Tiap Bulan Ada 18 Kasus Digigit Ular di Buleleng
RSUD Buleleng siaga serum anti bisa ular menyusul maraknya kasus gigitan ular.
SINGARAJA, NusaBali
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Buleleng menyatakan stok serum anti bisa ular tetap terjaga. Hal tersebut merupakan antisipasi mencuatnya kasus gigitan ular berbisa di sejumlah daerah di Indonesia termasuk Bali. Hingga akhir tahun 2019, RSUD Buleleng masih menyediakan 106 vial/ampul anti bisa ular.
Kasubag Humas RSUD Buleleng, I Ketut Budiantara, Minggu (29/12/2019), mengatakan penyediaan serum anti bisa ular memang merupakan obat yang wajib ada setiap saat. Terlebih rekam jejak pasien yang masuk ke RSUD Buleleng karena gigitan ular berbisa. Seratusan serum anti bisa ular itu kini masih tersimpan aman di unit farmasi RSUD Buleleng.
Budiantara juga tak memungkiri Kabupaten Buleleng dengan luas wilayah dan faktor geografisnya membuat pasien gigitan ular berbisa sangat tinggi. Bahkan di tahun 2019 ini data teranyar ada sebanyak 126 kasus gigitan ular yang ditangani RSUD Buleleng. “Jumlah pasien gigitan ular berbisa cukup tinggi rata-rata 18 kasus per bulan,” kata dia.
Dari penanganan kasus gigitan ular berbisa yang datang ke RSUD Buleleng sebagian besar menjalani rawat inap. Sebanyak 102 orang pasien di antaranya harus diobservasi dan dipastikan bisanya yang masuk ke dalam tubuh sudah benar-benar bersih dan tak mengancam keselamatan lagi. Sedangkan 17 orang korban gigitan ular berbisa yang ditangani RSUD Buleleng hanya menjalani rawat jalan.
Sejauh ini pihak rumah sakit tak mendata soal gigitan jenis ular pada pasien. Sebab menurut Kasubag Humas RSUD Buleleng I Ketut Budiantara serum anti bisa ular yang tersedia di RSUD Buleleng sejauh ini dapat mengcover dan meredam semua jenis bisa ular, kecuali bisa ular Papua harus ditangani dengan serum khusus. *k23
Kasubag Humas RSUD Buleleng, I Ketut Budiantara, Minggu (29/12/2019), mengatakan penyediaan serum anti bisa ular memang merupakan obat yang wajib ada setiap saat. Terlebih rekam jejak pasien yang masuk ke RSUD Buleleng karena gigitan ular berbisa. Seratusan serum anti bisa ular itu kini masih tersimpan aman di unit farmasi RSUD Buleleng.
Budiantara juga tak memungkiri Kabupaten Buleleng dengan luas wilayah dan faktor geografisnya membuat pasien gigitan ular berbisa sangat tinggi. Bahkan di tahun 2019 ini data teranyar ada sebanyak 126 kasus gigitan ular yang ditangani RSUD Buleleng. “Jumlah pasien gigitan ular berbisa cukup tinggi rata-rata 18 kasus per bulan,” kata dia.
Dari penanganan kasus gigitan ular berbisa yang datang ke RSUD Buleleng sebagian besar menjalani rawat inap. Sebanyak 102 orang pasien di antaranya harus diobservasi dan dipastikan bisanya yang masuk ke dalam tubuh sudah benar-benar bersih dan tak mengancam keselamatan lagi. Sedangkan 17 orang korban gigitan ular berbisa yang ditangani RSUD Buleleng hanya menjalani rawat jalan.
Sejauh ini pihak rumah sakit tak mendata soal gigitan jenis ular pada pasien. Sebab menurut Kasubag Humas RSUD Buleleng I Ketut Budiantara serum anti bisa ular yang tersedia di RSUD Buleleng sejauh ini dapat mengcover dan meredam semua jenis bisa ular, kecuali bisa ular Papua harus ditangani dengan serum khusus. *k23
1
Komentar