Populasi Sapi Bali Cenderung Menurun
Dinas PKP Bangli meningkatkan populasi sapi dengan program sapi wajib bunting.
BANGLI, NusaBali
Populasi sapi Bali di Kabupaten Bangli dari tahun ke tahun cenderung mengalami penurunan. Salah satu faktor penyebab penurunan populasi sapi Bali karena adanya perubahan pola tanam oleh petani, khususnya di Kecamatan Kintamani. Jumlah populasi sapi di tahun 2018 tercatat 66.994 ekor.
Kepala Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan (PKP) Bangli, I Wayan Sarma mengatakan, perubahan pola tanam oleh petani berpengaruh terhadap jumlah populasi sapi. Salah satu contoh, petani yang sebelumnya mengisi lahan pertaniannya dengan kopi, beralih menanam jeruk. Jika dengan tanaman kopi masih ada untuk pakan, sementara untuk jeruk harus lapang dan bersih dari tanaman jenis lainnya termasuk rumput. “Perubahan pola tanam sangat berpengaruh terhadap ketersediaan pakan ternak,” ungkap Wayan Sarma, Minggu (19/1).
Wayan Sarma mengatakan, pada tahun 2014 populasi sapi 75.164 ekor, tahun 2015 sebanyak 72.880 ekor, tahun 2016 sebanyak 74.793 ekor, tahun 2017 sebanyak 64.754 ekor, dan tahun 2018 sebanyak 66.994 ekor. Dinas PKP Bangli melakukan upaya menjaga atau meningkatkan populasi sapi dengan sapi wajib bunting. Peternak dibantu untuk melakukan insiminasi buatan. “Kami memberikan layanan kawin suntik secara gratis. Insiminasi ini dipilihkan pejantan yang unggul,” jelas Wayan Sarma.
Setelah dilakukan insiminasi, namun sapi tidak bunting, petugas akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Jika ada gangguan produksi pada sapi, para peternak akan dibantu kembali berupa bantuan pakan ternak. Pakan yang diberikan berupa konsentrat. “Para peternak diberikan bibit tanaman indigofera untuk pakan ternak,” sebutnya. Jumlah populasi sapi terbanyak di Kecamatan Kintamani dengan jumlah 37.654 ekor, Kecamatan Bangli 10.470 ekor, Kecamatan Tembuku 10.204 ekor, dan Kecamatan Susut 8.666 ekor. *esa
Kepala Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan (PKP) Bangli, I Wayan Sarma mengatakan, perubahan pola tanam oleh petani berpengaruh terhadap jumlah populasi sapi. Salah satu contoh, petani yang sebelumnya mengisi lahan pertaniannya dengan kopi, beralih menanam jeruk. Jika dengan tanaman kopi masih ada untuk pakan, sementara untuk jeruk harus lapang dan bersih dari tanaman jenis lainnya termasuk rumput. “Perubahan pola tanam sangat berpengaruh terhadap ketersediaan pakan ternak,” ungkap Wayan Sarma, Minggu (19/1).
Wayan Sarma mengatakan, pada tahun 2014 populasi sapi 75.164 ekor, tahun 2015 sebanyak 72.880 ekor, tahun 2016 sebanyak 74.793 ekor, tahun 2017 sebanyak 64.754 ekor, dan tahun 2018 sebanyak 66.994 ekor. Dinas PKP Bangli melakukan upaya menjaga atau meningkatkan populasi sapi dengan sapi wajib bunting. Peternak dibantu untuk melakukan insiminasi buatan. “Kami memberikan layanan kawin suntik secara gratis. Insiminasi ini dipilihkan pejantan yang unggul,” jelas Wayan Sarma.
Setelah dilakukan insiminasi, namun sapi tidak bunting, petugas akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Jika ada gangguan produksi pada sapi, para peternak akan dibantu kembali berupa bantuan pakan ternak. Pakan yang diberikan berupa konsentrat. “Para peternak diberikan bibit tanaman indigofera untuk pakan ternak,” sebutnya. Jumlah populasi sapi terbanyak di Kecamatan Kintamani dengan jumlah 37.654 ekor, Kecamatan Bangli 10.470 ekor, Kecamatan Tembuku 10.204 ekor, dan Kecamatan Susut 8.666 ekor. *esa
Komentar