Nike Yosephine Ajak Bicara Positif di Medsos
Berawal dari seorang jurnalis kemudian menekuni bidang public relations (PR) memang sudah jamak terjadi. Begitu halnya yang terjadi pada diri Nike Yosephine.
Mula-mula dia menjadi reporter di Jak TV tahun 2012, selanjutnya bekerja di ANTV selama 2,5 tahun. Pada 2015, dia memutuskan ingin belajar hal lain di luar jurnalistik, yakni dunia kehumasan. Pilihan pun jatuh menjadi PR PT Telkom (Persero).
Ketika pertama kali lulusan S-1 Hubungan Internasional dari FISIP Universitas Katolik Parahyangan, Bandung ini bergabung dengan Telkom, ada sentimen bahwa organisasi tersebut banyak Gen X, sehingga akan menyusahkan pekerjaan. Namun, Nike mematahkan sentimen tersebut. Justru, ia mengatakan bahwa bekerja dengan Gen X itu seru karena bisa saling berkolaborasi.
“Gen Y memang selalu aktif dan energik, tetapi Gen X pengalamannya banyak sekali. Dari situ saya bisa berkolaborasi. Dari pengalaman Gen X, saya bisa menganalisis kekurangannya sehingga meminimalisasi risiko dari rencana yang sudah dibuat,” ujar wanita yang baru-baru ini menjadi PR Icon pilihan sebuah media seperti dilansir swa.
Nike menjelaskan, seleksi menjadi PR Icon pertama dimulai dengan menuliskan esai mengenai PR. Visi Presiden Joko Widodo dalam mem-PR-kan Indonesia melalui hubungan masyarakat yang berkompeten menjadi tema yang diangkat dalam esai Nike.
“Pak Jokowi bilang humas harus menduduki posisi yang strategis baik dalam pemerintahan maupun korporasi. Selain itu humas merupakan posisi terdepan untuk mempromosikan berita-berita mengenai Indonesia ke khalayak luas. Humas jangan hanya menjalankan perintah atasan, tetapi juga harus memberikan masukan apa yang sedang terjadi di luar pemerintahan dan korporasi,” kelahiran Karawang, 27 Desember 1989 ini menguraikan penjelasan Presiden Jokowi.
Menurutnya, PR Indonesia memiliki hashtag #PRIndonesiabergerak. Jadi PR Indonesia selalu melakukan kegiatan setiap harinya dan menyuarakan hal yang baik di media sosial. Nike sendiri mendorong agar masyarakat Indonesia lebih berbicara yang positif tentang Indonesia di media sosial.
Untuk itu, dirinya kerap membuat kultwit (memberikan materi panjang via Twitter) mengenai Telkom dan mengajak para pengguna media sosial membagi hal apa saja yang sudah mereka lakukan untuk Indonesia melalui hashtag #untukIndonesia.
Bagi Nike, ada beberapa hal yang harus dimilki oleh seorang PR, yaitu: pertama harus supel. Seorang PR harus bisa bergaul dengan siapa saja. Dirinya mengaku bisa lumayan dekat dengan Bu Iriana dan Pak Jokowi karena sering mengajak ngobrol ajudan mereka. Kedua, pandai melihat situasi dan harus bisa menempatkan diri dalam situasi apa pun.
“Di dunia PR, relasi yang paling dekat adalah dengan media. Saya menganggap rekan-rekan media itu sebagai teman sendiri bukan rekan kerja,” ujar dara yang bercita-cita ingin menjadi menteri ini.
Untuk terus mematangkan kemampuannya, Nike rutin menghadiri seminar mengenai PR dan berdiskusi dengan PR senior di Indonesia. “Saya ingin tahun 2016 ini bisa melanjutkan S-2, rencananya memilih jurusan human capital yang masih ada sangkut pautnya dengan public relations,” dia menegaskan. *
Ketika pertama kali lulusan S-1 Hubungan Internasional dari FISIP Universitas Katolik Parahyangan, Bandung ini bergabung dengan Telkom, ada sentimen bahwa organisasi tersebut banyak Gen X, sehingga akan menyusahkan pekerjaan. Namun, Nike mematahkan sentimen tersebut. Justru, ia mengatakan bahwa bekerja dengan Gen X itu seru karena bisa saling berkolaborasi.
“Gen Y memang selalu aktif dan energik, tetapi Gen X pengalamannya banyak sekali. Dari situ saya bisa berkolaborasi. Dari pengalaman Gen X, saya bisa menganalisis kekurangannya sehingga meminimalisasi risiko dari rencana yang sudah dibuat,” ujar wanita yang baru-baru ini menjadi PR Icon pilihan sebuah media seperti dilansir swa.
Nike menjelaskan, seleksi menjadi PR Icon pertama dimulai dengan menuliskan esai mengenai PR. Visi Presiden Joko Widodo dalam mem-PR-kan Indonesia melalui hubungan masyarakat yang berkompeten menjadi tema yang diangkat dalam esai Nike.
“Pak Jokowi bilang humas harus menduduki posisi yang strategis baik dalam pemerintahan maupun korporasi. Selain itu humas merupakan posisi terdepan untuk mempromosikan berita-berita mengenai Indonesia ke khalayak luas. Humas jangan hanya menjalankan perintah atasan, tetapi juga harus memberikan masukan apa yang sedang terjadi di luar pemerintahan dan korporasi,” kelahiran Karawang, 27 Desember 1989 ini menguraikan penjelasan Presiden Jokowi.
Menurutnya, PR Indonesia memiliki hashtag #PRIndonesiabergerak. Jadi PR Indonesia selalu melakukan kegiatan setiap harinya dan menyuarakan hal yang baik di media sosial. Nike sendiri mendorong agar masyarakat Indonesia lebih berbicara yang positif tentang Indonesia di media sosial.
Untuk itu, dirinya kerap membuat kultwit (memberikan materi panjang via Twitter) mengenai Telkom dan mengajak para pengguna media sosial membagi hal apa saja yang sudah mereka lakukan untuk Indonesia melalui hashtag #untukIndonesia.
Bagi Nike, ada beberapa hal yang harus dimilki oleh seorang PR, yaitu: pertama harus supel. Seorang PR harus bisa bergaul dengan siapa saja. Dirinya mengaku bisa lumayan dekat dengan Bu Iriana dan Pak Jokowi karena sering mengajak ngobrol ajudan mereka. Kedua, pandai melihat situasi dan harus bisa menempatkan diri dalam situasi apa pun.
“Di dunia PR, relasi yang paling dekat adalah dengan media. Saya menganggap rekan-rekan media itu sebagai teman sendiri bukan rekan kerja,” ujar dara yang bercita-cita ingin menjadi menteri ini.
Untuk terus mematangkan kemampuannya, Nike rutin menghadiri seminar mengenai PR dan berdiskusi dengan PR senior di Indonesia. “Saya ingin tahun 2016 ini bisa melanjutkan S-2, rencananya memilih jurusan human capital yang masih ada sangkut pautnya dengan public relations,” dia menegaskan. *
Komentar