Ravepasar, Festival Musik hingga Fesyen Alternatif
Ravepasar menghadirkan diskusi terbuka, workshop dan lokakarya yang dimeriahkan sajian seni pertunjukan, konser live, dan DJ set.
DENPASAR, NusaBali.com
Festival menjadi pertunjukan yang berkembang dan banyak dijumpai akhir-akhir ini. Sejalan dengan perkembangan tersebut sejumlah komunitas alternatif di Bali bersama-sama menggelar festival alternatif Ravepasar, Jumat (10/1/2020). Ican Harem, salah satu organizer Ravepasar mengatakan festival digelar berbasis swadaya yang dikerjakan secara kolaboratif oleh sederet kolektif lintas bidang; mulai dari musik, seni, fesyen, hingga literasi di Pulau Dewata. "Awalnya diprakarsai tiga tahun lalu, namanya 'Dancepasar' yang digelar di salah satu toko pakaian di kawasan Teuku Umar," ujarnya, Kamis (9/1/2020) di Studio Kenule, Sanur, Denpasar.
Dance Pasar saat itu dilangsungkan selama 8 jam dari pagi hingga petang. Konsep acara tersebut diadopsi dalam festival Ravepasar dengan sejumlah program yang sudah disiapkan selama 12 jam penuh sejak pukul 18.00 WITA hingga 07,00 WITA pagi esoknya. Ravepasar bakal dilangsungkan di sebuah gudang yang terletak di kawasan Pantai Seseh, Badung.
"Musik, fesyen, dan performance biasanya ditampilkan terpisah di festival-festival lainnya. Kami berpikir kenapa tidak ditampilkan jadi satu saja," cetus Manda Sela atau desainer fesyen Pinky Gvrl.
Organizer lainnya, Bayu Kresna mengatakan Ravepasar ingin membuka wadah untuk pelaku seni alternatif. "Saat ini kan didominasi pelaku seni yang lebih bersifat komersil. Sedangkan di luar itu banyak juga pelaku-pelaku seni alternatif," ucap Bayu.
Hal senada juga disampaikan olah Ican. Ravepasar dilatarbelakangi semakin sempitnya ruang bagi seniman dan pelaku kreatif lokal untuk mempresentasikan karya alternatif mereka.
"Hal ini tidak sejalan dengan semakin menjamurnya industri pariwisata di Bali," sambung performer Gabber Modus Operandi ini.
Sebagai seorang seniman, ucapnya, memiliki tantangan untuk menciptakan hal yang baru. "Namun ketika menciptakan hal baru itu belum tentu mendapatkan wadah yang menerima," katanya.
Beberapa kali ia mencoba mempresentasikan hal baru tersebut di beach club. Namun, ia berujar karena tempat-tempat tersebut tujuannya komersil, komunikasi jadi terhalang sebatas seberapa banyak perform tersebut membawa penonton. "Daripada kami mengemis meminta space, ya sudah kami bikin sendiri, organize sendiri di Ravepasar," katanya.
Bahkan, lanjut Ican, beberapa perrformer yang tampil dan penonton pun menjadi organizer di festival ini. "Kami tidak menggantungkan sponsor besar. Dilakukan secara swadaya tanpa ada bendera yang dominan. Ini menjadikan komunitas lebih lebih solid," katanya.
Ravepasar sendiri menggabungkan istilah Rave, klubbing underground di dunia yang menggunakan tempat-tempat yang tidak digunakan, dan pasar. Ravepasar menghadirkan diskusi terbuka, workshop dan lokakarya yang dimeriahkan pula oleh sajian seni pertunjukan, konser live, dan DJ set. Semuanya melibatkan 45 penampil dan seniman lintas kota di Indonesia.
Sederet penampil bakal mengisi Ravepasar, di antaranya ada Gabber Modus Operandi featuring YLVA, Raja Kirik, Krowbar, Jaga Jaga featuring Wayan Subandi, Rollfast, Advark, dan Cocainslim yang mengisi halaman penampil live dan DJ set. Ada pula Morgue Vanguard, Wok the Rock, Marlowe Bandem, dan Rudolf Dethu yang digaet sebagai pembicara dalam sesi diskusi.*has
1
Komentar