Ini Dia Keunggulan Bibit Tanaman Lokal Bali
Benih lokal Bali memiliki kemampuan regenerasi secara mandiri, seperti mentimun dan gemitir lokal Bali
DENPASAR, NusaBali.com
Baru-baru ini, sebuah penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Udayana, I Putu Yudhi Artha Wijayakusuma beserta dua rekannya, Mazroathul Kusni, dan Claudia Angel Marpaung, berhasil menyabet medali emas di ajang 2019 Kaohsiung International Invention and Design Expo di Taiwan dan penghargaan Sri Langkan Award oleh Kementerian Pendidikan, Teknologi, dan Riset Republik Sri Lanka.
Penelitian berjudul ‘Bali Local Seeds Bank: Eco-Friendly and Conservation Inovation for Saving Local Seeds’ ini merupakan penelitian yang dilakukan Yudhi dkk dalam melestarikan benih tanaman lokal Bali dengan metode penyimpanan benih secara organik agar tidak tergeser oleh benih GMO dan hybrid.
“Benih lokal Bali memiliki keunggulannya tersendiri. Mereka punya kemampuan untuk regenerasi secara mandiri, seperti contohnya yang telah kami uji coba yaitu mentimun dan gemitir lokal Bali. Gemitir untuk kebutuhan canang sekarang tergeser oleh gemitir Bangkok yang besar-besar. Padahal, gemitir jenis itu dua atau tiga kali panen sudah mati, dan petani harus membeli bibitnya. Sementara kalau gemitir Bali kan, bunga yang dikeringkan itu menjadi biji, dan itu bisa kita tanam lagi tanpa membeli bibit,” ujar Yudhi Artha.
Sementara itu, keuntungan lainnya yang didapat dengan menggunakan bibit lokal, yakni tidak diperlukannya pupuk kimia ataupun pestisida. Hal ini secara langsung akan berpengaruh ke ekonomi dan kesehatan, di mana petani tak perlu membeli bibit tanaman hybrid dan pupuk kimia ataupun pestisida untuk perawatannya. Pun demikian dari kesehatan, masyarakat yng mengkonsumsi produk lokal ini juga terbebas dari kandungan kimia yang digunakan pada tanaman hybrid.
Penyimpanan bibit lokal yang dikembangkan oleh mahasiswa semester enam Fakultas Pertanian Universitas Udayana ini pun, bebas dari kandungan kimia sebagai pengawet benih. “Kami menggunakan daun mimba, kalau di Bali namanya daun Intaran, itu menurut sejumlah penelitian mengandung zat tertentu yang berfungsi sebagai insektisida alami. Jadi bebas bahan kimia. Penyimpanannya pun dilakukan di tempat tertutup yang tidak menerima cahaya matahari langsung. Dengan metode ini benih bisa awet hingga dua tahun,” jelas pria yang juga merupakan 2nd Runner Up Teruna Denpasar 2019 ini.
Penelitian mengenai benih lokal ini rencananya akan dikembangkan lagi dalam bentuk start-up. “Kami sekarang sudah mengembangkan aplikasi untuk ini. Jadi di aplikasi tersebut nantinya ada berita seputar pertanian, dan juga untuk jual-beli hasil pertanian lokal. Dengan ini kami mencoba untuk memotong arus perdagangan. Kalau dari petani, ke pasar, dan melalui distributor dulu untuk sampai ke tangan konsumen, akan sangat lama sekali. Dengan aplikasi ini nantinya pembeli bisa membeli di petaninya langsung dengan harga lebih murah dan petani juga menjual dengan harga yang lebih tinggi,” harap teruna kelahiran 20 Juli 1999 ini.*yl
1
Komentar