Transplantasi Ginjal ke-18
Akan Jadi Layanan Unggulan di RSUP Sanglah
Septian Aribowo, 32, merupakan pasien yang pertama melakukan operasi transplantasi ginjal di RSUP Sanglah. Dia menerima ginjal dari ibu kandungnya.
DENPASAR, NusaBali
RSUP Sanglah kembali akan melakukan operasi transplantasi ginjal pada 30 Januari 2020. Sejak dikembangkan mulai tahun 2016, transplantasi ginjal dua pekan lagi akan menjadi transplantasi ke-18. Ke depan transplantasi ginjal akan menjadi layanan unggulan di RSUP Sanglah.
Direktur Medik dan Keperawatan RSUP Sanglah, Dr dr I Ketut Sudartana SpB-KBD menegaskan, sejauh ini pendonor ginjal masih dari keluarga terutama keluarga kandung pasien, bukan donor ginjal dari orang lain. “Untuk sementara kami di RSUP Sanglah hanya mengambil donor dari keluarga, belum berani mengambil dari orang lain, ataupun pasien meninggal yang diambil organnya. Dalam proses penentuan donor itu harus betul-betul dari keluarga, terutama bapak, ibu, atau saudara kandung,” ungkapnya.
Pihaknya menegaskan, dalam penentuan pendonor ginjal harus dipastikan tidak ada kepentingan bisnis ekonomi. Jadi calon pendonor betul-betul disaring sebelum lolos menjadi pendonor. Termasuk di antaranya melibatkan psikiater. “Sebelum itu (kepastian dan pernyataan menjadi pendonor, red) clear, tidak boleh masuk ke ranah medis. Ada perjanjian bahwa secara ikhlas dan tanpa paksaan menyumbangkan ginjalnya,” jelasnya.
Operasi transplantasi ginjal pertama kali dilakukan pada 18 Januari 2016 di Instalasi Bedah Sentral (IBS) RSUP Sanglah. Pasien pertama transplantasi ginjal ‘bersejarah’ itu adalah Septian Aribowo, 32, seorang karyawan swasta asal Rembang, Jawa Tengah yang tinggal di Bali. Dia menerima ginjal dari ibu kandungnya, Tuti Hamidah, 54.
Dalam merencanakan operasi tranplantasi ginjal, RSUP Sanglah membentuk tim yang terdiri dari ahli nefrologi, urologi, psikiatri, patologi klinik, patologi anatomi, radiologi, gizi, anastesi, serta etik dan hukum. Tim inilah yang melakukan persiapan operasi mulai dari pemilihan donor, pemilihan pasien, sampai dilakukannya transplantasi ginjal.
Sementara untuk pembiayaan, kata dr Sudartana, transplantasi ginjal tetap ditanggung oleh BPJS Kesehatan sesuai dengan besaran yang telah ditentukan. Mengingat angka keberhasilan yang 100 persen, ke depan transplantasi ginjal akan menjadi layanan unggulan di RSUP Sanglah. “Ke depan cangkok ginjal akan menjadi layanan unggulan kami. Sementara ini belum unggulan, masih pengembangan. Mungkin Renstra 2020-2024 bisa masuk sebagai layanan unggulan,” tandasnya.*ind
Direktur Medik dan Keperawatan RSUP Sanglah, Dr dr I Ketut Sudartana SpB-KBD menegaskan, sejauh ini pendonor ginjal masih dari keluarga terutama keluarga kandung pasien, bukan donor ginjal dari orang lain. “Untuk sementara kami di RSUP Sanglah hanya mengambil donor dari keluarga, belum berani mengambil dari orang lain, ataupun pasien meninggal yang diambil organnya. Dalam proses penentuan donor itu harus betul-betul dari keluarga, terutama bapak, ibu, atau saudara kandung,” ungkapnya.
Pihaknya menegaskan, dalam penentuan pendonor ginjal harus dipastikan tidak ada kepentingan bisnis ekonomi. Jadi calon pendonor betul-betul disaring sebelum lolos menjadi pendonor. Termasuk di antaranya melibatkan psikiater. “Sebelum itu (kepastian dan pernyataan menjadi pendonor, red) clear, tidak boleh masuk ke ranah medis. Ada perjanjian bahwa secara ikhlas dan tanpa paksaan menyumbangkan ginjalnya,” jelasnya.
Operasi transplantasi ginjal pertama kali dilakukan pada 18 Januari 2016 di Instalasi Bedah Sentral (IBS) RSUP Sanglah. Pasien pertama transplantasi ginjal ‘bersejarah’ itu adalah Septian Aribowo, 32, seorang karyawan swasta asal Rembang, Jawa Tengah yang tinggal di Bali. Dia menerima ginjal dari ibu kandungnya, Tuti Hamidah, 54.
Dalam merencanakan operasi tranplantasi ginjal, RSUP Sanglah membentuk tim yang terdiri dari ahli nefrologi, urologi, psikiatri, patologi klinik, patologi anatomi, radiologi, gizi, anastesi, serta etik dan hukum. Tim inilah yang melakukan persiapan operasi mulai dari pemilihan donor, pemilihan pasien, sampai dilakukannya transplantasi ginjal.
Sementara untuk pembiayaan, kata dr Sudartana, transplantasi ginjal tetap ditanggung oleh BPJS Kesehatan sesuai dengan besaran yang telah ditentukan. Mengingat angka keberhasilan yang 100 persen, ke depan transplantasi ginjal akan menjadi layanan unggulan di RSUP Sanglah. “Ke depan cangkok ginjal akan menjadi layanan unggulan kami. Sementara ini belum unggulan, masih pengembangan. Mungkin Renstra 2020-2024 bisa masuk sebagai layanan unggulan,” tandasnya.*ind
Komentar