadi hujan, biasanya terjadi erupsi freatif ditandai banyak keluar uap air disertai gas.
Kepala Pelaksana BPBD Karangasem Ida Ketut Arimbawa mengapresiasi kinerja PVMBG pasang CCTV di puncak kawah Gunung Agung. “Informasi yang dikeluarkan PVMBG lebih akurat,” ungkapnya. Gunung Agung awalnya berstatus normal atau level I naik jadi waspada (level II) pada 14 September 2017. Dari level waspada ke level siaga (level III) 18 September 2017, dari level siaga ke level awas (level IV) 22 September 2017. Selanjutnya status Gunung Agung diturunkan dari awas ke siaga, Sabtu 10 Februari 2018. Perkembangan Gunung Agung selama 24 jam terakhir tanpa gempa, hanya hembusan asap tipis tekanan rendah dari dasar kawah setinggi 50 meter. *k16
1
Komentar