Blayag Beras Hitam, Kuliner Inovatif Khas Buleleng
Puluhan kuliner khas Buleleng berjejer di sepanjang stand Buleleng Festival (Bulfest) di Jalan Veteran, Singaraja.
SINGARAJA, NusaBali
Salah satunya yang menarik perhatian adalah blayag beras hitam di stand Rumah Makan Sehat milik Made Supala, warga Desa Pengelatan, Kecamatan/Kabupaten Buleleng.
Blayag yang merupakan masakan khas Buleleng tersebut, berbahan utama beras hitam, yang mengandung nilai gizi tinggi. Secara kasat mata blayag adalah salah satu makanan yang sangat sederhana. Blayag berbentuk blayag diisi sayur urab, daging ayam suir dan kerupuk ceker. Blayag lebih sempurna ketika disiram dengan bumbu kuning kental dan sejumput kacang kedelai diatasnya. Rasa dan aromanya pun gurih hingga mampu memancing lapar.
Blayag di Buleleng merupakan panganan warisan leluhur secara turun temurun. Selain rasanya yang unik blayag juga sangat ekonomis. Harganya di pasaran berkisar antara Rp 5.000 – Rp 8.000. Biasanya di Buleleng, blayag dapat ditemui di sejumlah tempat mulai dari warung hingga pedagang keliling yang menjajakan dagangannya dengan dijunjung.
Belakangan dengan berkembangnya zaman, makanan khas Buleleng ini mulai dikreasikan. Salah satunya dengan menggunkan beras hitam dalam pembuatan tipat blayagnya. Blayag beras hitam pun pertama kali dibuat Supala dengan alasan kesehatan. “Pertama istri saya membuat untuk konsumsi keluarga. Kami memang sudah lama mengkonsumsi beras hitam. Tetapi semua anak dan cucu bilang enak, kemudian coba dipasarkan,” ujar Supala yang ditemui di stand kulinernya, Rabu (3/8).
Ia meyakini, blayag beras hitam mengandung gizi komplek bahkan dapat mencegah sejumlah penyakit berbahaya seperti penyakit kanker, jantung, anemia, anti penuan. Karena beras hitam mengandung zat anti oksidan yang sangat tinggi, kalori rendah, berserat dan zat besi. Beras hitam untuk blayag didapatkannya dengan menanam sendiri di sawah 40 are. Hingga saat ini komoditas beras hitam belum ada di Buleleng dan masih langka di pasaran.
Dalam pembuatan tipat blayag beras hitam, juga dicampur dengan beras biasa. Dengan skala 1 banding 3, satu untuk beras hitam dan tiga untuk beras putih. Komposisi itu untuk menjaga tipat blayag tetap pulen. Karena secara teknis, jika seluruhnya menggunakan beras hitam hasilny agak keras. Setelah masak, tipat blayag beras hitam pun tampak lebih menarik dengan warna keunguan. Apalagi ditambah dengan sejumlah warna lain dari sayur dan bumbu.
Harga beras hitam di pasaran Rp 35.000 per kilogram, namun Supala tetap menggunakan bahan tersebut untuk blayagnya. Bahkan harga yang ditawarkan tidak jauh berbeda dengan harga blayag dari beras biasa yakni hanya Rp 7.0000 per piring. “Mudah-mudahan ini menjadi inspirasi bagi warga lain untuk berkreasi menu makanan, tanpa meninggalkan ciri khas warisan para leluhur,” harap dia. * k23
Salah satunya yang menarik perhatian adalah blayag beras hitam di stand Rumah Makan Sehat milik Made Supala, warga Desa Pengelatan, Kecamatan/Kabupaten Buleleng.
Blayag yang merupakan masakan khas Buleleng tersebut, berbahan utama beras hitam, yang mengandung nilai gizi tinggi. Secara kasat mata blayag adalah salah satu makanan yang sangat sederhana. Blayag berbentuk blayag diisi sayur urab, daging ayam suir dan kerupuk ceker. Blayag lebih sempurna ketika disiram dengan bumbu kuning kental dan sejumput kacang kedelai diatasnya. Rasa dan aromanya pun gurih hingga mampu memancing lapar.
Blayag di Buleleng merupakan panganan warisan leluhur secara turun temurun. Selain rasanya yang unik blayag juga sangat ekonomis. Harganya di pasaran berkisar antara Rp 5.000 – Rp 8.000. Biasanya di Buleleng, blayag dapat ditemui di sejumlah tempat mulai dari warung hingga pedagang keliling yang menjajakan dagangannya dengan dijunjung.
Belakangan dengan berkembangnya zaman, makanan khas Buleleng ini mulai dikreasikan. Salah satunya dengan menggunkan beras hitam dalam pembuatan tipat blayagnya. Blayag beras hitam pun pertama kali dibuat Supala dengan alasan kesehatan. “Pertama istri saya membuat untuk konsumsi keluarga. Kami memang sudah lama mengkonsumsi beras hitam. Tetapi semua anak dan cucu bilang enak, kemudian coba dipasarkan,” ujar Supala yang ditemui di stand kulinernya, Rabu (3/8).
Ia meyakini, blayag beras hitam mengandung gizi komplek bahkan dapat mencegah sejumlah penyakit berbahaya seperti penyakit kanker, jantung, anemia, anti penuan. Karena beras hitam mengandung zat anti oksidan yang sangat tinggi, kalori rendah, berserat dan zat besi. Beras hitam untuk blayag didapatkannya dengan menanam sendiri di sawah 40 are. Hingga saat ini komoditas beras hitam belum ada di Buleleng dan masih langka di pasaran.
Dalam pembuatan tipat blayag beras hitam, juga dicampur dengan beras biasa. Dengan skala 1 banding 3, satu untuk beras hitam dan tiga untuk beras putih. Komposisi itu untuk menjaga tipat blayag tetap pulen. Karena secara teknis, jika seluruhnya menggunakan beras hitam hasilny agak keras. Setelah masak, tipat blayag beras hitam pun tampak lebih menarik dengan warna keunguan. Apalagi ditambah dengan sejumlah warna lain dari sayur dan bumbu.
Harga beras hitam di pasaran Rp 35.000 per kilogram, namun Supala tetap menggunakan bahan tersebut untuk blayagnya. Bahkan harga yang ditawarkan tidak jauh berbeda dengan harga blayag dari beras biasa yakni hanya Rp 7.0000 per piring. “Mudah-mudahan ini menjadi inspirasi bagi warga lain untuk berkreasi menu makanan, tanpa meninggalkan ciri khas warisan para leluhur,” harap dia. * k23
Komentar