Tegenungan Tolak Wahana Jembatan Kaca
Desa Adat Tegenungan ingin mengembangkan wisata berbasis alam, tanpa merusak alam.
GIANYAR, NusaBali
Investor asal Cina akan membuat objek wisata baru berupa wahana jembatan kaca di Tegenungan Waterfall (air terjun), Desa Kemenuh, Kecamatan Sukawati, Gianyar. Namun rencana investasi tersebut ditolak oleh warga Tegenungan. Padahal Bupati Gianyar Made Mahayastra sangat berharap wahana itu terwujud.
Perbekel Kemenuh Dewa Nyoman Neka, Minggu (19/1), mengatakan, saat paruman krama dan sosialisasi, krama banyak tidak setuju dengan wahana itu. ‘’Desa Adat Tegenungan ingin mengembangkan wisata berbasis alam, tanpa merusak alam,” jelas Dewa Neka.
Menurut warga, jelas Dewa Neka, di sekitar objek wisata itu terdapat beberapa tempat suci. Sehingga wahana tersebut akan mencemari kesucian pura tersebut. Sehingga menurutnya, investasi tersebut dinyatakan tidak cocok. ‘’Opsi ini (penolakan) dipilih, agar ke depannya tidak menimbulkan konflik,’’ jelas Dewa Neka.
Dia menjelaskan, wahana jembatan kaca dengan ketinggian sekitar 80 meter dari dasar sungai, dengan investasi lebih dari Rp 60 miliar. Jembatan kaca ini rencananya membentang dari Tegenungan ke Desa Blangsinga, Kecamatan Blahbatuh. Harga tiket untuk melintasi jembatan kaca, bagi warga yang ingin uji nyali ketinggian cukup membayar dengan Rp 250.000. “Kami sudah sosialisasi, menyampaikan maksud investor dan di hadapan warga. Investasi itu belum bisa diterima warga,” jelasnya. Dari investasi tersebut, rencananya, pemilik lahan mendpaat pemasukan 5 persen dari wisatawan yang masuk termasuk prosentase ke desa adat dan desa dinas.
Dikatakannya, desa adat setempat akan mengembangkan objek wisata yang tidak mengekploitasi alam, agar alam tetap lestari, hijau, natural. “Tentu kami sebagai aparat desa, sangat menghargai alasan tersebut. Desa Kemenuh juga akan tetap mengembangkan potensi pariwisata, sesuai dengan keinginan warga,” ujarnya lagi. Dewa Neka mengatakan, wahana jembatan kaca ini merupakan investasi pertama di Bali dan beberapa investor sudah menjajaki kerjasama untuk wahana baru ini.
Bupati Mahayastra, ketika dikonfirmasi, Minggu (19/1), membenarkan hal tersebut. “Ini masih tahap sosialisasi,” ujarnya. Menurut Mahayastra, sudah saatnya Gianyar memiliki aksesoris pariwisata. Apalagi jembatan kaca ini diyakini mampu mendatangkan 5.000 wisatawan per hari. “Tiketnya bisa ratusan ribu,” ungkapnya. Tidak saja di Tegenungan, pejabat asal Desa Melinggih, Kecamatan Payangan ini berencana membangun hal serupa di objek wisata Ceking, Desa/Kecamatan Tegallalang. “Kalau bisa di Ceking juga. Ini tidak merusak lingkungan dan mentaati norma adat dan agama,” terangnya.*nvi
Perbekel Kemenuh Dewa Nyoman Neka, Minggu (19/1), mengatakan, saat paruman krama dan sosialisasi, krama banyak tidak setuju dengan wahana itu. ‘’Desa Adat Tegenungan ingin mengembangkan wisata berbasis alam, tanpa merusak alam,” jelas Dewa Neka.
Menurut warga, jelas Dewa Neka, di sekitar objek wisata itu terdapat beberapa tempat suci. Sehingga wahana tersebut akan mencemari kesucian pura tersebut. Sehingga menurutnya, investasi tersebut dinyatakan tidak cocok. ‘’Opsi ini (penolakan) dipilih, agar ke depannya tidak menimbulkan konflik,’’ jelas Dewa Neka.
Dia menjelaskan, wahana jembatan kaca dengan ketinggian sekitar 80 meter dari dasar sungai, dengan investasi lebih dari Rp 60 miliar. Jembatan kaca ini rencananya membentang dari Tegenungan ke Desa Blangsinga, Kecamatan Blahbatuh. Harga tiket untuk melintasi jembatan kaca, bagi warga yang ingin uji nyali ketinggian cukup membayar dengan Rp 250.000. “Kami sudah sosialisasi, menyampaikan maksud investor dan di hadapan warga. Investasi itu belum bisa diterima warga,” jelasnya. Dari investasi tersebut, rencananya, pemilik lahan mendpaat pemasukan 5 persen dari wisatawan yang masuk termasuk prosentase ke desa adat dan desa dinas.
Dikatakannya, desa adat setempat akan mengembangkan objek wisata yang tidak mengekploitasi alam, agar alam tetap lestari, hijau, natural. “Tentu kami sebagai aparat desa, sangat menghargai alasan tersebut. Desa Kemenuh juga akan tetap mengembangkan potensi pariwisata, sesuai dengan keinginan warga,” ujarnya lagi. Dewa Neka mengatakan, wahana jembatan kaca ini merupakan investasi pertama di Bali dan beberapa investor sudah menjajaki kerjasama untuk wahana baru ini.
Bupati Mahayastra, ketika dikonfirmasi, Minggu (19/1), membenarkan hal tersebut. “Ini masih tahap sosialisasi,” ujarnya. Menurut Mahayastra, sudah saatnya Gianyar memiliki aksesoris pariwisata. Apalagi jembatan kaca ini diyakini mampu mendatangkan 5.000 wisatawan per hari. “Tiketnya bisa ratusan ribu,” ungkapnya. Tidak saja di Tegenungan, pejabat asal Desa Melinggih, Kecamatan Payangan ini berencana membangun hal serupa di objek wisata Ceking, Desa/Kecamatan Tegallalang. “Kalau bisa di Ceking juga. Ini tidak merusak lingkungan dan mentaati norma adat dan agama,” terangnya.*nvi
1
Komentar