Siswa SMAN Sidemen Wajib Tulis Lontar
SMAN Sidemen, Karangasem, mewajibkan siswanya melestarikan budaya adi luhung berupa menulis aksara Bali pada daun lontar.
AMLAPURA, NusaBali
Menulis pada daun lontar merupakan ketrampilan khusus yang dikembangkan sekolah karena sesuai dengan potensi lingkungan. Di Kecamatan Sidemen banyak ditemukan penulis lontar sehingga memudahkan studi banding.
Ketrampilan menulis aksara Bali pada daun lontar telah dimulai sejak tahun 1987, saat sekolah masih bernama SMA Sidemahan. Sampai akhirnya mendapat status sekolah negeri dan berubah nama menjadi SMAN Sidemen pada tahun 1988. Maka tak heran jika siswa di sekolah ini ada yang bawa lontar dan pengrupak (pisau kecil untuk menulis pada daun lontar. Ketrampilan menulis aksara Bali pada daun lontar dibina oleh Ida Bagus Dwi Mahaputra dan Ida Bagus Buruan dari Geria Ulah, Banjar Punia, Desa Sidemen, Kecamatan Sidemen.
Sebanyak 557 siswa yang diwajibkan ngerupak terdiri dari kelas X sebanyak 202 siswa, kelas XI sebanyak 168 siswa, dan kelas XII sebanyak 187 siswa. “Menulis aksara Bali di daun lontar juga masuk kurikulum. Makanya rata-rata siswa di SMAN Sidemen mahir menulis aksara Bali di daun lontar karena telah menguasai teknis menulis,” ungkap Kepala SMAN Sidemen, Putu Sueta, Kamis (4/8).
Dikatakan, dua guru pembina setiap hari memberikan pelatihan. Setiap hari ada pelajaran ngerupak atau menulis lontar di kelas selama dua jam. “Ini budaya lokal, kita patu melestarikannya,” tandas Sueta. Menulis aksara Bali di daun lontar, katanya, tidak bisa dikuasai hanya berdasarkan teori, mesti langsung praktik. Selain memahami menulis juga paham membacanya. SMAN Sidemen yang meraih Trofi Adiwiyata Mandiri tahun 2016 juga mengimbaskan ke 10 sekolah sekitarnya teknik menulis di daun lontar. * k16
Menulis pada daun lontar merupakan ketrampilan khusus yang dikembangkan sekolah karena sesuai dengan potensi lingkungan. Di Kecamatan Sidemen banyak ditemukan penulis lontar sehingga memudahkan studi banding.
Ketrampilan menulis aksara Bali pada daun lontar telah dimulai sejak tahun 1987, saat sekolah masih bernama SMA Sidemahan. Sampai akhirnya mendapat status sekolah negeri dan berubah nama menjadi SMAN Sidemen pada tahun 1988. Maka tak heran jika siswa di sekolah ini ada yang bawa lontar dan pengrupak (pisau kecil untuk menulis pada daun lontar. Ketrampilan menulis aksara Bali pada daun lontar dibina oleh Ida Bagus Dwi Mahaputra dan Ida Bagus Buruan dari Geria Ulah, Banjar Punia, Desa Sidemen, Kecamatan Sidemen.
Sebanyak 557 siswa yang diwajibkan ngerupak terdiri dari kelas X sebanyak 202 siswa, kelas XI sebanyak 168 siswa, dan kelas XII sebanyak 187 siswa. “Menulis aksara Bali di daun lontar juga masuk kurikulum. Makanya rata-rata siswa di SMAN Sidemen mahir menulis aksara Bali di daun lontar karena telah menguasai teknis menulis,” ungkap Kepala SMAN Sidemen, Putu Sueta, Kamis (4/8).
Dikatakan, dua guru pembina setiap hari memberikan pelatihan. Setiap hari ada pelajaran ngerupak atau menulis lontar di kelas selama dua jam. “Ini budaya lokal, kita patu melestarikannya,” tandas Sueta. Menulis aksara Bali di daun lontar, katanya, tidak bisa dikuasai hanya berdasarkan teori, mesti langsung praktik. Selain memahami menulis juga paham membacanya. SMAN Sidemen yang meraih Trofi Adiwiyata Mandiri tahun 2016 juga mengimbaskan ke 10 sekolah sekitarnya teknik menulis di daun lontar. * k16
1
Komentar