470 Warga Klungkung Mengidap HIV/Aids
Dari 470 ODHA sedikitnya sembilan orang dari kalangan PNS, sebagian besar tertular akibat hubungan seks.
SEMARAPURA, NusaBali
Hingga Januari 2020, terdapat 470 warga berstatus Orang Dengan HIV/Aids di Kabupaten Klungkung. Dari jumlah itu, sekitar 80 orang yang mau terbuka, sisanya menutup diri sehingga sulit didampingi oleh petugas Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Klungkung.
Kesulitan iti juga karena stigma di masyarakat terhadap ODHA masih terkesan negativ hingga cenderung jadi korban diskriminasi. Akibatnya,
banyak ODHA di Klungkung enggan membuka diri. Petugas Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Klungkung pun kesulitan memdampingi penderita HIV/Aids. Dari 470 ODHA di Klungkung baru sekitar 80 orang yang mau terbuka. Bahkan ada yang berani menjadi motivator untuk penanggulangan HIV/Aids. “Stigma negatif terhadap HIV/Aids masih tinggi, salah satunya saat 2019 lalu ada ODHA yang meninggal dunia, warga tidak berani mendekat,” ujar Sekretaris KPA Klungkung I Wayan Sumanaya, Senin (13/1).
Karena itu, Sumanaya mengaku langsung dihubungi oleh masyarakat tentang cara memandikan jenazah itu. Karena tahu dan yakin jika sudah meninggal, pengidap ini tidak bisa menularkan HIV/Aids, maka dia pun langsung memandikan jenazah bersangkutan.
Sumanaya mengatakan, dari 470 ODHA sedikitnya sembilan orang dari kalangan PNS, sebagian besar tertular akibat hubungan seks berisiko. Namun mereka sudah mau terbuka dan sudah mendapatkan pendampinginan. “Upaya yang kami lakukan untuk menekan kasus baru yakni, sosialisasi tidak melakukan seks berisiko menekan angkat kematian. Tidak ada stigma negatif masyarakat dan menekan angka kematian akibat HIV (bukan karena Aids),” ujarnya.
Jelas dia, keterbukaan akan pendampingan itu sangat penting supaya ODHA yang bersangkutan mendapatkan penanganan yang tepat. Terutama bagi ibu hamil yang menjadi ODHA pendampingan ini sangat penting agar bayinya bisa diselamatkan dari HIV/Aids. “Sudah banyak bayi yang bisa diselamatkan. Namun dalam sebuah kasus juga ada kami temukan satu keluarga HIV/Aids. Maka keterbukaan untuk pendampingan ini sangat penting,” ujarnya.
Sementara itu, pascapenutupan lokasi prostitusi di wilayah eks galian C Klungkung oleh Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta beberapa waktu lalu, kini tidak ada lagi PSK yang meminta kondom kepada KPA. Karena itu KPA memastikan PSK itu sudah tidak ada di Klungkung. “Kalau sebelum ditutup setiap tiga bulan beberapa PSK meminta kondom kepada kami di KPA, sekitar 100 buah selama tiga bulan,” ujarnya.*wan
Kesulitan iti juga karena stigma di masyarakat terhadap ODHA masih terkesan negativ hingga cenderung jadi korban diskriminasi. Akibatnya,
banyak ODHA di Klungkung enggan membuka diri. Petugas Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Klungkung pun kesulitan memdampingi penderita HIV/Aids. Dari 470 ODHA di Klungkung baru sekitar 80 orang yang mau terbuka. Bahkan ada yang berani menjadi motivator untuk penanggulangan HIV/Aids. “Stigma negatif terhadap HIV/Aids masih tinggi, salah satunya saat 2019 lalu ada ODHA yang meninggal dunia, warga tidak berani mendekat,” ujar Sekretaris KPA Klungkung I Wayan Sumanaya, Senin (13/1).
Karena itu, Sumanaya mengaku langsung dihubungi oleh masyarakat tentang cara memandikan jenazah itu. Karena tahu dan yakin jika sudah meninggal, pengidap ini tidak bisa menularkan HIV/Aids, maka dia pun langsung memandikan jenazah bersangkutan.
Sumanaya mengatakan, dari 470 ODHA sedikitnya sembilan orang dari kalangan PNS, sebagian besar tertular akibat hubungan seks berisiko. Namun mereka sudah mau terbuka dan sudah mendapatkan pendampinginan. “Upaya yang kami lakukan untuk menekan kasus baru yakni, sosialisasi tidak melakukan seks berisiko menekan angkat kematian. Tidak ada stigma negatif masyarakat dan menekan angka kematian akibat HIV (bukan karena Aids),” ujarnya.
Jelas dia, keterbukaan akan pendampingan itu sangat penting supaya ODHA yang bersangkutan mendapatkan penanganan yang tepat. Terutama bagi ibu hamil yang menjadi ODHA pendampingan ini sangat penting agar bayinya bisa diselamatkan dari HIV/Aids. “Sudah banyak bayi yang bisa diselamatkan. Namun dalam sebuah kasus juga ada kami temukan satu keluarga HIV/Aids. Maka keterbukaan untuk pendampingan ini sangat penting,” ujarnya.
Sementara itu, pascapenutupan lokasi prostitusi di wilayah eks galian C Klungkung oleh Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta beberapa waktu lalu, kini tidak ada lagi PSK yang meminta kondom kepada KPA. Karena itu KPA memastikan PSK itu sudah tidak ada di Klungkung. “Kalau sebelum ditutup setiap tiga bulan beberapa PSK meminta kondom kepada kami di KPA, sekitar 100 buah selama tiga bulan,” ujarnya.*wan
Komentar