Revitalisasi Old Town Jalan Gajah Mada
Rai Mantra Ajak Bangun Kolaborasi, Bentuk Ekosistem
Kawasan Jalan Gajah Mada Denpasar menjadi salah satu ikon pusat perekonomian Ibu Kota Provinsi Bali ini.
DENPASAR, NusaBali
Kawasan penuh interaksi sosial, ekonomi, budaya dari keturunan pedagang China, Arab dan Jawa berinteraksi dengan masyarakat Bali yang kini mendapatkan sentuhan revitalisasi dari Pemerintah Kota Denpasar. Gagasan Walikota Rai Mantra dan Wakil Walikota IGN Jaya Negara merevitalisasi kawasan bisnis tertua di Bali ini terus dipertajam bersama dalam kegiatan gathering Old Town Gajah Mada menghormati kepustakaan untuk memajukan kreativitas berlangsung, Senin (30/12) di Gedung Alaya Dharmanegara, Lumintang Denpasar.
Pertemuan ini dibuka Walikota Rai Mantra yang sekaligus sebagai Keynote Speaker melibatkan para pembicara dari akademisi, seniman, arsitektur, praktisi pariwisata dan Bkraf Denpasar. Seperti Prof I Nyoman Darma Putra, I Ketut Siandana, Ida Bagus Ngurah Wijaya, I Putu Yuliartha, Marmar Herayukti, dengan moderator Marlowe Bandem.
Kegiatan ini juga dihadiri Ketua DPRD Denpasar, I Gusti Ngurah Gede, Sekda Kota Denpasar, AAN Rai Iswara, Pimpinan OPD Pemkot Denpasar, para pengusaha di kawasan Gajah Mada, seniman, dan budayawan. Dalam Keynote Speaker Walikota Rai Mantra mengajak untuk melakukan kolaborasi, lewat pembentukan ekosistem sehingga mampu merevitalisasi kawasan Gajah Mada. Pembentukan ekosistem dapat dilakukan dalam posisi dan kompetensi masing-masing.
“Pembentukan ekosistem ini yang sangat saya harapkan. Ada pemerintah, DPRD, lembaga adat, komunitas pedagang, komunitas seniman, serta komunitas dari funding sehingga terbangun publik value dan private value,” ujar Rai Mantra
Dipaparkan, ekosistem harus berjalan dengan baik serta bersama pemerintah nantinya mampu menumbuhkan tingkat perekonomian. Diharapkan dapat dilakukan transformasi, serta co-branding secara luas seperti komponen pariwisata mampu melihat perkembangan market dalam menyusun strategi, terlebih saat ini telah memasuki revolusi industri 4.0 dan akan ada perubahan bisnis model kedepan.
Tidak saja mengikuti mekanisme digitalisasi teknokogi, tapi juga mampu memberikan sentuhan rasa yang tinggi. "Kita harus lakukan strategi interaksi yang ada karena Jalan Gajah Mada bukan hal baru, namun mampu merevitalisasi untuk menghidupkan kembali," katanya.
"Mari kita bangun nilai dari kawasan ini terlebih dahulu sehingga nantinya mampu memiliki nilai sustainable," imbuhnya. Sehingga, kata dia, dibutuhkan story talling melalui sejarawan dari kalangan akademisi. Karena dari cerita yang ada keberadaan nasi jinggo Denpasar lahir di Gajah Mada, serta terdapat salah satu toko kopi yang sangat legendaris dikawasan ini.
“Saya berharap dalam gathering ini terjadi tindaklanjut dan kesepakatan, serta mampu melakukan perubahan secara fisik seperti publik space perencanaan dan didukung qlue dan perencanaan jangan sampai ada perlambatan, namun harus ada percepatan,” ujar Rai Mantra.
Sementara kelompok ahli Denpasar, Putu Rumawan Salain mengatakan, gathering ini memiliki tujuan sesuai dengan Keynote Speaker yang disampaikan Walikota Rai Mantra bahwa kawasan Gajah Mada merupakan warisan pusaka. Sehingga dibutuhkan story telling dengan keterlibatan akademisi dan sejarawan yang mampu menceritakan keberadaan kawasan ini.
“Artinya kita mampu menceritakan kepada khayak banyak bahwa kawasan ini memiliki nilai pusaka dan nantinya mampu menarik kunjungan dan berdampak pada pertumbuhan ekonomi secara sustanaible serta Denpasar mampu menguatkan diri sebagai Kota Pusaka,” ujarnya, sembari mengatakan sehingga kita saat ini menyatukan pikiran untuk melakukan story telling bersama insan kreatif, pariwisata, perbankan hingga semua komponen bergerak bersama melakukan gerakan percepatan mengangkat story Gajah Mada. *mis
Pertemuan ini dibuka Walikota Rai Mantra yang sekaligus sebagai Keynote Speaker melibatkan para pembicara dari akademisi, seniman, arsitektur, praktisi pariwisata dan Bkraf Denpasar. Seperti Prof I Nyoman Darma Putra, I Ketut Siandana, Ida Bagus Ngurah Wijaya, I Putu Yuliartha, Marmar Herayukti, dengan moderator Marlowe Bandem.
Kegiatan ini juga dihadiri Ketua DPRD Denpasar, I Gusti Ngurah Gede, Sekda Kota Denpasar, AAN Rai Iswara, Pimpinan OPD Pemkot Denpasar, para pengusaha di kawasan Gajah Mada, seniman, dan budayawan. Dalam Keynote Speaker Walikota Rai Mantra mengajak untuk melakukan kolaborasi, lewat pembentukan ekosistem sehingga mampu merevitalisasi kawasan Gajah Mada. Pembentukan ekosistem dapat dilakukan dalam posisi dan kompetensi masing-masing.
“Pembentukan ekosistem ini yang sangat saya harapkan. Ada pemerintah, DPRD, lembaga adat, komunitas pedagang, komunitas seniman, serta komunitas dari funding sehingga terbangun publik value dan private value,” ujar Rai Mantra
Dipaparkan, ekosistem harus berjalan dengan baik serta bersama pemerintah nantinya mampu menumbuhkan tingkat perekonomian. Diharapkan dapat dilakukan transformasi, serta co-branding secara luas seperti komponen pariwisata mampu melihat perkembangan market dalam menyusun strategi, terlebih saat ini telah memasuki revolusi industri 4.0 dan akan ada perubahan bisnis model kedepan.
Tidak saja mengikuti mekanisme digitalisasi teknokogi, tapi juga mampu memberikan sentuhan rasa yang tinggi. "Kita harus lakukan strategi interaksi yang ada karena Jalan Gajah Mada bukan hal baru, namun mampu merevitalisasi untuk menghidupkan kembali," katanya.
"Mari kita bangun nilai dari kawasan ini terlebih dahulu sehingga nantinya mampu memiliki nilai sustainable," imbuhnya. Sehingga, kata dia, dibutuhkan story talling melalui sejarawan dari kalangan akademisi. Karena dari cerita yang ada keberadaan nasi jinggo Denpasar lahir di Gajah Mada, serta terdapat salah satu toko kopi yang sangat legendaris dikawasan ini.
“Saya berharap dalam gathering ini terjadi tindaklanjut dan kesepakatan, serta mampu melakukan perubahan secara fisik seperti publik space perencanaan dan didukung qlue dan perencanaan jangan sampai ada perlambatan, namun harus ada percepatan,” ujar Rai Mantra.
Sementara kelompok ahli Denpasar, Putu Rumawan Salain mengatakan, gathering ini memiliki tujuan sesuai dengan Keynote Speaker yang disampaikan Walikota Rai Mantra bahwa kawasan Gajah Mada merupakan warisan pusaka. Sehingga dibutuhkan story telling dengan keterlibatan akademisi dan sejarawan yang mampu menceritakan keberadaan kawasan ini.
“Artinya kita mampu menceritakan kepada khayak banyak bahwa kawasan ini memiliki nilai pusaka dan nantinya mampu menarik kunjungan dan berdampak pada pertumbuhan ekonomi secara sustanaible serta Denpasar mampu menguatkan diri sebagai Kota Pusaka,” ujarnya, sembari mengatakan sehingga kita saat ini menyatukan pikiran untuk melakukan story telling bersama insan kreatif, pariwisata, perbankan hingga semua komponen bergerak bersama melakukan gerakan percepatan mengangkat story Gajah Mada. *mis
Komentar