Program Keaksaraan di Tahun 2020 'Terhenti'
Kegiatan program keaksaraan di tahun 2020 ‘terhenti’ sementara. Padahal targetnya, program ini berkesinambungan setiap tahun.
AMLAPURA, NusaBali
Penyebabnya program ini tak tersentuh anggaran APBD tahun 2020. Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga (Disdikpora) Karangasem berharap ada bantuan Pajak Hotel Restoran (PHR) dari Pemkab Badung untuk melanjutkan program menuntaskan buta aksara ini.
Kadisdikpora Karangasem, I Gusti Ngurah Kartika mengatakan, pada tahun 2019 sebanyak 1.409 warga belajar dapat pendidikan. Mereka menjalani pembelajaran sebanyak 36 kali pertemuan atau 114 jam. Seluruhnya telah mengikuti ujian dan dinyatakan lulus. Namun di tahun 2020 program pengentasan buta aksara ini terhenti gara-gara tanpa biaya. “Saya berharap ada biaya bantuan PHR dari Kabupaten Badung agar program ini bisa berlanjut. Hanya saja waktunya belum jelas,” kata Gusti Ngurah Kartika, Jumat (10/1).
Terhambatnya program keaksaraan ini berimbas pada target mempercepat tuntasnya buta aksara. Program keaksaraan tahun 2019 menyasar empat kecamatan yakni Kecamatan Bebandem, Kecamatan Selat, Kecamatan Rendang, dan Kecamatan Abang. Tahun lalu memberdayakan 1.409 warga belajar dengan melibatkan 119 tutor. Tutor yang direkrut berasal dari guru-guru SD dan pengawas SD setempat. Belajar dilaksanakan di beberapa tempat yang mampu menampung sekitar 10-15 warga belajar, dibina satu tutor.
Gusti Ngurah Kartika mengatakan, bagi yang putus sekolah sebenarnya jangan khawatir karena masih ada harapan dari program keaksaraan. Setelah tamat keaksaraan bisa ke paket A langsung di kelas IV, nantinya berlanjut ke paket B setara SMP dan kejar paket C setara SMA. Tamat bisa kuliah. Setelah mampu menuntaskan 1.409 warga belajar di tahun 2019, maka buta aksara di Karangasem berkurang. Pada tahun 2018 sebanyak 14.498 jiwa, tersisa menjadi 13.089 jiwa. *k16
Kadisdikpora Karangasem, I Gusti Ngurah Kartika mengatakan, pada tahun 2019 sebanyak 1.409 warga belajar dapat pendidikan. Mereka menjalani pembelajaran sebanyak 36 kali pertemuan atau 114 jam. Seluruhnya telah mengikuti ujian dan dinyatakan lulus. Namun di tahun 2020 program pengentasan buta aksara ini terhenti gara-gara tanpa biaya. “Saya berharap ada biaya bantuan PHR dari Kabupaten Badung agar program ini bisa berlanjut. Hanya saja waktunya belum jelas,” kata Gusti Ngurah Kartika, Jumat (10/1).
Terhambatnya program keaksaraan ini berimbas pada target mempercepat tuntasnya buta aksara. Program keaksaraan tahun 2019 menyasar empat kecamatan yakni Kecamatan Bebandem, Kecamatan Selat, Kecamatan Rendang, dan Kecamatan Abang. Tahun lalu memberdayakan 1.409 warga belajar dengan melibatkan 119 tutor. Tutor yang direkrut berasal dari guru-guru SD dan pengawas SD setempat. Belajar dilaksanakan di beberapa tempat yang mampu menampung sekitar 10-15 warga belajar, dibina satu tutor.
Gusti Ngurah Kartika mengatakan, bagi yang putus sekolah sebenarnya jangan khawatir karena masih ada harapan dari program keaksaraan. Setelah tamat keaksaraan bisa ke paket A langsung di kelas IV, nantinya berlanjut ke paket B setara SMP dan kejar paket C setara SMA. Tamat bisa kuliah. Setelah mampu menuntaskan 1.409 warga belajar di tahun 2019, maka buta aksara di Karangasem berkurang. Pada tahun 2018 sebanyak 14.498 jiwa, tersisa menjadi 13.089 jiwa. *k16
1
Komentar