Balada Nenek Suini, Jual Canang Dibayar Uang Mainan
Sehari hanya mendapat keuntungan bersih paling banyak Rp 30.000, namun ada saja yang tega menipu nenek berusia 80 tahun ini.
SINGARAJA, NusaBali
Kebesaran hati nenek Gusti Ayu Made Suini,80, warga Banjar Dinas Kundalini, Desa Ume Anyar, Kecamatan Seririt, Buleleng saat ini sedang disorot media. Sosoknya belakang ini sempat viral di media sosial lantaran mengalami penipuan di tengah kerasnya perjuangan hidup yang dijalaninya.
Menjadi pedagang canang (sarana upacara, Red) belasan tahun membuatnya banyak menelan pil pahit, terutama penipuan. Teranyar, dia baru saja mengalami penipuan dari seorang pembeli yang membayar canangnya menggunakan uang mainan.
Siapa yang tak iba jika mendengar cerita getir Suini. Di usia rentanya, dia masih menjadi tulang punggung keluarga. Meski memiliki dua anak lelaki, Suini masih tetap mandiri mencari nafkah untuk makan sehari-harinya bersama suaminya Gusti Bagus Wijanggi,85, yang kini sudah tak mampu bekerja lagi.
Untuk menyambung hidupnya Suini membuka lapak untuk berjualan canang setiap hari di pinggir jalan jalur Seririt - Gilimanuk. Lokasi berjualannya tak jauh dari rumahnya, hanya berjarak sekitar 500 meter menyeberang jalan raya di depan gang menuju rumahnya.
Ibu dua anak ini sudah berjualan canang sejak 11 tahun yang lalu, saat kakinya sudah tak mampu berjalan jauh. Nenek Suini memang dikenal pekerja ulet sejak dulu, dia pernah bekerja apa saja untuk menyambung hidupnya. Pernah jadi petani dan jugga dagang baju yang jualan keliling hingga ke daerah Desa Banyupoh, Kecamatan Gerokgak. Suini yang murah senyum ini biasanya sudah membuka lapaknya pagi hari, dibantu oleh menantu dari anak keduanya Jro Made Marsani, 35. Seluruh kegiatan dari menjahit canang hingga nanding canang (menata bunga di alas canang, Red) dilakukan di lapaknya. Dia pun berjualan seharian penuh dari usai mengerjakan pekerjaan rumah sekitra pukul 10.00 Wita hingga petang sekitar pukul 19.00 Wita.
Namun apes pada Jumat (10/1/2020) lalu sekitar pukul 11.00 Wita, Dia kena tipu. Hari itu bertepatan dengan hari raya Purnama, dia membuka lapaknya lebih awal. Kebetulan saat kejadian Suini sedang sendiri dan tak didampingi menantunya. Dia pun sempat dihampiri oleh seorang pria yang menggunakan helm dan tak dikenalnya untuk membeli canang. Pria yang dilihat Suini berperawakan berisi itu pun tak turun dari sepeda motornya dan meminta satu bungkus canang senilai Rp 5.000. Tak berselang lama pria misterius itu mengeluarkan uang warna hijau dan menaruhnya di atas bunga Suini dan sedikit memaksa korban untuk menyiapkan kembalian sepuluh ribu.
“Saat itu dia (pelaku) bilang bayar dengan 20 ribuan belanja lima ribu dan minta kembalian Rp 10.000 saja. Begitu saya serahkan kembalian langsung kabur dan baru dicek uangnya uang mainan, saya panggil sudah kabur,” ucap Nenek Suini. Kejadian di hari raya itu pun sudah diikhlaskan olehnya. Dia pun kembali berbesar hati kepada orang yang tega menipunya.
Pengalaman pahit selama berjualan canang belasan tahun tak hanya dialami sekali ini saja. bahkan Nenek Suini sering tertipu. Pembeli yang tak dikenalnya akhirna tak kunjung datang dan membayar dengan alasan tak membawa unag dan segera akan kembali untuk membayar. Namun hingga kini sejumlah janji ornag tak bertanggungjawab itu tak terbukti. “Saya sering mengalami hal begini, dulu juga pernah uang pembelian bunga saya dibilang palsu tetapi dikembalikan sudah lama sejak saya bayar, saya terima juga tidak apa-apa nanti dia yang tanggung karmanya,” tutur Nenek Suini.
Dalam berjualan setiap harinya dari modal hingga hasil penjualan rata-rata yang hanya laku 200 canang saja hanya mendapatkan keuntungan bersih Rp 25.000 – Rp 30.000 saja.
Kejadian penipuan dengan menggunakan uang mainan ini menurut anak sulung Nenek Suini Gusti Ngurah Agung Prama, tak hanya menimpa ibunya. Kejadian yang sama juga beberapa terkabar di pasar Seririt. Meski kejadiannya tak bersamaan namun target operasi memang ornag tua yang pengawasannya mulai menurun. “Dulu pas saya kerja di Pasar Seririt juga ada orang tua yang jualan bawang dan sembako rugi seratus ribu karena dibayar pakai uang mainan, diketahui setelah mantunya menemukan uang itu, ada juga dagang nasi yang kena di kawasan pasar seririt juga,” kata Gusti Ngurah Prama.
Namun kesialan yang dialami Nenek Suini berubah menjadi rezeki. Beberapa kali setelah kasus penipuannya pun sejumlah bantuan mengalir padanya dari komunitas peduli sosial di Bali.
Sementara itu, Kapolsek Seriri, Kompol I Made Uder dikonfirmasi terpisah mengaku belum mendapat laporan terkait kasus itu. Namun dirinya mengaku akan menerjunkan personel untuk menyelidiki kasus penipuan berkedok uang mainan di wilayah hukumnya. “Kami belum terima laporan masuk, tetapi tetap akan kami tindak lanjuti sekecil apapun potensi kriminal yang terjadi,” tegas Kompol Uder.*k23
Menjadi pedagang canang (sarana upacara, Red) belasan tahun membuatnya banyak menelan pil pahit, terutama penipuan. Teranyar, dia baru saja mengalami penipuan dari seorang pembeli yang membayar canangnya menggunakan uang mainan.
Siapa yang tak iba jika mendengar cerita getir Suini. Di usia rentanya, dia masih menjadi tulang punggung keluarga. Meski memiliki dua anak lelaki, Suini masih tetap mandiri mencari nafkah untuk makan sehari-harinya bersama suaminya Gusti Bagus Wijanggi,85, yang kini sudah tak mampu bekerja lagi.
Untuk menyambung hidupnya Suini membuka lapak untuk berjualan canang setiap hari di pinggir jalan jalur Seririt - Gilimanuk. Lokasi berjualannya tak jauh dari rumahnya, hanya berjarak sekitar 500 meter menyeberang jalan raya di depan gang menuju rumahnya.
Ibu dua anak ini sudah berjualan canang sejak 11 tahun yang lalu, saat kakinya sudah tak mampu berjalan jauh. Nenek Suini memang dikenal pekerja ulet sejak dulu, dia pernah bekerja apa saja untuk menyambung hidupnya. Pernah jadi petani dan jugga dagang baju yang jualan keliling hingga ke daerah Desa Banyupoh, Kecamatan Gerokgak. Suini yang murah senyum ini biasanya sudah membuka lapaknya pagi hari, dibantu oleh menantu dari anak keduanya Jro Made Marsani, 35. Seluruh kegiatan dari menjahit canang hingga nanding canang (menata bunga di alas canang, Red) dilakukan di lapaknya. Dia pun berjualan seharian penuh dari usai mengerjakan pekerjaan rumah sekitra pukul 10.00 Wita hingga petang sekitar pukul 19.00 Wita.
Namun apes pada Jumat (10/1/2020) lalu sekitar pukul 11.00 Wita, Dia kena tipu. Hari itu bertepatan dengan hari raya Purnama, dia membuka lapaknya lebih awal. Kebetulan saat kejadian Suini sedang sendiri dan tak didampingi menantunya. Dia pun sempat dihampiri oleh seorang pria yang menggunakan helm dan tak dikenalnya untuk membeli canang. Pria yang dilihat Suini berperawakan berisi itu pun tak turun dari sepeda motornya dan meminta satu bungkus canang senilai Rp 5.000. Tak berselang lama pria misterius itu mengeluarkan uang warna hijau dan menaruhnya di atas bunga Suini dan sedikit memaksa korban untuk menyiapkan kembalian sepuluh ribu.
“Saat itu dia (pelaku) bilang bayar dengan 20 ribuan belanja lima ribu dan minta kembalian Rp 10.000 saja. Begitu saya serahkan kembalian langsung kabur dan baru dicek uangnya uang mainan, saya panggil sudah kabur,” ucap Nenek Suini. Kejadian di hari raya itu pun sudah diikhlaskan olehnya. Dia pun kembali berbesar hati kepada orang yang tega menipunya.
Pengalaman pahit selama berjualan canang belasan tahun tak hanya dialami sekali ini saja. bahkan Nenek Suini sering tertipu. Pembeli yang tak dikenalnya akhirna tak kunjung datang dan membayar dengan alasan tak membawa unag dan segera akan kembali untuk membayar. Namun hingga kini sejumlah janji ornag tak bertanggungjawab itu tak terbukti. “Saya sering mengalami hal begini, dulu juga pernah uang pembelian bunga saya dibilang palsu tetapi dikembalikan sudah lama sejak saya bayar, saya terima juga tidak apa-apa nanti dia yang tanggung karmanya,” tutur Nenek Suini.
Dalam berjualan setiap harinya dari modal hingga hasil penjualan rata-rata yang hanya laku 200 canang saja hanya mendapatkan keuntungan bersih Rp 25.000 – Rp 30.000 saja.
Kejadian penipuan dengan menggunakan uang mainan ini menurut anak sulung Nenek Suini Gusti Ngurah Agung Prama, tak hanya menimpa ibunya. Kejadian yang sama juga beberapa terkabar di pasar Seririt. Meski kejadiannya tak bersamaan namun target operasi memang ornag tua yang pengawasannya mulai menurun. “Dulu pas saya kerja di Pasar Seririt juga ada orang tua yang jualan bawang dan sembako rugi seratus ribu karena dibayar pakai uang mainan, diketahui setelah mantunya menemukan uang itu, ada juga dagang nasi yang kena di kawasan pasar seririt juga,” kata Gusti Ngurah Prama.
Namun kesialan yang dialami Nenek Suini berubah menjadi rezeki. Beberapa kali setelah kasus penipuannya pun sejumlah bantuan mengalir padanya dari komunitas peduli sosial di Bali.
Sementara itu, Kapolsek Seriri, Kompol I Made Uder dikonfirmasi terpisah mengaku belum mendapat laporan terkait kasus itu. Namun dirinya mengaku akan menerjunkan personel untuk menyelidiki kasus penipuan berkedok uang mainan di wilayah hukumnya. “Kami belum terima laporan masuk, tetapi tetap akan kami tindak lanjuti sekecil apapun potensi kriminal yang terjadi,” tegas Kompol Uder.*k23
Komentar