Menristek: Teknologi Modifikasi Cuaca untuk Cegah Bencana
Akhir-akhir ini sejumlah wilayah di Indonesia diterpa hujan dengan intensitas yang tinggi.
JAKARTA, NusaBali
Curah hujan yang tinggi mengakibatkan beberapa daerah seperti sekitar Jakarta mengalami bencana banjir. Menteri Riset dan Teknologi (Menristek), Bambang Brodjonegoro, menilai masyarakat Indonesia hidup di tengah-tengah wilayah dengan potensi bencana cukup tinggi. Namun ia meminta agar masyarakat bisa belajar dari negara lain untuk hidup berdampingan dengan alam.
"Negara seperti Jepang misalkan sudah membuktikan hal seperti itu. Dan kita sudah sadar sebagai negeri dengan dua musim di setiap musim itu ada potensi bencana yang terkait dengan hidrometeorologi," katanya di Gedung Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Jakarta, Jumat (3/1). Di musim hujan, kata Bambang, Indonesia kerap terjadi bencana banjir. Begitu pula saat musim kemarau, terjadi kebakaran hutan dan kekeringan.
"Nah karena itulah kita harus tetap menyiapkan diri saat musim kemarau," ujarnya. Teknologi Modifikasi Cuaca atau TMC merupakan salah satu langkah jitu untuk mencegah beberapa bencana yang berkaitan dengan hidrometeorologis. "Nah ketika Karhutla dengan Modifikasi Cuaca ini maka pergerakan awan yang potensial menuju hotspot, maka awan yang tadinya tidak hujan maka akan terjadi hujan," jelas Bambang dilansir liputan6.com. Karena itu, dia menambahkan, cara paling bagus untuk menanggulangi kebakaran hutan dan lahan atau Karhutla adalah dengan hujan. Oleh karenanya jika hujan tidak kunjung turun, maka awan-awan yang potensial terjadi hujan akan dirangsang untuk mencurahkan air hujan ke permukaan.
"Di situlah peran teknologi melalui modifikasi cuaca," ujarnya. TMC ini juga, kata Bambang akan digunakan untuk mencegah bencana banjir di sekitar Jakarta. Dengan memaksa awan hujan yang potensial bergerak ke arah Jakarta menurunkan hujan terlebih dahulu sebelum sampai ke langit Jakarta.*
"Negara seperti Jepang misalkan sudah membuktikan hal seperti itu. Dan kita sudah sadar sebagai negeri dengan dua musim di setiap musim itu ada potensi bencana yang terkait dengan hidrometeorologi," katanya di Gedung Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Jakarta, Jumat (3/1). Di musim hujan, kata Bambang, Indonesia kerap terjadi bencana banjir. Begitu pula saat musim kemarau, terjadi kebakaran hutan dan kekeringan.
"Nah karena itulah kita harus tetap menyiapkan diri saat musim kemarau," ujarnya. Teknologi Modifikasi Cuaca atau TMC merupakan salah satu langkah jitu untuk mencegah beberapa bencana yang berkaitan dengan hidrometeorologis. "Nah ketika Karhutla dengan Modifikasi Cuaca ini maka pergerakan awan yang potensial menuju hotspot, maka awan yang tadinya tidak hujan maka akan terjadi hujan," jelas Bambang dilansir liputan6.com. Karena itu, dia menambahkan, cara paling bagus untuk menanggulangi kebakaran hutan dan lahan atau Karhutla adalah dengan hujan. Oleh karenanya jika hujan tidak kunjung turun, maka awan-awan yang potensial terjadi hujan akan dirangsang untuk mencurahkan air hujan ke permukaan.
"Di situlah peran teknologi melalui modifikasi cuaca," ujarnya. TMC ini juga, kata Bambang akan digunakan untuk mencegah bencana banjir di sekitar Jakarta. Dengan memaksa awan hujan yang potensial bergerak ke arah Jakarta menurunkan hujan terlebih dahulu sebelum sampai ke langit Jakarta.*
1
Komentar